"Coba kamu selidikin. Cek isi ponsel nya mungkin? Atau tanya ke temen-temennya?"
Giliran Aera sekarang manggut-manggut.
"Iya juga, tumben pinter kamu"
"Aku bukannya tumben pinter, tapi kamu yang loading lambat Haha"
"Enak saja kau"
Akhirnya percakapan itu di akhiri dengan gelak tawa sepasang sahabat itu.
.................
Entah ada angin apa. Sungguh. Aera sudah menghindari untuk bertemu dengan orang ini. Dosen paruh baya itu tiba-tiba mengambil namanya dan orang itu untuk menjadi teman satu pasang. Aera sudah berusaha untuk tukar dengan orang lain. Aera juga sudah mengajukan kepada dosennya agar tidak satu pasang dengan orang itu. Namun, keputusan dosen itu tidak boleh diganggu gugat. Jika dalam kelompok ada banyak anggota, katakan lah tiga orang seperti kemarin, Aera tidak masalah, yang jadi masalah adalah dia berdua dengan orang itu. Park Kang Lim.
"Kita kerjakan dimana?"
Suara bariton itu memecahkan pikiran Aera.
"Di perpustakaan saja"
Aera menjawab seadanya.
"Kau yakin?"
Kang Lim menaikan sebelah alisnya.
"Apa masalahnya Kang Lim?"
"Perpustakaan akan tutup jam 5 sore. Ini sudah jam 4 sore lebih 15 menit. Laporan sebanyak itu tidak akan selesai dengan hanya beberapa menit. Ditambah lagi, laporannya harus di setor besok"
Kang Lim berbicara panjang lebar.
Aera menatap penuh Kang Lim."Aku tau, mungkin kita kerjakan di cafe saja?"
"Aku tidak setuju. Di cafe itu berisik. Aku ingin tempat yang lebih tenang. Misalnya di rumah ku?"
Hell no!
Ingin sekali Aera berteriak seperti itu.
"Tu-tunggu sebentar. Kenapa harus di rumahmu?"
Kang Lim menatap Aera tajam.
"Kalau kau tidak mau, kita bisa kerjakan di rumahmu saja. Asalkan tidak berisik"
Aera menghela nafas.
"Mau pulang bersama ku? Tapi aku mau ganti baju dulu di rumahku"
...................
Entah apa yang merasuki gadis imut seperti Aera. Sekarang dia sudah ada dalam mobil Kang Lim.
"Kenapa kau tidak pernah membalas pesan ku? Atau mengangkat telepon ku? Sombong sekali"
Park Kang Lim itu orang yang terang-terangan. Hal itu membuat Aera tertohok karena di katai sombong.
"Kau salah paham. Aku hanya tidak tau harus membalas apa"
Otak Aera keruh, mungkin karena petir semalam. Hanya itu jawaban yang dapat terpikirkan.
"Apa kau benar-benar mahasiswa jurusan bahasa? Itu hanya pertanyaan sederhana yang membutuhkan jawaban ya atau tidak"
Yang benar saja. Sudah dua orang yang mengatainya begitu. Pertama abangnya, kedua Kang Lim.
"Tunggu, aku tau sebenarnya apa. Kau memang sengaja mengabaikan pesanku"
Perkataan itu membuat Aera tercengang. Iya, memang benar dia sengaja mengabaikan pemuda kekar bertato itu.
"Maaf, itu memang benar"
Kang Lim memukul setirnya. Apa laki-laki itu memang suka memukul setir mobil jika kesal?
"Kau mirip seperti abang ku, suka memukul setir jika sedang kesal."
"Aku tidak kesal, sudah hilang tadi"
"Ya sudah"
"Apa kau tidak takut denganku?"
Hell, apa sebenarnya yang membuat pemuda ini menanyakan hal seperti itu.
"Tidak"
Aera berkata begitu, tapi keringat sebiji jangung turun dari pelipisnya.
