👑 I Wanna Grow Old With You 👑

314 33 3
                                    

Ost. Westlife || I Wanna Grow Old With You

 Westlife || I Wanna Grow Old With You

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍉🍉

Seharian nangis nyatanya gak berdampak apapun pada masalah yang ada. Justru malah membuat wajah sembab dan berantakan. Sayang skincarenya mahal. Itu kata Adelina pagi ini.

Di depan cermin, ia mengamatai wajahnya. Mata sembab dan wajah yang tak karuan.

“Ya Allah ... wajah cantikku ...” gumamnya seraya menangkup kedua pipinya.

“Nyesel gue nangis mulu, jadi kayak babi gini ni muka.”

“Salah sendiri nangis mulu gak berhenti,” sahutku saat tengah memilih kemeja untuk kupakai ke kampus.

Pipinya menggembung mendengar ucapanku. “Gimana gak nangis, udah dibilang jalang, dikeluarin dari sekolah. Sial banget idup sekali doang!”

Aku menoleh. Pelan kuusap pucuk kepalanya. Gemas banget sama wajahnya yang mirip babi sekarang.

“Sekarang masih mau nangis lagi?” Dia menggeleng cepat.

“Kenapa? Kan masalahnya belum selesai?”

“Capek nangis mulu. Masalah gak kelar, malah bikin muka kayak babi. Sayang, skincarenya mahal.”

Aku mengacungkan jempol. Pinter juga ni anak.

Bel rumah berbunyi dibarengi dengan suara salam. Seorang perempuan, terdengar dari suaranya. Aku menatap Delina dengan alis yang terangkat. ‘Siapa pagi-pagi gini yang bertamu?’ seolah bertanya seperti itu padanya.

Dia mengangkat bahu lantas berjalan ke luar dari kamar. Tak lama terdengar suara berisik dari arah ruang tamu. Dari celah pintu kamar, aku mengintip siapa yang pagi-pagi begini datang ke rumahku.

Dua gadis yang tak asing lagi, Raina dan Senja. Dua gadis berbalut seragam SMA itu menangis bombay. Tampak Adelina yang sudah kembali menangis. Padahal baru saja dia bilang gak mau nangis lagi.

Dasar bocah!

🍉🍉

Lagu I Wanna Grow Old With You dari Westlife mengalun menemani perjalanan pagiku menuju kampus. Sesekali aku ikut menyenandungkan lirik demi liriknya. Wajah Delina terus terbayang dalam benakku, seakan lagu itu aku tujukan padanya.

I wanna grow old with you. Seakan mewakili perasaanku yang ingin terus bersamanya. Aku ingin menjadi saksi bagaimana ia nanti akan mengandung benihku dalam rahimnya. Bersama dengannya merawat buah hati kami. Aku ingin ia yang menemaniku saat rambutku memutih. Saat semua indraku tak lagi berfungsi dengan benar. Dan kemudian mati dalam dekapannya.

“Pagi, Pak!” sapa salah satu mahasiswi saat aku keluar dari mobil. Mahasiswi yang tak kutahu namanya itu tersenyum malu-malu.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Langkah lebar membawaku menuju ruangan dosen. Tempatku beristirahat dan memeriksa hasil kerjaan para mahasiswa. Tak sedikit tatapan menggoda yang dilempar ke arahku saat aku berjalan menyusuri lorong.

The Secret Marriage (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang