Zee masih diliput tanya, seorang Nailun, ketua OSIS-nya rela menemuinya di kelas hanya untuk memberikan susu coklat lagi?
Terdengar histeris dari para hawa kelas Zee, bahkan kelas tetangga, menyaksikan ketua OSIS yang dahulu banyak dipilih bukan hanya karena visi misinya, melainkan karena tampang dan pembawaannya yang dingin, sukses menghebohkan jagat pergosipan.
Beberapa hari ini nama Zee memang santer diiming-imingkan tengah dekat dengan ketua OSIS-nya, namun Zee membantah mereka hanya sekadar tetangga. Wajar dia memperlakukan Zee dengan amat sangat berbeda, mereka perlu adabtasi tidak hanya sebagai teman baru, melainkan tetangga baru juga.
"Buat aku?" tanya Zee memastikan.
"Iya,"
"Mm, makasih," ucap Zee sembari menerima pemberian Nail, "Jadi nggak enak dibeliin susu terus,"
Zee tersenyum di balik tundukannya memaini kemasan susu coklat yang serupa dengan namanya.
Jadi terlihat lucu saja untuk Zee.
"Bentar handphone aku bunyi," kata Nailun izin mengecek panggilan teleponnya yang bergetar di saku celana.
"Tante Inggit,"
"Hah, Tante Inggit? Ada apa ya, Kak?"
"Bentar, aku angkat dulu," Nail izin mengangkat sembari mengaktifkan loudspeaker agar Zee juga mendengarnya. Bu Inggit bahkan jauh lebih dekat dengan Zee, baik dari jarak rumah, maupun kedekatan yang lain.
Jadi tidak apa, pikir Nail.
"Assalamualaikum, Tante,"
"Waalaikumussalam warahmatullah wabarokatuh, Nail. Nail bisa pulang dulu nggak, Nak, ummimu tadi habis didatangi gengnya Pak Gerald. Sekarang masih shock, cariin kamu,"
"Astagfirullah. Ya sudah, Nail pulang sekarang," putus Nail terburu-buru mematikan panggilannya.
Zee ikut dibuat panik ketika nama sang ayah ikut terseret.
"Kak Nail, Zee ikut pulang ya," desak Zee merengek minta diikutkan.
"Nggak Zee. Kamu di sini aja, kamu masih ada jam nanti," bantah Nail sudah beranjak pergi. Namun Zee berlari lebih dulu tidak ingin didului oleh Nailun.
"Zee!" teriak Nail dirundung frustasi. Zee tidak seharusnya diperdengarkan apa pun tentang ayahnya, dan kali ini sudah terlanjur.
"Zee tunggu!!!"
Nailun ikut berlari menuju parkiran.
Napas Zee yang berantakan kini menyambut Nailun yang tidak punya pilihan. Dia harus segera tiba di rumah, umahnya sedang menunggu kepulangannya.
Zee terpaksa diikutkan.
Tiba di rumah, para bodyguard tergeletak sana-sini di depan rumah membuat Nailun harus menepikan mini cooper-nya di depan rumah Bu Inggit.
Nail berlari menemui umahnya, dan Zee berhaluan lain masuk ke dalam rumahnya juga.
"Pupa!" teriak Zee mengejutkan Gerald tengah mengintimidasi seseorang di sana.
"Sayang ... hei, what are you doing here? Ini masih jam sekolah, Sayang," sambut Gerald, meninggalkan Diton ketakutan.
Wajah putrinya membara menarik benang kecewa melihat apa yang Pupa lakukan sekarang.
"Pupa abis apain Ummi Rum???" bentak Zee tidak tahan lagi, air matanya lolos menjatuhkan diri.
"P-Pupa ngapain dia, Sayang? Pupa nggak ngapa-ngapain,"
"Terus? Kenapa Ummi Rum sekarang jadi shock gitu? Zee udah bilang Pupa nggak usah punya geng-geng nggak jelas gitu! Zee nggak mau Pupa selalu buruk di mata orang lain, Pa!" erang Zee sembari menepis air matanya dengan kasar.
"Dan, Om, nggak usah lagi temuin Pupa saya, Pupa nggak akan berurusan sama Om lagi. Om pulang sekarang!!!" alih Zee membentak tamu Pupanya untuk segera pergi.
Tidak lupa kemarahan masih melalap Zee menghadap ke Pupanya.
"Zee kecewa banget sama Pupa! Ummi Rum itu orang baik, dia yang bantu jelasin ke tetangga soal perempuan waktu itu, Ummi Rum suka tungguin Zee sampai selesai ngaji, Pupa harusnya baik ke Ummi Rum, bukan malah celakain dia, Pupa!!!"
"Pupa nggak celakain dia, Sayang. Justru—"
"Justru apa?!" sergah Zee tidak sadar membentak Pupanya.
"Zee, Pupa nggak ngajarin Zee suudzon dan meninggikan suara gini ke Pupa! Pupa nggak ngapa-ngapain dia, Nak,"
"Terserah Pupa. Zee kecewa sama Pupa!" ucap Zee terakhir kali, langkahnya berlalu pergi menerobos pagar rumah dan berlalu menuju kediaman Rum.
"Ummi ..." lirih Zee tatkala berdiri di hadapan pintu. Rum dilihatnya lemas tak berdaya di kursi sedang dipijit oleh Nail dan beberapa tetangga mengipasnya.
Cepat Zee menepis tangisnya, bergegas memeluk Rum yang ikut berkaca-kaca menerima Zee rubuh memeluk tubuhnya.
"Zee? Ya Allah, Nak ... kok di sini sih, Zee nggak sekolah?" kata Rum menyapu lembut punggung anak perempuan tersebut.
"Ummi, maafin Pupa. Zee janji Pupa nggak gitu lagi ke Ummi. Zee udah buat perhitungan ke Pupa, Ummi. Ummi jangan khawatir ya," ucap Zee sesenggukan.
"Zee sayang, Zee abis marahin Pupa?"
"Abis Pupa keterlaluan!" ketus Zee tak meleraikan kejengkelannya di pelukan Rum.
"Zee ... nanti minta maaf ke Pupa ya. Pak Gerald nggak ngapa-ngapain Ummi. Justru Pak Gerald nolong Ummi, orang-orang itu dipukulin," ungkap Rum berhasil membuat dagu Zee sontak terangkat.
"Hah? Yang bener? Ummi jangan belain kesalahan Pupa ya, Pupa kalau salah harus dikasih tahu, Ummi,"
"Enggak. Orang itu nyariin anak Ummi, makanya ngancem-ngancem Ummi. Alhamdulillah Pak Gerald tiba-tiba dateng, Pak Gerald ngajakin orang itu ngobrol baik-baik,"
"Jadi—orang tadi itu, orang jahat? Astagfirullah, Zee udah salah paham ke Pupa," Zee pucat pasi saat itu juga.
Apa yang telah dilakukan pada Pupanya???
"Zee, Zee harus temuin Pupa lagi. Zee pamit, assalamualaikum."
***
Read Quran first and make it priority.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAHKU (TIDAK) JAHAT
Teen Fiction"He's just my dad, not bad. Please, trust me!" -Zee Start: 7 Juni 2021 Finish: -