17 Juli.
Tanggal bersejarah ini mungkin akan menjadi tanggal yang tidak terlupakan bagi Arum Rumaisha.
Setelah berpikir amat sangat panjang, berakhirlah putusan Rum untuk mendatangi rumah tetangganya yang tidak begitu jauh.
Nailun ikut mengantar sang bunda menyambangi pagar kelam yang di terasnya sedang duduk ayah dan anak sedang berpose dengan cupcake yang sepertinya buatan sendiri.
“I wanna say happy birthday to me. And thank you so much Pupa, for make your time only to your princess make these cake,” ucapnya berdialog di hadapan kameranya.
“Of course your ma princess. Happy 16th dear, can your Pupa kiss his daughter right now?” ayahnya terlihat begitu antusias mencium di pipinya.
“Take a shoot, Pupa!”
"Sure!" Lelaki berusia itu mengerucutkan bibirnya di pipi sang putri sekali lagi, diikuti nada jepretannya mengisi momen mereka.
“Owh, Ummi!” pekik Zee tatkala tidak sengaja menyaksikan Rum menunggunya di depan rumah.
Bergegas kue buatan Zee diletakkan segera, lalu beberapa saat mengecup pipi sang Pupa agar tidak marah dulu. Dia yang mengundang Rum dan Inggit datang. Namun Inggit sepertinya belum berani menapak di sini.
“Bentar ya, Pupa,” ucap Zee sebelum lari membuka pagar.
“Hai, Kak Nail. Akhirnya dateng, hehe. Masuk yuk, di dalem aku udah siapin susu coklat buat Kak Nail juga, jadi nggak perlu ditraktir lagi. Yuk,” tarik Zee membawa lengan Rum bergabung dengan Pupanya juga.
“Bentar ya, Umm. Duduk sama Pupa dulu nggak apa-apa ya, Zee mau panggil Tante Inggit sebentar,” izin Zee.
“Mm, Zee. Ikut ya,” Nail tiba-tiba nekad meninggalkan Umahnya juga. Disusul Zee yang beranjak lenggang dari halaman.
Tersisa Gerald dan Rum saling berhadapan kaku di hadapan meja bulat kecil.
“Apa kabar, Pak?" Rum memberanikan diri berbasa-basi.
“Alhamdulillah,” dingin jawaban Gerald. Sesekali maniknya berpencar melihat objek lain selain wanita di hadapannya sekarang.
“Mm ... bagaimana dengan keinginan Zee. Apa Pak Gerald sudah menemukan wanita yang cocok?” lancang pertanyaan Rum, mengundang kerutan tidak suka tercetak di kening.
“Itu bukan urisanmu,”
“Tidak. Itu urusanku!” bantah Rum berani.
“Apa maksudmu?”
“Zee menginginkan ayahnya menurunkan ego pribadinya untuk kebahagiaan Zee. Dan kita bisa melakukannya bersama, Pak. Nikahi saya, dan saya akan menjadi ibu sebagaimana yang Zee harapkan,” terang Rum membekuk leher Gerald ketika itu juga.
Deru napasnya seolah tak berdesir lagi mendengar pengakuan tetangganya ini.
“Ummi?” sahut suara yang mengahului Gerald.
Pening menghantuk menyadarkan Gerald untuk segera menonton drama kedekatan tetangga dan putrinya yang tiba-tiba sudah datang di antara mereka.
Zee mendatangi Rum berlutut di depan kakinya, lengan Rum digenggam tidak percaya. Benarkah ini?
“Ummi bener mau jadi ibunya Zee?”
Jatuh air mata Rum mengangguki pertanyaan Zee. Sesaat kemudian pelukan hangat bergegas mendekap Rum begitu bahagia.
“I’m so happy, Ummi. Thank you so much!” bisik Zee amat erat memeluknya.“Tapi Ummi boleh minta sesuatu ke Zee sama papanya nggak?” sahut Rum berhasil melonggarkan Zee.
Zee beralih duduk merendah di hadapan kaki Rum, sembari pegangannya tak pernah ingin dilepas rasanya, “Anything! Apa pun yang Ummi minta akan Zee dan Pupa kasih, asal Ummi jadi umminya Zee!” putus Zee penuh keyakinan.
“Bener?”
“Iya, Ummi. Zee bener,”
“Kalau gitu, Ummi mau minta tolong, Zee bilang ke Pupa dong ... Ummi bersedia jadi istrinya Pupa, asal Pupa berkenan hapus tato di tubuhnya dan berjanji untuk adil kepada Zee dan Nailun,” sebut Rum, sukses menjatuhkan senyum Zee saat itu juga.
Alih sorot mata Zee kini menubruk wajah Pupanya, Zee benar-benar tidak yakin kalau begini.
“Please, Pupa!” Suara Zee penuh keputusasaan. Ayahnya mengusap kasar seluruh wajahnya.
Apa-apaan syarat permintaan perempuan ini?!
“Ini kebaikan untuk kita bersama, Pak Gerald. Bagaimana anda bisa menjadi imam untuk istri dan anak-anakmu jika status ibadahnya sang imam saja masih diperselisihkan status sahnya,” Rum memberi penerangan yang makin menggertakan kebencian Gerald kepada tetangganya yang datang itu.
“Zee, Pupa akan bawakan ibu untukmu, sayang. Sekarang kamu masuk, lupakan ummimu itu. Pupa kan sudah bilang, jangan mengikutinya terus!” angkat suara Gerald, semakin merobohkan senyum Zee bahkan perasaan Zee tak pernah sehancur ini rasanya.
“Pupa?” Bergetar suara Zee memastikan putusan Pupanya.
“Apa sepenting itu gambar di tubuh Pupa, ketimbang ... Zee??? Pupa, Pupa Zee kecewa sama Pupa!” Sesak sang putri beranjak meninggalkan teras bersama tepisan keras air matanya.
***
To be continued
Note: Sebenernya, menurut beberapa ulama sholatnya orang yang bertato tetap sah kok selama ia sudah bertaubat. Hanya saja bentuk antisipatif agar perkara ini tidak disalah artikan dan dimanfaatkan secara tidak bertanggungjawab.
Jangan ada yang tatoan, ya, guys, status haramnya udah gak diperselisihkan dan laknat Rasulullah terhadap orang minta ditato dan orang yang menatonya :'(
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAHKU (TIDAK) JAHAT
Teen Fiction"He's just my dad, not bad. Please, trust me!" -Zee Start: 7 Juni 2021 Finish: -