𝟯𝟮.

1K 175 9
                                    


Raut wajahnya terlihat khawatir dan kesal bersamaan. Sobekan perkamen-perkamen berserakan di lantai. Sekarang gadis itu menggeram dan mengambil buku teratas dengan kasar dari beberapa tumpukan buku.

Tuk! Tuk! Tuk!

Ketukan pada kaca jendela kamarnya mengalihkan perhatian gadis bersurai platina itu. Gadis itu, Y/n beranjak menghampiri jendela kamarnya. Seekor burung hantu berbulu coklat diselingi warna putih sedang menunggu disana dengan surat yang diikat di cakar burung itu.

Y/n membuka jendela kamarnya lalu mengambil surat itu dan menyuruh burung itu pergi. Ia membuka surat itu sembari berjalan menuju meja belajarnya.

Paula Parkinson.

Tertulis nama pengirim di depan amplop surat tersebut.

"Tumben sekali ia memakai amplop," cibir Y/n.

Ia mulai membuka amplop tersebut dan membacanya.

To Y/n Malfoy.

"Sial, tidak biasanya Paula seperti ini." gumam Y/n bingung.

Aku minta maaf, atas kecerobohanku.

Y/n mengerutkan alisnya.

Kau tau bukan kalau aku tidak bisa mengendalikan apa yang diucapkan mulutku saat aku marah atau panik?
Baiklah, langsung to the point saja.

Aku sangat panik saat kau tidak bersamaku di kereta kemarin, aku takut kau hilang karena.. dibawa untuk rapat pelahap maut, aku khawatir jika kau kenapa-kenapa. Aku mencarimu dan Lucian mengikutiku. Lucian sangat cerewet ketika aku panik, dan aku mengeluarkan semua yang ada dipikiranku. Aku minta maaf Y/n, Lucian mengetahuinya. Tapi aku yakin dia bisa berpikir dahulu saat berkata meskipun dirinya dalam sedang emosi, aku yakin dan aku dapat menjamin bahwa mulut Lucian lebih dapat memilih apa yang tidak harus diucapkannya meskipun saat emosinya tidak terkontrol.

Jika kau marah, itu wajar Y/n. But.. i beg u to forgive me please? I know its my fault.

Paula, with her apologize.

Y/n telah selesai membaca apa yang Paula tulis dalam perkamen itu. Ia tidak tau harus berbuat apa. Y/n ingin marah pada Paula, dia juga tau Paula adalah gadis yang asal ceplos dan kemungkinan untuk rahasia aman bersamanya adalah setengah dari seratus persen. Tapi, kepada siapa lagi ia bisa bercerita selain pada gadis itu?

Y/n mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya sembari menyangga dahinya dengan tangan kanannya.

"Y/n, boleh aku masuk?" tanya Draco dari luar kamar Y/n.

Y/n tersentak lalu menyembunyikan surat Paula dilaci meja belajarnya.

"Ya!" balasnya berteriak.

Pintu kamar Y/n terbuka. Pemuda berambut platina itu langsung meloncat ke ranjang queen size milik kakaknya.

"Draco!" reflek Y/n.

Draco melihat Y/n yang sedang terduduk di meja belajarnya dengan kertas-kertas dan buku-buku yang berserakan.

"Tumben kau belajar," ucap Draco mendekati Y/n.

Sial, Y/n baru menyadari kalau dia memakai baju dengan lengan yang hanya sebahu. Dark Mark nya!

Ia menutupi tangan kirinya dengan tangan kanannya dan langsung beranjak dari kursi dan menyambar sweater yang menggantung di gantungan baju lalu memakainya.

UR SMILE ; a. puceyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang