Zee's POV
Apalagi sih yang dibicarakan ibu-ibu di luar sana, kenapa Pupa yang jadi buah bibir lagi.
Apa iya tamu kemarin memang kekasih Pupa? Aku tidak yakin Pupa akan menyembunyikan hal besar seperti calon ibu sambungku kelak.
Pupa berjanji jika harus dekat dengan perempuan, maka pasti dia akan mengenalkan dulu padaku. Dan sampai detik ini, Pupa sama sekali tidak pernah memberitahuku nama yang jelas tentang siapa yang akan menjadi ibuku.
Terutama perempuan kemarin.
"Ya Allah, saya tuh liat Pak Gerald sembunyiin tespeck-nya waktu anaknya Bu Rum itu dateng. Saya liat bener-bener!" ujar mereka dari luar toilet wanita masjid, sedangkan aku di dalam sini.
"Kalau penasaran sih, mending kita tanyain aja langsung ke anaknya Bu Rum. Kalau nggak salah, dia yang tadi adzan sholat Asar, mungkin masih di dalam anaknya,"
"Yasudah yuk, daripada kita suudzon gini. Lebih baik diperjelas!" ajak mereka untuk meninggalkan tempat terakhir mereka di samping tempat berwudhu dan toilet.
Setelah memastikan mereka tidak di luar lagi, ikut kutinggalkan tempatku untuk mengintip ke dalam ruangan masjid tidak jauh dari para anak remaja masjid tersebar membersihkan hamparan lantai beserta dinding kokohnya.
Kulihat ibu-ibu yang baru saja beribadah justru menghanguskan isi pahalanya dengan mengulik aib seseorang itu, kini mendatangi seseorang yang sepertinya tidak asing dalam ingatanku.
Dia bukannya ... ketua OSIS di sekolah ya?
Kenapa dia di sini? Apa benar dia anak Ummi Rum, tetangga baru di lorongku?
Apa yang dia tahu tentang Pupa?
***
Aku tidak mengharapkan berita simpang siur ini akan semakin luas menyudutkan Pupa. Seberes Isya kemarin Pak RW sampai datang berkunjung di rumah, namun sayang Pupa sudah berangkat kerja. Aku tidak bisa mempersilakan Pak RW masuk karena aku hanya sendiri.
Kini langkahku memberanikan diri untuk datang di depan ruangan OSIS. Bukan karena aku dipanggil oleh seksi tata tertib lagi, melainkan atas dasar inisiatifku sendiri.
Tuk ... tuk ... tuk.
Ketukanku menggema di permukaan kaca yang menjadi pelapis atas pintu ruang OSIS. Namun kurasa tidak ada orang di dalam sana, padahal kata teman sekelas kakak ketua OSIS tadi, dia ke sini.
"Cari siapa?" sahut suara dari belakangku, secepatnya aku ikut berbalik menengoknya.
Aku mungkin datang terlalu bersemangat, sampai langkahku lebih dulu sampai di sini ketimbang dia.
Dia yang kucari.
Nailun Alfar Abigail.
Nama yang kubaca tepat di sisi kanan bajunya. Aku harus memanggilnya apa ya?
"Saya Nail," sahutnya tiba-tiba, seolah dia mendengar bisikan hatiku, juga memahami isi pandanganku yang berkeliling pada name tag dadanya.
"Ah iya. Saya Zee," ucapku memperkenalkan diri juga.
"Sudah tahu. Zee, anak Senopati blok D. Kebetulan kita bertetangga," katanya. Dia bahkan telah tahu kita tinggal tidak berjauhan, dan aku baru mengetahuinya kemarin.
"Jadi bener Kakak anaknya Ummi Rum?" tanyaku gugup.
"Oh kamu sudah tahu juga ya kita bertetangga? Sejak kapan?" balasnya ikut bertanya padaku dengan tone sangat ramah.
Sekedar memberi tahu, bahwa ini kali pertamaku bisa mengobrol ramah dengan laki-laki. Jika Pupa tahu, dia pasti akan melarangku.
"Sejak kemarin. Maaf, saya sengaja denger obrolan Kakak kemarin yang harus diintrogasi ibu-ibu di masjid. Saya ... pengen tahu lebih jelas Kak, apa bener yang ibu-ibu kemarin katakan?" Suaraku amat lemah meminta kejujurannya.
Namun justru dia malah menjadi bisu baik sebagai ketua OSIS maupun tetanggaku sekarang.
"Kak? Tolong jujur aja, saya janji nama Kakak nggak akan diseret sama Pupa. Saya yang akan lindungin Kakak dari Pupa!" kataku berusaha memberinya jaminan.
"Saya tidak tahu apa-apa, Zee," jawabnya.
Secerca harapanku untuk mendengar pengakuannya tak menunjukkan keberadaan setelah Kak Naik justru urung mengatakan apa pun.
Aku hanya menginginkan Pupaku dikenal dalam keadaan baik-baik juga. Seperti ayah-ayah normal pada umumnya. Termasuk seperti ayah dari Kak Nail sendiri.
Sayangnya, tidak ada yang memedulikan Pupaku. Dia akan selalu dianggap buruk, hanya karena lagak-lagaknya seperti orang berbahaya!
***
Read Quran first and make it priority.
Keep positive vibes :)
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAHKU (TIDAK) JAHAT
Novela Juvenil"He's just my dad, not bad. Please, trust me!" -Zee Start: 7 Juni 2021 Finish: -