"Reyner, lu kok ... lu kok bisa bonyok gini? Lu tawuran di mana?" Bumi memekik diikuti kepenasaran seisi kelas, terkhusus Ezka dan Nailun teman dekatnya juga.
"Ngapain lu liatin gua semua, hah? Baru ngeliat orang bonyok nyampe sekolah, lu pada?" bentak Reyner kepada teman sekelasnya, dengan segera mereka mengusaikan kepenasarannya dari sang bintang yang kini datang dalam keadaan babak belur.
"Lu belom jelasin, woy!!!" desak Ezka melihat Reyner malah mengambil tempat duduknya.
"Wah, gua tahu ini ... nih pasti koleksi lu ketahuan depan buaya-buaya betina itu, kan? Udah gua bilang kan lu tuh insaf, Ner! Insaf!!!" tuding Bumi.
"Apaan sih lu, Bum, gua udah putusin tuh koleksi semua. Gua udah nemu satu dari sekian banyak yang ikut seleksi!"
"Lu kata idol, wkwk," kekeh Ezka.
"Golden ticket dong, ahaha," timpal Bumi ikut menimpuk bahu ngilu Reynard.
"Sakit, bego!" erang Reyner.
"Sorry, sorry. Mending lu jelasin dah, lu abis dibegal siapa sih? Udah kek anak ayam abis digebukin sekampung dah, ahaha," ledek Bumi tak berhenti.
"Bokap gua tahu pistolnya abis gua bawa kabur," aku Reyner.
Mendadak keempat temannya tertarik serius mendengarkan. Terkhusus Ezka yang tidak tahu apa-apa.
"Katanya bokapnya Zee ngira itu ulah bokap gua. Gua bingung dah, kok bisa ya secepat itu ketahuan?"
"Serius ayahnya Zee udah tahu?" Nailun bersuara pertama kalinya. Jelas ini akan membahayakan mereka semua.
"Ya itu udah nemuin bokap gua!" ujar Reyner sedikit nyolot memberi tahu.
"Bentar, ini kalian ngobrolin ape sih? Gak mudeng gua, asli!" Ezka menggaruk tengkuk bingungnya sendirian.
"Dia abis nembak anjing yang waktu itu. Sekarang status dia selain jadi siswa, udah rangkap jadi buronan juga!" terang Bumi.
"Gila, parah lu, Ner, nyari mati lu ya? Bokapnya dah kaya iblis gitu, lu pancingin kasus. Parah, nggak ikut-ikutan dah gua, nggak mau gua mati konyol!" Ezka lengser menyelamatkan diri.
"Ini bokap gua udah nyuruh buat gak deket-deket Zee. Mana bisa coba? Gimana kalau tar dia diembat orang?"
"Lagian kamu juga, udah dibilang jangan nekad. Kan aku udah kasih tahu, ayahnya Zee itu sekomplek pada tahu semua dia gimana, nggak bisa kamu ajakin main api!" petuah Nailun.
"Ini namanya cinta, Nail. Jomblo kaya lu gini gak bakal paham, makan aja tuh OSIS-OSIS lu! Razia doang yang lu tahu!" debat Raynard.
Nailun melepas napas lelahnya meladeni Reyner yang tak bisa diajak bicara tenang. Langkahnya bergegas keluar dari kelas, tidak lupa membawa serta susu coklat dari dalam lacinya.
"Ye, bapak hobi aja ngambekan. Baperan lu, Nail!!! Kek cewek, huuuh!!!" teriak Reyner yang sebenarnya menutupi kesalahannya berbicara dengan Nail.
Dua tahun berteman seolah tidak cukup untuk memahami bahwa Nail bukan tipe yang bisa diajak hujat-menghujat. Herannya Nail terima-terima saja setiap kesalahan yang datang meski tanpa permintaan maaf sebelumnya.
Sedang di lain sisi, kemeja gelap yang digulung sesiku membuat Gerald merasa penampilannya sudah cukup rapi untuk berangkat ke kafenya.
Namun, Harley yang baru saja dikeluarkan hendak melewati gerbang rumahnya tiba-tiba saja tertahan menyimak beberapa makhluk mencurigakan sedang berjaga di hadapan rumah salah seorang tetangganya.
Gerald acuh.
Toh dia tidak punya urusan dengan satu tetangganya pun.
Harley-nya berlalu, ditelan lorong perumahan.
Namun, beberapa saat Harley tadi tiba-tiba saja muncul kembali melewati jalur yang sama menerjang orang-orang tak dikenal yang berjaga di depan rumah yang belakangan sudah ditempati penghuni baru.
"Lo siapa?" gertak satu di antara mereka melayangkan penantangannya kepada Gerald.
Gerald menyunggingkan senyum smirk-nya, di saat bersamaan todongan pistol membidik kepala satu di antaranya.
"Suruhan siapa lu?" Dingin suara Gerald.
"Tangan kosong lu kalau berani!" tantang mereka memanaskan emosi yang mengembung dalam kepala Gerald.
Dikembalikan pistol Gerald masuk terselip di belakangnya, tidak membiarkan detik berikutnya orang-orang di hadapannya kembali masuk ke area perumahan ini.
Tidak lebih dari tiga menit, beberapa lelaki kekar tersebut tumbang berjatuhan di antara bunyi tulang-tulangnya seperti keropos saat itu juga.
Gerald melangkahi mereka, menendang pintu bercat putih menampilkan sosok yang tidak disangkanya akan bertemu lagi.
"Hash! Bajingan ini lagi?" Gerald menggumam, membunyikan sendi-sendi jarinya mendekati pria berkacamata di depan.
"Pak Gerald?" ucap lelaki tersebut sedikit gelagapan dihampiri Gerald.
"Mau ngapain lu? Cari mangsa jangan di sini, kematian lu akan jauh lebih dekat dari jarak rumah gua, Diton!" tekan Gerald mendaratkan tepukan kerasnya menimpa bahu lelaki yang dipanggilnya Diton.
"Tidak Pak Gerald, s-saya anu ..."
"Ck! Bicara empat mata di rumah gua aja ya. Bilang kalau nggak liat rumah gua yang mana, biar gua tunjukin, sekalian dengan kandang anjingnya! Siapa tahu ada rekomendasi, daging terbaik untuk anjing seperti apa," ucap Gerald penuh makna yang menakutkan untuk Diton.
Pertemuannya sudah memasuki ultimatum yang pernah Gerald tekankan untuk tidak bertemu dengannya lagi, dalam sebuah kasus.
"Oh iya satu lagi ... mangsamu satu ini sudah punya anak yang seumur dengan anakmu. Tidak usah mengganggunya, atau malaikat maut akan berebut membunuhmu dan anakmu itu!"
Gerald tersenyum memberi peringatan dinginnya kembali.
***
Read Quran first and make it priority.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAHKU (TIDAK) JAHAT
Teen Fiction"He's just my dad, not bad. Please, trust me!" -Zee Start: 7 Juni 2021 Finish: -