Singkat waktu, Aera hanya diam di mobil Kang Lim, menunggu pemuda itu ganti baju di dalam rumahnya.........................
"Mama! Aera pulang!"
Mamanya keluar dari dapur dan berjalan cepat menuju Aera dan Kang Lim yang ada di ambang pintu, sedang melepas sepatu.
"Wah, siapa yang datang ini?"
"Dia temen kampus ku, namanya Kang Lim. Kang Lim, ini mama ku"
Dengan otomatis, Kang Lim membungkukan tubuhnya yang tinggi itu.
"Halo tante, Park Kang Lim-imnida"
"Wah, kamu tampan, mirip Lee Dong Wook!"
Aera hanya memutar bola mata nya malas, sedangkan Kang Lim hanya tersenyum tipis.
Setelah disuguhkan kukis dan teh hangat, Di ruang tamu itu mereka segera mengerjakan laporan itu. Membalik setiap halaman buku, kemudian mengetik hal penting. Kadang berdiskusi membicarakan hal apa lagi yang seharusnya diisi dalam laporan. Seperti biasa, Kang Lim memang cerdas dengan segala analisisnya yang membuat laporannya dikerjakan dengan mulus. Walaupun banyak.
...........................
Ceklek
Suara pintu berbunyi menampilkan pemuda tampan dengan balutan setelah jas hitam.
"Abang! Kenapa pulangnya tumben jam segini? Hujan lagi"
Aera segera berdiri dari duduknya dan menghampiri abangnya dan membawa sebuah handuk kecil yang sebelumnya dia ambil dari depan toilet.
"Eh kamu? Bukannya adiknya Park Tae Hyun?"
"Hai bang Daniel! Iya benar. Ingat namaku?"
"Kang Lim bukan? Ngapain disini?"
"Hahaha, ingin mempersunting adikmu, bagaimana?"
"Hell! Adikku masih kecil, begitu juga kau Haha"
Aera hanya menaikan satu alisnya saat melihat dua pemuda itu saling melontarkan kata. Namun Aera tidak peduli, dia membantu melepaskan jas abang nya yang sedikit basah, kemudian menjinjit untuk mengeringkan rambut abangnya, tangan pucatnya seperti di kalungkan di leher abangnya dan abangnya otomatis menunduk.
"Bang, habis minum ya?"
Bau alkohol begitu pekat tercium saat wajah Aera dan abangnya berdekatan akibat aktivitas mengeringkan rambut itu.
"Iya Ra, maaf. Tapi abang nggak mabuk kok. Ngomong-ngomong kalian ngerjain tugas kan?"
"Iya bang, abang bisa lihat sendiri, buku-buku berserakan"
"Tadi pulang sama siapa?"
"Sama Kang Lim, terus mampir dulu di rumahnya Kang Lim, katanya dia mau ganti baju"
"What? Kok kamu mau sih di ajak ke rumah cowok? Nanti kalo di apa-apain gimana jadinya? Kok nggak mikir sih Ra!"
Daniel mencengkram pergelangan tangan kanan Aera yang sedang mengusap tengkuknya dengan handuk.
"Ak-"
"Bang, aku ini anak baik-baik nggak mungkin lah aku nyelakain adik dari temen abang ku"
Tiba-tiba Kang Lim memotong perkataan Aera dan berkata seperti itu.
"Abang cuma khawatir aja, Aera kan cewek. Harus tau hal seperti itu. Sebelumnya, terimakasi ya udah nganter adek abang"
Kang Lim manggut-manggut.
Daniel kemudian menjeda kalimatnya."Ra, ikut abang ke kamar"
Tbc...
Voment!
;
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dangerous Brother
RandomPossesive, overprotektif hal itu bisa tergambar jelas dalam diri Kim Daniel. Aera tau adalah abangnya seorang pegawai kantor,tapi Aera mulai curiga saat abangnya sering pergi malam hari dan pulang subuh. "Bang, abang punya pacar?"-Aera "Nggak"-Dani...