ATJ 31. Hapus Tato

68 6 2
                                    

HARI yang dinanti Zee sekaligus hari berdebar untuk Gerald, akhirnya tiba.

Mereka berada di sebuah klinik sekarang, menemui seorang dokter spesialis kulit untuk membantu Gerald menghilangkan tatonya.

Sempat bindeng pendengaran Gerald dan Zee tatkala mendengar paparan dari Dokter Melani mengenai informasi yang perlu diketahui untuk penghapusan tato. Mulai dari budget, metode penghapusan yang ingin digunakan, sampai ke efek sampingnya.

"Pake metode laser aja deh, Dok, kayanya itu doang yang agak mendingan," kata Gerald memilihnya dengan perasaan agak takut.

"Baik, Bapak Gerald. Sedikit tambahan untuk yang metode laser, kita punya dua jenis laser dengan kegunaan berbeda. Ada YAG dan Q-switched ruby yang hanya efektif untuk menghilangkan tato berwarna biru hingga hitam dan juga merah. Dua teknik ini kemungkinan tidak bisa menghapus tato berwarna hijau,"

"Iya, Dok, kebetulan ini warnanya juga hitam kok,"

"Sebelumnya, tatonya sudah berapa lama, Bapak?"

"More than ... 15 years," jawab Gerald setelah mengira-ngira.

"Berarti sudah lama ya, Pak. Untuk yang sudah lama, kemungkinan akan lebih mudah sedikit dibanding yang masih baru. Warnanya akan lebih cepat pudar,"

"Syukurlah. Jadi ceritanya hari ini udah bisa sekalian dihilangin semua kan, Dok?" tanya Gerald.

"Tergantung dari tatonya, Bapak. Kita bisa tinjau dulu dari motifnya simpel atau rumit, ukuran, bisa dari lamanya si tato itu sendiri. Biasanya untuk laser paling tidak berlangsung dua sampai empat kali perawatan, bahkan ada yang lebih," papar Dokter Melani.

"Jadi ini bukan yang pertama dan terakhir, begitu?" Gerald melirih frustasi.

"Pupa, nggak usah takut gitu ah, tadi kan dokternya udah bilang pake obat bius. Pupa nggak akan ngerasain kok," tegur Zee memperingatinya.

"Iya tapi kata dokternya beres proses lasernya, baru tuh muncul pembengkakan, melepuh, atau bahkan pendarahan kulit. Itu sakit loh, Sayang," balas Gerald memperingati Zee juga.

"Nggak cuman sekali lagi. Dua sampai empat kali perawatan, bahkan bisa lebih. Bayangin, gimana coba jadi Pupa?" lanjut Gerald.

"Kan ada salep antibiotiknya nanti. Udah ya Pupa, langsung aja sekarang, makin Pupa nanya-nanya terus, makin lama loh,"

"Tapi Zee-"

"Pupa, demi Ummi dan Zee! Ayo! Dokter siapin aja semuanya, ayah saya udah siap!"

"Zee?!"

"Zee di sini Pupa, pokoknya Zee peluk Pupa kalau Pupa takut. Ayo ikut dokter sekarang!!!" seret Zee mengikuti dokter tersebut memasuki sebuah ruangan.

Gerald berbaring lemas di sana, suntikan yang mematirasakan sebagian tubuh Gerald seperti luka yang menggores Zee juga. Sekuat tenaga Zee memeluk wajah Pupanya agar terhalangi menonton rasa sakit apa pun di balik pelukan Zee.

"It's okey, Pupa. Nggak sakit kan?"

"Sakit sayang. Kaki Pupa kaya lumpuh deh, Sayang," keluh Gerald penuh dramatisasi.

"Nggak apa-apa, sebentar aja kok ini. Tahan ya, Pupa Zee kan paling hebat, nggak mungkin lah begini aja takluk,"

"Pupa nggak yakin bisa nyetir kalau pulangnya kaya gini, nanti minta temen Pupa yang jemput ya," ujar Gerald.

"Kenapa temen Pupa. Kak Nail aja. Kayanya sekarang udah pulang sekolah,"

"Siapa? Nail? Enggak. Pupa nggak mau," tolak Gerald mentah-mentah.

