25

374 17 0
                                    

"Tidak akan sayang. Ayo kita bersenang-senang dulu ke apartemenku"

Mendengar hal itu, Jantung Aera terpacu begitu cepat, keringat dingin menuruni pelipisnya, nafasnya naik turun. Perasaan Aera sangat tidak enak.

"Ti-tidak, kumohon turunkan aku"

Suara Aera terdengar bergetar ketakutan. Kang Lim menyeringai.

"Jangan takut sayang"

Suara berat itu terdengar mengintimidasi.
Ekor mata Kang Lim melihat tangan pucat milik Aera mengeluarkan ponsel dari saku hoodienya.

Tiba-tiba pemuda itu menghentikan mobilnya, membuat tubuh Aera mendadak maju ke depan karena rem mendadak.

"Kau mau membuatku mati hah!"
Aera memegang dadanya yang naik turun akibat kejadian itu.

Srett

"Hei! Ponselku!"

Kang Lim mengambil ponsel Aera dengan cepat dan memasukan dalam saku jaketnya.

"Tidak diperbolehkan membawa ponsel saat kencan dengan ku" Kang Lim tersenyum. Sedangkan Aera sudah menautkan alisnya, memasang ekspresi tidak suka.

"Sejak kapan ini disebut kencan? Aku tidak mau!"

Aera mendelik tajam pada Kang Lim.

"Aku tidak butuh persetujuanmu kok"
Setelah berbicara begitu, Kang Lim kembali memacu mobilnya.

.............................

Kang Lim memarkirkan mobilnya dengan apik. Terdapat bangunan elit tinggi menjulang di depannya.
Pemuda tinggi itu kemudian turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Aera.

"Ayo turun sayang" Kang Lim berkata lembut.

"Berhenti memanggilku sayang!" Aera mendelik tajam pada Kang Lim.
Pemuda itu hanya terkekeh pelan, saat galak ternyata Aera terlihat lebih imut.

"Kau benar-benar tidak mau turun?"

Aera menjauhkan badannya saat tangan Kang Lim ingin meraihnya.

"Aww!"

Akhirnya kesabaran Kang Lim habis, dengan cepat dia menarik tangan Aera, mengeluarkan gadis itu dengan kasar.

"Hei! Kau akan segera ditangkap polisi! Karena sudah ada saksi bahwa kau tadi menculikku dan disana ada cctv! Dan disini pasti juga ada cctv, perbuatanmu pasti akan terlacak!"

Aera yang terseret-seret masih berusaha untuk memberontak. Kang Lim menyeretnya dengan kuat.

"Hahaha, maksudmu pegawai minimarket itu? Dia akan sulit untuk melaporkanku, cctv di minimarket sudah aku rusak, dan tampilanku sulit dideteksi, lihat pakaianku. Kemudian cctv di apartemen ini juga sudah ku matikan"

Aera berjengit, kesal sekali. Bagaimana sekarang dia akan melarikan diri, fisiknya kalah dengan pemuda ini. Ponselnya disita.

"Kau bohong kan? Memangnya apartemen bertingkat ini milik nenek moyang mu? Seenaknya saja!"

Kang Lim menoleh, memberi senyum lagi, senyuman yang membuat Aera kesal setengah mati.

"Memang punya nenek moyang ku, ayahku tepatnya"

"Mwo!"

Aera tidak bisa berkata lagi. Tangannya sakit digenggam dengan kuat, ditambah tarikan yang membuat tangannya kebas.

Mereka sedang menaiki lift, kemudian berhenti di lantai 2.

Ceklek

Brug

Tubuh ringkih itu di kurung diantara tubuh kekar dan daun pintu. Mereka sudah berada di dalam apartemen.
Kedua tangan Aera di tahan di sisi kiri dan kanan tubuhnya.

"Lepas, sakit"

Aera meringis karena genggaman tangan Kang Lim begitu kuat.

"Kau harus jadi pacarku, aku tidak butuh persetujuanmu"

"Aku tidak mau! Brengsek!"

Aera mendongak dan  menatap nyalang Kang Lim.

Ekspresi Kang Lim mengeras.

"Apa? Brengsek?"

Segera Kang Lim menahan kedua tangan Aera hanya dengan satu tangan. Menahan kedua tangan kurus itu di atas kepala Aera.

Satu tangan Kang Lim menarik pinggang ramping milik Aera, memeluknya posesif. Mereka dekat sekali, membuat Aera menahan nafasnya karena dia tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki lain selain abangnya. Kang Lim menunduk, membisikan sesuatu.

Wajah Aera langsung pucat saat mendengar bisikan itu.

Tbc....

Frins, kira-kira, apa yang dibisikin sama Kang Lim ya?





;

My Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang