ATJ 6 - Tespeck

126 19 1
                                    

Gerald terkejut bukan main, perempuan itu tiba-tiba saja datang, dan parahnya sedang mengobrol dengan putrinya di sofa.

Wajah paniknya secepat mungkin dinetralkan ketika Zee tidak sengaja menemukan dia telah berdiri di antara mereka.

"Nah itu Pupa. Pupa ada tamu nih, udah dari tadi nungguin Pupa loh. Zee langsung ke kamar ya, ada PR soalnya,"

"Iya, sayang," ujar Gerald menunggu Zee benar-benar tidak terlihat dari anak tangga sebelum menarik keras lengan perempuan itu menjauh dari dalam rumahnya.

"Aduh, aduh Gerald! Sakit! Pelan-pelan dong!"

"Lu ngapain ke sini sih? Gua kan udah bilang gua nggak mau anak gua ketemu sama lu! Lu ngerti nggak sih?" gertak Gerald menghempas kasar lengan kecil tersebut, wajahnya frustasi.

"Iya maaf, maaf! Habis aku pusing harus gimana lagi," balas perempuan tersebut lalu mengeluarkan benda kecil dari dalam tas jinjingnya. Dia menunjukkan tanda garis dua yang tertera di sana membuat Gerald semakin berdesir sebal.

"Gua udah bilang, se-urgent apa pun yang mau lu bilang, tolong jangan datang ketika anak gua udah pulang sekolah!"

"Tapi kan ini tentang masa depanku juga, masa kamu tega sih?"

"Hei, lu liat muka gua! Liat! Apa gua kelihatan akan lari dari masalah lu? Gua udah bilang berkali-kali, gua akan bertanggung jawab atas putusan gua! Lu sabaran dikit dong jadi perem—"

"Assalamualaikum, Om," sahut tiba-tiba suara dari arah pagar di samping mereka, buru-buru Gerald merampas tespeck yang ditunjukkan perempuan tersebut masuk ke dalam kantong.

"Waalaikumussalam. Kamu siapa?" ketus Gerald menatap intens kepada tamu berikutnya.

"Saya Nailun, Om, penghuni baru di rumah ujung sana. Kebetulan saya temennya Zee di sekolah," kata lelaki muda itu memperkenalkan dirinya.

"Terus mau apa ke sini?"

"Mm ... saya mau balikin kotak bekalnya Zee, tadi di sekolah—"

Gerald tidak punya banyak waktu untuk meladeni dia juga, kotak bekal milik putrinya segera dirampas dengan memberikan sorot kebencian.

"Iya makasih sudah dibawakan, mending kamu pulang sekarang aja, karena saya tidak akan mengizinkan anak saya bertemu dengan kamu, dia lagi belajar!" ujar lelaki tersebut dengan tegasnya.

"Iya Om, saya pamit dulu, assalamualaikum."

Nailun berlalu meninggalkan urusan Gerald dan tamunya yang kembali akan memperkeruh citranya di hadapan rumah sekitar. Herannya Gerald tidak menggubris sekalipun dia harus tahu bahwa dia menjadi tontonan dari balik jendela tetangga.

"Sekarang lu pergi dan jangan pernah balik selama anak gua ada di rumah! Ngerti lu!"

***

Nailun's POV

Sepertinya keputusanku salah mengembalikan kotak bekal adik kelas itu tadi ke rumahnya. Aku malah datang di saat keluarga mereka tengah berbahagia, ayahnya Zee pasti tidak ingin orang luar tahu dulu bahwa ibunya Zee sekarang sedang mengandung.

Aku sudah terlanjur liat tespeck-nya pula.

Nailun! Nailun!

Entah apa yang akan terjadi sampai kabarnya tersebar luas sebelum waktunya? Aku yang pasti dicurigai oleh ayah anak itu.

"Nail!!!" Suara Umah tiba-tiba saja berteriak dan aku tidak sadar sejak kapan Umah berada di dekatku.

"Ya Umah?"

"Kamu mikirin apa sih, kok ngelamun gitu?" Umah jadi penasaran.

"Nggak apa-apa kok, Umah," jawabku.

"Nggak apa-apa kok mukanya khawatir gitu. Coba cerita ke Umah, siapa tahu Umah bisa bantu anak Umah yang ganteng ini,"

Baiklah, mungkin bercerita dengan Umah aku bisa meluapkan sedikit kecemasanku agar tidak selamanya membumi dalam kepala.

"Jadi gini Umah, Nail tuh agak khawatir karena nggak sengaja denger pembicaraan ayahnya Zee. Kayanya ibunya Zee hamil deh, tapi belum mau sampai semua orang tahu, tapi Nail udah tahu duluan. Gimana dong Umah?" curhatku.

"Naik yakin itu memang ibunya Zee?" tanya Umi mendadak serius.

"Yakin dong Umah. Tadi tuh Nail liat sendiri alat tes hamilnya dikantongi sama ayahnya Zee. Berarti itu punya ibunya Zee dong,"

"Mm, mungkin Umah perlu cross check dulu kali ya, soalnya setahu Umah, ibunya Zee itu udah ... meninggal, dan Pak Gerald sampai sekarang masih single parent," terang Umah membuatku makin merasa kesulitan bernapas.

Jadi siapa perempuan tadi?

Dan apa yang akan terjadi padaku, sampai berita ini bocor ke mana-mana?

Bisa dibunuh aku oleh ayahnya, apalagi jika hal tersebut akan menodai citra ayah Zee, yang belum kuketahui kebenarannya apakah tespeck itu memang milik ayah Zee atau bukan.

Aku harus pastikan berita ini hanya aku seorang yang tahu dulu.

***

Read Quran first and make it priority.

Keep positive vibes :)

AYAHKU (TIDAK) JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang