Zee's POV
Denting jam yang bergeser per detiknya pada dinding di atas pintu kamarku kini menunjukkan pukul sepuluh malam, hampir mendekati larut.
Tugas Kimia yang membuatku harus begadang ini sudah sangat melelahkan mataku. Ingin sekali menyerah, tapi aku belum begitu paham mengenai perhitungan stokiometri. Segala hal tentang konsep mol, massa atom relatif, molekul relatif, partikel, senyawa, semuanya harus kupahami baik-baik.
Rasanya tidak terima saja, kelas kita pagi tadi harus diomeli habis-habisan hanya karena tidak paham penjelasan Bu Meri.
Salah kita juga sih, Bu Meri pasti sudah melakukan yang terbaik, dan baru kali ini dia mendapat kelas unggulan tidak sesuai ekspektasinya begini.
Makanya aku harus paham sebelum pertemuan selanjutnya tiba, semua teman-temanku pasti sedang melakukan hal yang sama. Kita sama-sama tidak terima dihina, jadi daripada kita melakukan hal sia-sia dengan mengumpat balik omelan Bu Meri, lebih baik menuntaskan ekspektasinya.
"Zee, please inget baik-baik!!! Bilangan Avogadro menyatakan 1 mol sama dengan 6,02 X 10²³ partikel, atau sama aja jumlahnya dengan 12 gram ¹²C. Jadi ... misal di sini ditanyakan x partikel, x-nya harus dibagi dengan 6,02—aaaahhhhh!!!"
Amukan kesakitan dari halaman luar sana tiba-tiba saja mengejutkanku semalam ini.
Barking pelakunya.
Decak langkah cepat Pupa yang kebetulan tidak ke mana-mana malam ini, sesegera mungkin keluar melihat apa yang terjadi pada Barking, sedang aku di belakangnya menyusul melompati anak tangga untuk melihat Barking juga.
Barking tertembak.
Kaki kanan belakangnya terseok berlimpah darah segar memenuhi sekitaran kandangnya.
"Barking!!! Please hear me, you hafta be able to hold out longer, don't weak now!!! I need you, I really need you!!!" teriakku seketika histeris melihat anjing peliharaan Pupa kini tak kuasa lagi.
Pupa keluar mencari pelaku penembakan Barking, berkeliling di sekitaran pagar mencari orang jahat yang berani membunuh hewan penjaga pagarku setiap Pupa tidak di rumah.
"Woy, keluar lo!! Jangan jadi pengecut!!!" teriak Pupa menantang siapa pun di sana yang pastinya mereka membawa senjata.
"Pupa, hurry up!!! Nggak ada waktu ngurusin pelakunya, Barking harus kita bawa ke dokter secepatnya, Pupa!" teriakku menyadarkan Pupa untuk segera mengeluarkan mobil.
Kami berlalu menuju dokter hewan segera, apa pun yang terjadi Barking harus diselamatkan.
Meski Barking sudah lama menjadi pertimbangan untuk menjualnya, tetap saja aku masih merasa sangat butuh dengan Barking.
Aku tahu, pilihanku memelihara Barking bukanlah sesuatu yang dianjurkan oleh syariat, tapi Pupa membutuhkannya menjadi garda terdepan jika sesuatu hal berniat membahayakan seisi rumah jika aku tidak ada atau jika aku sendiri.
Dia diberi nama Barking, karena kebiasaannya yang akan menggonggong penuh kemarahan jika menjumpai manusia yang tak biasa dilihatnya.
Terlebih di malam hari.
Jika ingin berkunjung ke rumah, datanglah di siang hari. Barking biasanya tidur ketika hari masih cerah.
Malam ini, aku mungkin akan kesulitan menahan luapan emosiku menangis sejadi-jadinya sampai Barking kenapa-kenapa.
***
Nailun's POV
"Kamu udah gila ya, Ner?!! Itu anjing orang nggak ada masalah sama kamu, ngapain ditembak sih???" suaraku sudah parau memaki Reyner yang dengan keji menembak anjing Om Gerald dari balkon rumahku.
Bumi sudah santer beristigfar sedari Reyner datang mengeluarkan senjata milik ayahnya dari dalam tas sekolah yang dia gendong.
Aku dan Bumi memang sudah curiga, ada apa dia membuat group chat segala dengan subjeknya harus nama peliharaan Om Gerald.
Barking.
"Ini bener-bener harus gua lakuin, Nail. kalau nggak, fix gua bakal susah dapetin Zee. Lu nggak tahu kan, anjingnya itu pernah hampir nguyah betis gua kalau aja bokapnya Zee nggak buru-buru bawain makanannya," ungkap Reyner dengan segala alasan tidak masuk akalnya itu.
"Tapi nggak ngebunuh anjingnya juga, bangsat! Lu mau dibunuh bokapnya Zee sampai tahu lu yang diam-diam berniat celakain anjingnya?!" umpat Bumi sudah tidak tahan, sampai Bumi yang kutahu tak pernah mencela, kini berani mengeluarkan sepatah kata dari bahasa kebun binatang yang lebih sering Reyner ucapkan.
"Ya jangan sampai tahu, bego!"
"Hey, stop! Kalian udah jadiin rumahku TKP kejahatan gini, sekarang kalian pengen berantem juga?! Sekarang mending kalian pulang, aku nggak mau keseret urusan kalian, titik!!!" usirku sebagai putusan final.
Aku tak bisa membiarkan mereka makin liar di kediamanku. Setelah tahu dari pembicaraan tetangga tentang siapa Om Gerald, aku lebih baik mencari posisi teraman untuk tidak berurusan dengan dia.
Itu saja.
***
Read Quran first and make it priority.
Well, tetap peduli sekitar ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAHKU (TIDAK) JAHAT
Teen Fiction"He's just my dad, not bad. Please, trust me!" -Zee Start: 7 Juni 2021 Finish: -