2

1.1K 52 0
                                    


"Tidak berniat minta maaf?"

Aera mematung setelah sampai di ambang pintu perpustakaaan.
Disana, orang paling menyebalkan bagi Aera telah berdiri dengan angkuh, dengan setelah jas hitam dan masih memegang handphone di dekat telinganya, panggilan mereka pun masih tersambung.

Nyali Aera langsung ciut melihat mata setajam elang itu menatap matanya lekat.

"Ma-maaf"

Gadis itu menunduk dan suara minta maaf seperti mencicit.

Daniel mematikan sambungan telepon dan meletakan handphonenya di saku celananya. Berjalan menuju Aera yang sedang tertunduk dan mengambil tangan kanannya.

"Ayo pulang"

Daniel kemudian segera menariknya menuju parkiran mobil.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah ada dalam mobil dan Daniel segera melajukan mobilnya itu.

"Ra, apa susahnya sih ngabarin abang? Kalo males ngetik tinggal nelpon aja! Gitu aja nggak bisa!"
Daniel kemudian menoleh ke samping, terdapat Aera yang masih menunduk.

"Ra, kalo diajak ngomong itu jawab, jangan bandel-bandel gitu. Berkali-kali kamu ngelakuin kesalahan yang sama, apa nggak mikir kamu?"

Daniel kembali menoleh karena dari tadi dia mengoceh sendiri tanpa ada yang menemani.

Duak

Daniel memukul stir mobil.

"Ra! Punya mulut kan!? Jawab!?"






















"BANG! AKU CAPEK TAU DIGINIIN! AKU BENCI ABANG!?"

Daniel membelakakan matanya, tiba-tiba adik kesayangannya menangis tersedu-sedu.

"Ra, jangan nangis. Abang nggak bermak-"

"Bang! kalau abang nggak suka sama Aera, pukul aja Aera, diemin aja Aera. Tapi jangan kekang Aera! Aku berhak melakukan apa yang menurut aku perlu! Abang jangan ikut campur! Aku udah gede bang! Jangan diurusin terus"

Air mata Aera terus mengalir, tangan mungil dan pucatnya terus menyeka air mata yang mengalir di pipi chubbynya.

"Abang cuma khawatir sama kamu Ra, abang takut terjadi apa-apa sama kamu"

Aera mulai berhenti menangis dan menoleh pada Abangnya yang matanya masih lurus ke depan melihat jalanan.

"Abang sayang banget sama kamu Ra"
Daniel kembali melanjutkan kata-katanya dengan suara dalam dan seraknya.

"Aku tau, tapi abang overprotektif! Itu nggak bagus!"

"Itu menurutmu. Menurut abang bagus, mau nggak mau kamu harus berada di bawah pengawasan abang"
Daniel kembali melirik Aera yang sedang melipat tangannya di depan dada.

"Ra, kamu mau apa? Nanti abang beliin ya?"


Tbc....

Kalau lo punya abang kayak bang Daniel, kamu banyakan kesel atau banyakan seneng frins?

;

My Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang