06 mei 2021
Brian dan riska baru saja sampai dihalaman rumah mereka. Brian menggendong putra semata wayang mereka lalu memanggil baby suster nichol untuk membawa putranya itu ke kamar.
Saat riska ingin menaiki tangga untuk menuju kamarnya tiba-tiba brian menahannya.
"aku mau ngomong bentar." ucap brian.
Riska mengernyit. "ngomong dikamar aja."
"bentar."
Riska akhirnya mengangguk lalu kembali mundur berdiri berhadapan dengan brian.
"ngomong apa?" tanya riska karena ia melihat brian yang menampilkan wajah serius.
Brian menunduk mengambil tangan istrinya lalu menggenggam nya. Riska semakin dibuat bingung dengan tingkah suaminya itu.
"keuangan aku lagi susah, mi. A-aku mau gadain sertifikat rumah ini." ucap brian. Memang kondisi keuangan nya sejak sebulan lalu sedang mengalami penurunan karena gajinya sebagai seorang dokter terus disetor ke orang tuanya untuk membayar hutang untuk membeli rumah yang mereka tinggali sekarang. Belum lagi harus membayar gaji bulanan baby sister nichol dan juga membeli segala kebutuhan putra semata wayang nya itu.
Riska melotot. "maksud kamu?! Sayang, aku berapa kali si bilang sama kamu kalau aku mau bantu kamu. Tapi apa? Kamu gak ngizinin aku buat jadi model dan selebgram lagi!"
"aku mau kamu fokus sama nichol, mi!"
"kalau kamu mau aku fokus sama nichol kenapa harus ada baby sister?! Aku kan pernah bilang untuk gak usah pakai baby sister lagi! Aku bisa ngurus anak aku sendiri!"
"dirumah ini gak ada pembantu mi, kalau kamu gak ada yang bantu jagain nichol nanti kecapean."
"aku gak capek, yan! Itu udah tugas aku! Kalau aku gak bisa jadi wanita karir, seenggaknya aku jadi ibu rumah tangga yang bisa ngurus rumah, ngurus anak, sama ngurus kamu!"
"tap..."
"pokoknya aku gak mau kalau kamu sampai gadain sertifikat rumah ini! Titik!" setelah mengucapkan itu riska langsung menghempaskan tangan brian dengan kasar lalu pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Brian berlari menyusul riska dengan meneriaki istrinya itu.
"mi! Mami! Sayang! Riska!"
Riska tidak memperdulikan brian yang terus memanggil dirinya. Riska membuka pintu kamar mereka dengan kasar dan tiba-tiba ia mematung diambang pintu kamarnya.
Ia terdiam beberapa saat, hingga akhirnya ia merasakan air matanya keluar. Riska menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat dihadapannya.
(*pliss itu angkanya 25 ya bukan 26, gak ada yg 25 soalnya)
Tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyanyikan lagu happy birthday yang membuat riska menoleh kearah orang tersebut.
"happy birthday mami. Happy Birthday mami. Happy Birthday happy birthday happy birthday mami."
Disana, brian berdiri dengan membawa sebuah kue ulang tahun dengan ukuran sedang dan lilin yang terdapat angka 25 yang merupakan umurnya sekarang.
Brian berjalan mendekati riska yang masih menangis ditempatnya.
"ditiup dulu lilin nya." perintah brian.
Riska masih diam karena masih mencerna apa yang terjadi.
"bentar, ini maksudnya apa sih?"
Brian tersenyum. "aku boong sayang, aku gak mau gadain sertifikat rumah kita. Dan hutang kita sama mama papa aku juga udah lunas dari sebulan lalu."
"hah?" otak riska masih ngeleg. Sepertinya karena kebanyakan nongkrong dengan reva membuatnya jadi agak lemot seperti sahabatnya itu.
Brian tersenyum, ia merangkul pundak riska lalu membawa istrinya itu masuk kedalam kamar.
Brian menaruh kue tadi diatas meja lalu mendudukkan riska diranjang. Ia ikut duduk disamping riska. Merogoh kantong jasnya mengambil handphone nya.
Mengotak atik handphone lalu memberikannya kepada riska. Riska melihat apa yang ada di handphone suaminya dan membacanya.
Papah
02 mei 2021
Brian, cicilan hutang rumah kamu sama papah sudah selesai
(15.25)Kamu gak usah transfer uang ke papah lagi
(15.26)Siap pah, makasih
(18.20)Riska menutup mulutnya tidak percaya. "bukanya masih tiga bulan lagi? Kan perjanjian 3 tahun."
Brian tersenyum lalu mengangguk. "iya, tapi sebulan lalu yang aku uring-uringan karena keuangan itu. Ya karena aku bayar sisa 4 bulan hutang sama papah itu. Yang penting mulai bulan ini, kita udah gak ada tanggung apa-apa lagi."
Riska tersenyum lalu memeluk brian, meningis di pelukan suaminya itu. Brian membalas pelukan riska dengan mengusap-usap punggung istrinya supaya tenang.
Riska melepas pelukannya lalu menghapus air matanya.
Brian mengusap-usap rambut riska lalu bangkit mengambil kue yang tadi ia taruh diatas meja.
"tiup lilin nya dulu, kasian tuh udah mau abis."
Riska terkekeh, ia menyatukan kedua tangannya memanjakan harapan kepada tuhan diusianya yang sudah menginjak 25 tahun. Setelah selesai berdoa riska langsung menipu lilin dengan angka 25 tersebut.
Riska bertepuk tangan senang dan kembali memeluk suaminya.
"makasih udah jadi suami yang terbaik buat aku. Makasih udah jadi papi yang baik buat nichol. Makasih udah mau kerja keras buat aku dan nichol. Makasih atas semua cinta yang kamu kasih ke aku dan nichol." bisik riska ditelinga brian.
Brian tersenyum. "makasih juga karena selalu ada disaat susah dan senangnya aku."
Riska melepas pelukan mereka. Brian menaruh kue tersebut kembali diatas meja. Ia mengusap-usap wajah riska yang basah akibat menangis.
"diumur kamu yang sekarang aku berharap kamu bisa selalu jadi istri dan mami yang baik buat aku dan nichol. Dan aku juga berharap semoga pernikahan kita langgeng sampai maut yang memisahkan."
"amin."
Brian mengecup kening riska lama. "i love you, mami."
"love you more, papi."
Brian mencium kedua pipi riska juga lalu menyatukan kedua kening mereka. Riska mengusap tengkuk brian dengan lembut lalu mengalungkan tangannya dileher suaminya. Setelahnya hanya mereka berdua dan tuhan yang tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naufalrora 2
General Fiction[SQUEL NAUFALRORA] Setelah sembilan tahun naufal kembali dipertemukan dengan aurora, mantan kekasihnya. Tapi yang membuatnya berbeda adalah karena kini dirinya sudah memiliki kekasih bernama Cut Aira Prameswari. Sedangkan aurora, wanita itu kini su...