ATJ 12 - Butterfly

89 13 0
                                    

"Assalamualaikum, ukhti," sapa Reyner yang tiba-tiba saja muncul menangkupkan telapaknya di depan dada.

Senyumnya aneh, menyeringai di hadapan Zee.

"Waalaikumussalam ... Kak," jawab Zee, setelah mengingat wajah lelaki tersebut dengan baik.

Dia teman Nailun, pikirnya.

"Kok belum pulang? Nunggu temen ya?" tanya Reyner menengok kiri kanan, sekolah sudah sepi tidak menunjukkan ada siswa lain lagi selain anak OSIS yang rapat.

"Enggak. Lagi nungguin Pupa,"

"What, pupa? Ulet kali maksudnya?" kata Reyner menyambung-nyambungkan pengetahuan seadanya.

"Hehe, bukan. Pupa itu ayah saya," ucap Zee, sukses membuat Reyner rasanya kesulitan menarik napasnya tiba-tiba.

"Ay-ayah?"

"Iya, ini udah bentar lagi sampai. Kebetulan ada orang misterius yang sengaja tembak peliharaan Pupa malam tadi, jadi jemputnya agak telat. Mungkin Pupa sama temen-temennya sekarang masih nyariin dia," terang Zee secara tidak langsung merontokkan peredaran darah Reyner kini berubah tersenggal-senggal.

"Itu kan cuman anjing, Zee, masa sampai dicariin gitu pelakunya?"

"Kurang tahu, Pupa mungkin udah sayang banget kali, makanya nggak terima Barking ada yang lukain," Zee mengedik bahunya sebelum menjawab tadi.

"Kira-kira diapain ya nanti pelakunya sama Pupa Camer?" tanya Reyner mengundang penuh perhatian Zee.

"Pupa Camer? Siapa?" Zee penasaran.

"Pupanya kamu lah, kan beres lulusan nanti aku pengen datang ke rumah kamu, makanya aku berani tembak-"

Suara Reyner tercekat tiba-tiba setelah sadar kebodohan lisannya barusan nyaris mengancam nyawanya di ujung peluru milik Gerald.

"Tembak?" ulang Zee tidak paham.

"Iya, tem-bak kamu. Tapi nanti, tunggu sampai aku lulus ya, hehe," Reyner menyengir gagu.

"Kakak nih bisa aja. Mending Kak Reyner sekolah aja dulu, mikirin calon mertua mah masih bisa setelah kelulusan atau wisuda,"

"Tapi aku serius, Zee. Aku tuh udah jatuh cinta banget setelah dengerin ngaji kamu di masjid kemarin. Insya Allah, Zee, aku bakal memperbaiki diri supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu," kata Reyner memasang tampang dewasanya.

Zee malah tersenyum asimetris, jarang sekali ada manusia yang berani membercandainya demikian.

"Oh iya, Kak Reyner kok belum pulang? Nunggu jemputan juga?" alih Zee tidak ingin membahas hal aneh seperti tadi.

"Enggak. Lagi nungguin Bumi, dia masih ada rapat bareng Na-waduh gawat Zee, pupa kamu udah dateng tuh! Aku pergi dulu ya, bye. Assalamualaikum ..."

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarokatuh,"

"Zee jangan lupa, beres kelulusan aku beneran dateng ya!!!" teriak Reyner setelah langkahnya berlalu jauh.

Mata kelam yang singgah menemui Zee terlihat menakutkan dari tempat dia mengintip. Mengapa kupu-kupu seperti Zee harus punya pupa yang menyeramkan seperti ayahnya sih, pikir Reyner.

Bahkan niatnya dipatahkan, sebelum dia benar-benar menghadap di depan calon mertuannya yang katanya akan dia mintai anaknya.

***

Cukup melelahkan hari ini, setelah berurusan dengan peluru milik perusahaan ilegal Diton, membuat Gerald rasanya cukup menguras emosinya.

Pasalnya bajingan tersebut tidak ingin mengakui bahwa dialah yang meneror rumahnya kemarin, sampai anjingnya harus pincang karena ulah lelaki bernyawa banyak itu.

Sekali lagi Gerald mendengarkan kabar yang menyeret nama Diton, maka dipastikan lelaki itu akan dikubur paksa bersama dosa-dosanya itu.

Tubuh Gerald terpental di sofa setelah anaknya berpamitan naik menuju lantai atas, pangkal hidungnya dipijat menetralkan pening yang menyerang tiba-tiba.

Jika benar bukan Diton, lalu siapa yang akan berani membuat kericuhan di dalam lingkungan rumahnya, sedang hanya dia bajingan yang baru-baru ini ditekuk oleh tim Oscar suruhan Gerald untuk mempertanggungjawabkan kelakuannya yang biadab.

Hash! Bikin pusing saja!

Tidak berselang lama, getar di dalam saku celana menyadarkan Gerald untuk segera melihat kabar apa yang hendak menghubunginya.

Dari tim Luca.

"Halo. Bagaimana?" kata Gerald segera menegakkan punggungnya.

"Kami menemukan seorang anak lelaki masuk dalam kediaman Diton, sepertinya anaknya. Dia berseragam SMA, persis dengan seragam Zee,"

"Apa?" Gerald menggertak geram.

"Kami masih akan terus menyelidiki anak tersebut,"

"Cari tahu apa dia mengenal putriku!"

"Baik!"

Panggilan terputus, Gerald semakin melebarkan pijitan memeningnya berputar di pelipis. Dia tidak pernah membiarkan seorang pun mengaitkan putrinya.

Apalagi menerornya.

Sampai hal itu benar terjadi, maka Gerald yang akan turun sendiri menuntaskannya. Ampun tak lagi berlaku jika musuhnya berani menyebut nama putrinya meski tanpa disengaja.

Putrinya, bukan bahasan yang pantas untuk mereka angkat.

***

Read Quran first and make it priority.

AYAHKU (TIDAK) JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang