23. Tante Jihan Kenapa?

23 3 0
                                    

Aurora duduk dikursi samping brankar naufal. Kepalanya terasa pusing yang membuatnya menumpuk kedua tangannya dan merebahkan kepalanya diatas tumpukan tangannya.

Saat aurora baru saja terlelap beberapa saat, tiba-tiba ada seseorang yang masuk kedalam ruang rawat naufal dan membuatnya spontan terbangun.

Aurora menoleh. Ternyata yang datang adalah jihan, melody, aira, dan seorang laki-laki yang aurora tebak adalah naufan.

"aurora?" jihan terkejut dengan keberadaan aurora.

Aurora tersenyum lalu menyalimi tangan jihan. "halo, tante."

"ngapain kamu disini?" tanya jihan dingin.

Aurora sedikit terkejut mendengar nada dingin dari ucapan jihan, tetapi ia berusaha menutupi nya.

"maaf, tadi kak naufal nolongin aku jadi dia kayak gini." jelas aurora.

"emang pembawa sial."

Bukan hanya aurora tetapi melody, aira dan naufan sama terkejutnya mendengar ucapan jihan.

"ma." naufan memperingati mama nya.

Aurora memaksakan dirinya untuk tersenyum. Untuk pertama kalinya ada orang yang mengatakan dirinya dengan sebutan 'pembawa sial' dan orang itu adalah orang dulu sangat sayang kepada dirinya dan berharap dirinya menjadi menantu nya.

"gak pa-pa, fan. Yaudah, kalau gitu karena udah ada kalian saya permisi pulang. Biaya rumah sakit sama perawatan dan obat-obatan nya naufal udah saya bayar semua. Saya permisi, assalamualaikum."

"waalaikumsalam." jawab melody, aira, dan naufan serempak.

"saya bukan orang miskin yang tidak mampu membayar biaya rumah sakit." ujar jihan saat aurora melewati dirinya.

Aurora berlalu begitu saja berusaha tidak peduli dengan ucapan jihan. Ia berjalan keluar rumah sakit berusaha mencari taksi karena biasanya banyak taksi yang sengaja mangkal. Emang dia kata ojek mangkal.

Setelah mendapatkan taksi nya aurora meminta supir taksi untuk mengantarkan nya ke alamat rumah adrian.

Selama diperjalanan aurora hanya memperhatikan jalan dengan memikirkan ucapan jihan.

"emang pembawa sial."

"saya bukan orang miskin yang tidak mampu membayar biaya rumah sakit."

Kalimat itu terus berputar dikepalanya. Ada Apa dengan jihan? Jihan seperti membenci nya. Apa ia berbuat salah kepada jihan? Tapi apa? Pertanyaan pertanyaan terus muncul didalam otaknya.

Karena terlalu memikirkan ucapan jihan ia menjadi kembali merasakan pusing. Aurora memejamkan matanya dengan memijit pelipisnya supaya pusingnya hilang.

"pak, bisa tolong cepetan?" pinta aurora kepada supir taksi tersebut.

"iya, mba." jawab supir taksi tersebut.

Tidak lama taksi berhenti didepan rumah adrian. Aurora memberikan uang untuk membayar taksi nya lalu ia turun dari taksi.

Aurora turun dengan hati-hati karena masih terasa pusing. Ia juga berjalan sempoyongan mendekat kearah pagar memanggil bodyguard yang berjaga gerbang.

"p-pak, bukan." panggil aurora dengan suara lemah.

Bodyguard yang mendengar suara majikannya dengan cepat berlari kearah gerbang.

"ya allah, mba rora kenapa sempoyongan gitu? Mobilnya mana mba?" tanya bodyguard bernama sunep sembari membuka gerbang untuk aurora.

Aurora tidak minat untuk menjawab pertanyaan bodyguard nya itu. Ia memilih melangkahkan kakinya, tetapi saat batu satu langkah aurora malah terjatuh pingsan yang membuat bodyguard nya itu panik.

Naufalrora 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang