6

752 23 0
                                    

"Ra kamu kenapa mau pulang bareng dia? Kalo dia cowok brengsek gimana?"

Aera menunduk, tidak berani menatap mata abangnya yang berkilat marah.

"Maaf bang, Aera nggak bakal ngulangin lagi. Aera nggak akan jalan sama cowok sembarangan"

.........................

Laporannya telah selesai sekitar jam 10 malam. Kang Lim juga sudah pulang.

Aera hanya mengumpat tidak jelas di dalam selimutnya, kesal karena dosen menyebalkan itu memberi tugas sebanyak itu dan diberikan waktu singkat untuk mengerjakannya.
Sudah pukul 11 malam, namun matanya tidak juga ingin menutup. Satu pikiran yang mengganjal. Apa yang dilakukan abangnya pergi dini hari dan pulang subuh. Kembali gadis itu menggulung dirinya dengab selimut tebal. Lalu membelalakan matanya saat perkataan Eunha terlintas dalam pikirannya.

"Kenapa aku tidak cari tahu saja di ponselnya?"

Aera menyingkap selimutnya dan berjalan pelan menuju kamar abang nya.

Saat sampai depan kamar saudaranya tersebut, pintu terbuka lebar.
Dengan hati-hati, Aera celingak-celinguk. Tapi gadis itu tidak menemukan siapa pun disana.

..................................

Jalanan kota Seoul begitu ramai, banyak pemuda pemudi yang lalu lalang. Binar mata Daniel tampak lelah, berbanding terbalik dengan binar lampu-lampu cantik yang menghiasi sepanjang jalanan kota Seoul.

Secangkir kopi panas dan kue red velvet terhidang dengan cantik.

"Bagaimana? Apa kau siap menerima client ini?"

Seorang pemuda dengan rambut sedikit panjang, dan dikuncir ke belakang serta kacamata bertengger di hidung mancungnya tersebut menatap lurus ke arah mata Daniel.

" Soobin, aku rasa ini pekerjaan yang cukup beresiko. Untuk itulah aku mengajukan harga yang lebih tinggi pada client itu"

Pemuda yang dipanggil Soobin itu menaikan kacamatanya yang melorot.

"Aku tau, pasti client bisa membayarmu lebih. Masalahnya kau mau atau tidak?"

Daniel memegang dagunya dan melemparkan pandangannya ke atas kanan.

"Aku setuju, asalkan bayarannya sesuai keinginanku"

Daniel tersenyum lebar pada Soobin.

"Dasar kau mata duitan!"

"Hei! Itu memang tujuanku berkerja sebagai hacker, sekarang apa yang client inginkan?"

Soobin menyeruput teh nya sebentar.

"Hancurkan sistem keamanan gedung, dan ambil data keuangan perusahaan..."

Soobin menjeda kalimatnya.

"-dan dekati anak dari pemilik perusahaan itu, dan cari informasi rencana perusahaan dan kelemahan anak itu"

Alis Daniel bertautan

"Oke, kenapa job desk nya bertambah? Aku ini hacker, bukan detective. Sungguh"

Daniel kemudian menyeruput kopi nya pelan.

"Dia tahu kamu siapa. Kemampuan mu juga. Client kita adalah seorang pemilik perusahaan terkenal. Dia pasti tidak sembarangan memilihmu untuk pekerjaan ini. Dia pasti sudah mencari tahu tentangmu dahulu sebelum menghubungi kita. Masalah bayaran tenang saja"

Daniel memasuk kan potongan kue kesukaannya tersebut ke dalam mulutnya.

"Baiklah. Aku terima. Termasuk mendekati anak lawan perusahaan client kita"

Soobin tersenyum lebar. Tangannya mengambil sendok, dengan cepat menyendok potongan kue milik Daniel yang masih tersisa.

"Hei! Kau sudah punya black forest! Kenapa ambil red velvet ku!"

Soobin hanya tertawa.

"Habis terlihat enak sekali sih saat kau mengunyah. Ngomong-ngomong adikmu masih tidak tau kalau pekerjaan mu hacker?"

Daniel hanya menggeleng, kemudian menatap Soobin.

"Kau tau kan? Aku sayang sekali dengan adik ku? Pekerjaanku bisa saja membawanya dalam masalah. Dan aku tidak mau itu terjadi"

"Niel, kau itu kena sister complex ya, sampai segitunya"

Soobin tersenyum, tujuannya menggoda Daniel.

"Apaan sih, kamu aja yang nggak pernah ngerasain punya adek, nggak ada jiwa abangnya elu"

"Niel, ya udah deh kalo gitu. Tapi jangan terlalu ngekang Aera, kasian tu anak"

"Soobin, udah lah. Yok kita cus aja"

...

00.23 AM

Mobil hitam itu membelah malam di jalanan Seol yang dingin.

Soobin mengeratkan jaket kulitnya, sedangkan Daniel masih terus fokus melaju.

Tujuan: Markas utama.

Setelah melewati jalanan besar, Daniel membawa mobilnya ke dalam jalan kecil yang gelap dan sunyi.
Jalanan kecil itu diapit oleh bangunan-bangunan besar yang dindingnya sebagian besar sudah menjadi kanvas bagi anak jalanan.
Daniel kemudian memarkirkan mobilnya di depan sebuah bangunan elit.


Tbc...

My Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang