"Pupa ..."
Sesegera mungkin Zee mendatangi Pupa sesaat setelah kedatangan Gerald. Dia seperti sangat merindukan ayahnya duduk memeluknya.
"What's going on, dear?" peluk Gerald menenangkan putrinya. Hampir Gerald dilalap alkohol melampiaskan frustasinya jika Zee tak cepat meneleponnya.
"I wanna hug you, Pupa. Now, I won't ask you to give me a mom again, promise!" cicit Zee ikut menunjukkan kelingkingnya.
"T-tapi kenapa, Sayang?" gelagap Gerald penasaran hendak mengetahui alasan Zee berubah. Ingin putrinya yang berlarut-larut tidak mungkin tumbang jika tanpa alasan begini.
"Ayo, cerita sama Pupa. Pupa janji Pupa nggak marah kalau Zee cerita. Ayo, Nak,"
"Zee nggak suka Pupanya dikatain jahat,"
"Siapa yang katain Pupa jahat, Nak? Ummimu itu? Atau anaknya? Tunggu Pupa datengi mereka!"
"Bukaaan," rengek Zee tidak ingin melepaskan pelukan erat Pupanya.
Naas bahwa janjinya dengan Nail seperti tidak akan bertahan lama jika sudah seperti ini. Zee tidak ingin Rum malah diapa-apai oleh ayahnya, sebab yakin memang bukan Rum yang meluaskan berita lamaran Pupa.
"Terus?"
"Zee nggak mau ada yang diomongin lagi. Pupa udahan cari mama buat Zee. Zee punya Pupa juga udah cukup. Pupa sayang sama Zee kan," decitnya dalam pelukan.
"Diomongin apa, Nak? Ngomong yang jelas sama Pupa. Pupa nggak suka kamu nangis gini karena bela Pupamu. Ngomong sama Pupa!" Gerald masih terus memberikan bujuknya.
"Nggak diomongin apa-apa, pokoknya Zee tetep percaya Pupa nggak pernah jahat ke siapa pun. Pupa lagi berusaha baik, sama kaya Zee dan orang-orang lain di luar sana."
"Zee, Pupa bilang bicara yang jelas! Apa yang habis kamu denger! Pupa nggak akan marah sama kamu atau ke siapa pun itu, janji!" Gerald terus menyakinkan, hingga Zee akhirnya menangkupkan wajah sakit hatinya.
"Janji nggak marah?"
"Janji!"
"Zee tadi denger di tukang sayur, katanya Pupa emang nggak pantes jadi hubby-nya ummi. Katanya ummi bakal dikasih nafkah haram kalau sampai nikahnya sama Ummi. Mereka cuman nggak tahu Pupa punya kafe, kita makan dari hasil sana, kita nggak pernah makan hasil dari club-nya Pupa, Pupa bahkan nggak pakai narkoba atau apapun itu. Mereka salah Pupa! Mereka belum tahu!!!" pecah suara Zee mengadukannya.
Wajah Gerald merah padam.
Beraninya hanya kepada Zee, bukan di hadapannya!
Jika bukan karena anaknya, orang-orang yang berani memperdengarkan Zee hal buruk tentang dirinya sudah tewas kurang dari semalam. Dia lebih dulu berjanji untuk tidak mengampuni orang-orang yang melukai anaknya secuil pun.
"Zee, dengerin Pupa baik-baik," lerai Gerald membawa bahu Zee pada genggamannya kini.
"Bukan salah Zee kalau Zee tiba-tiba mau punya ibu. Zee kalau menganggap ummimu itu adalah yang terbaik, apa pun akan Pupa lakukan untuk Zee. Zee nggak perlu denger omongan orang-orang itu! Pupa bisa jadi hubby terbaiknya ummimu, dan Pupa akan buktikan ke mereka semua!" tekan Gerald begitu yakin.
Sedang sang anak seperti nyawanya terputus-putus mendengar pengakuan tersebut. Apa-apaan itu?
"Pupa?" panggil Zee tidak yakin.
"Apa syaratnya kemarin? Tato? Adil ke Zee dan anak laki-lakinya itu? Akan Pupa penuhi," putus Gerald terdengar sangat serius.
"T-tapi Pupa niatnya nikah jadi bukan karena Allah. Nggak baik Pupa niat ibadahnya cuman pengen tetangga mengakui Pupa. Zee nggak mau loh, Pupa atau Ummi hanya saling menyakiti nanti," lirih Zee sembari menyapu dada Pupanya berharap di dalam sana bisa berubah lembut.
"Zee, mencintai ummimu itu bisa Pupa lakukan setelah menikah. Sekarang yang Zee perlu pikirkan hanya kebahagiaan Zee, sebentar lagi anak Pupa bakal punya ibu. Orang tuanya nggak satu lagi deh,"
Seiring kalimat Gerald terucap, bibir Zee mendadak layu memeluk sang Pupa. Pengorbanan ayahnya selama ini tidak pernah main-main untuk kebahagiaannya semata.
"Zee sayang banget ke Pupa. Zee janji, setelah sama Ummi kita semua akan hidup lebih baik. Zee punya Pupa dan Ummi, punya kakak juga. Zee akan sayang sama kalian!" lirih Zee tidak kuasa.
"Besok Zee temenin Pupa hapus tato ya," pinta Gerald, kian menciutkan keyakinan anaknya. Pupanya kah yang berkata ini?
"Yakinlah. Sholat Pupa udah kelamaan jadi korban, Nak."
"Hmmm ... sini, sini cium dulu ..." Zee menangkup bibirnya menghadap Pupa, Beberapa saat Gerald ikut melayangkan pipinya untuk dicium putrinya yang selalu seperti balita kecil di matanya.
"Pupanya Zee emang terbaik. Udah gentle, gagah, ganteng lagi!" rayu Zee.
"Yeh, itu mah kamunya aja yang baru sadar!" cibir Gerald kini beralih bersikap hello kitty di hadapan Zee. Tidak berjejak tampang kejahatan seperti yang sering ditudingkan.
"Pipinya boleh gigit nggak?"
"Nggak. Nggak suka, nanti pipi Zee melar,"
"Nggak apa-apa dong, Pupa jadi sering-sering cium nanti. Gigit ya,"
"Hish, Pupa dari dulu suka gigit-gigit, malu sama wifey-nya nanti," goda Zee jahil, mengundang senyum asimetris Gerald jadi tercetak begitu saja.
"Dih, belum halal juga!"
***
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAHKU (TIDAK) JAHAT
Fiksi Remaja"He's just my dad, not bad. Please, trust me!" -Zee Start: 7 Juni 2021 Finish: -