"PDKT Pupa, bentar lagi kan dia jadi anaknya Pupa juga. Inget loh janjinya ke ummi, bakal adil ke Zee sama Kak Nail,"

"Iya, Pupa inget. Tapi nggak harus dia nganter kita pulang segala kan? Pupa kan bawa mobil,"

"Ya suruh aja ke sini pake gojek. Nanti dia yang bawa mobil Pupa pulang. Gampang kan?"

"Kamu ini ya, pinter banget ngatur Pupa. Males ah Pupa, nggak lama kamu udah lupain Pupa gara-gara ummimu dan anaknya itu," rajuk Gerald sangat memerani karakter ABG lugu di pelukan Zee.

"Ya nggak apa-apa, namanya juga calon mama. Zee nggak sabar deh Pupa nanti kalau udah bareng-bareng di rumah, Pupa tidurnya nggak sendiri deh. Terus kalau subuh dibangun sholat berjamaah. Pasti keren banget!" Zee berhalusinasi ria sembari menyapu lembut rambut panjang Gerald di sana.

"Keren apanya sih?"

"Keren, Pupa. Punya istri tuh keren, bilangin aja ke temen-temen Pupa pasti semuanya bilang keren. Jadi ada temen romantis-romantisan, ada yang masakin, ada yang sambut. Apalagi istrinya kaya Ummi Rum, udah lembut, keibuan, ke Pupa juga kayanya bakal disayang banget, sama satu lagi ... Ummi Rum bakal jadi pasangan yang baik untuk temenin Pupa hijrah. Iya kan?"

"Terserah Zee, Sayang," pasrah Gerald.

"Oh iya, Ummi juga kemarin habis Zee chat loh soal Pupa berubah pikiran. Zee langsung di-videocall, Pupa. Ummi jadi nangis dengernya, kayanya sih terharu. Beneran nggak ada tuh Pupa mukanya Ummi ngambek gara-gara ditolak Pupa waktu itu,"

"Oh ya? Dia nangis?"

"Iyalah Pupa. Pokoknya Ummi janji sampai nanti udah jadi ummiku beneran, dia bakal anggap Zee kaya anak kandung sendiri. Otomatis ... Pupa udah kaya suaminya ummi belasan tahun lalu dong ya? Ughh ... lucu banget nanti, sambut ummi kaya ummi baru aja pulang dari liburan. Zee pasti seneng banget!" Sorakan Zee benar-benar sangat antusias sekali membayangkan hari tersebut tiba.

Sedang Gerald kini ikut tersenyum indah juga menonton kebahagiaan putri cantiknya.

"Zee nanti janji ya ke Pupa, kalau udah punya ummi, Pupanya jangan dicuekin. Pupa ceraiin ummimu itu sampai Pupa dibikin cemburu!" ancam Gerald tidak benar-benar serius, dia hanya senang menonton transisi wajah Zee yang dari lugu menjadi semakin lugu memeluknya.

"Jangan dong Pupa, katanya nikahnya udah lillah masa ngomong cerainya jadi segampang itu sih? Awas Pupa ceraiin Ummi, aku nggak mau tinggal sama Pupa! Aku ngikut ke rumah Ummi," Zee ikut melayangkan ancaman, membuat Gerald hendak bergerak memperingatkan Zee jadi batal setelah sadar seluruh tubuhnya kini sedang mati rasa.

"Zee jangan sembarang ya!" tekan Gerald memberikan perhitungan dengan gesturnya sendiri.

"Ya makanya, belajar menerima Ummi Rum dan Kak Nail tuh harus dari sekarang. Supaya PDKT-nya nanti nggak begitu lama. Zee bilangin ya Pupa, Ummi Rum tuh asik banget loh orangnya, nyesel Pupa sampai merelakan perempuan sebaik dia,"

"Zee mending bahas yang lain, Sayang. Kaki Pupa berasa berat banget nih keangkatnya, udah kaya ngangkat gunung di kaki Pupa!" demo Gerald di hadapan anaknya. Zee balas terkekeh jahil seperti sejoli yang dimabuk-mabuknya perasaan cintanya itu.

Tidak! Lebih persisnya seperti ibu menenangkan putranya yang akan dieksekusi dokter.

***

To be continued

AYAHKU (TIDAK) JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang