1.

3.3K 152 11
                                    

Ramainya Siswa dan Siswi memenuhi jalan berbondong-bondong menuju gerbang salah satu SMK Negri di Jawa Tengah, bukan unggulan bagi Provinsi tapi salah satu yang baik bagi Kabupatennya.

Hari Senin banyak yang masih mengantuk sambil berjalan, berlari terbirit-birit karna akan ada upacara bendera, begitu pula dengan Safia Jennie, gadis putih cenderung pendek itu dengan cepat memarkirkan motornya diparkiran khusus kelas 10.

Kebiasaannya yang berleha-leha itu mengakibatkan ia selalu dan selalu berangkat mepet jam 7 tanpa sarapan pagi dan harus dijemur dibawah sinar matahari.

Berbeda dengan Jennie yang tergesa menuju lapangan, ada Irene Larasati, gadis yang digadang-gadang paling cantik itu sudah berdiri dilapangan dengan topi upacara menunggu Jennie.

Mereka berdua merupakan teman sekelas bahkan teman duduk, awal perkenalan karna Jennie yang ngebet ingin masuk Osis akhirnya menggaet Irene sebagai temannya.

Jadilah mereka kemana-mana bersama, seleksi bersama, kini tinggal menunggu hasil apakah mereka berdua memang ditakdirkan masuk dalam organisasi sekolah itu.

"Hoi! Gila, gue kira udah mulai upacaranya, terus buat apa gue lari-lari dari parkiran kalo barisan aja masih acak adul begini." Jennie datang dengan napas yang ngos-ngosan setelah berlari dari parkiran.

"Makannya kalo udah bangun itu langsung mandi, jangan malah main hp!" Irene sudah sangat hapal tabiat temannya ini, seolah handphone itu hal yang harus Jennie utamakan daripada bersiap menuju sekolah.

"Cek! Cek! Ayo cepat baris jangan lelet! Udah SMK kok!" Seorang Bapak kesiswaan berdiri diatas mimbar tengah lapangan dengan mikrofon didepannya, suara lantang memerintahkan siswanya untuk cepat berbaris rapih karna upacara bendera akan segera dimulai.

"Wen! Lo pendek dibelakang jangan didepan, nanti ditegur Guru cepat pindah." Ucap Malik sang ketua Kelas Komputer dan Jaringan A, menyuruh Wendy siswi pendek tapi selalu berbaris didepan mengikuti teman-teman barunya yang memang tinggi-tinggi.

"Ck! Ini namanya diskriminasi orang pendek! Ngga sopan!" Sungutnya sambil mundur untuk berbaris dibelakang, bukannya ia ingin dikira tinggi atau apa tapi ia tak suka akan teman sekelasnya yang memang sengaja berbaris dibelakang, tak bisa ia dikumpulkan dengan mereka.

"Psst-psst Mih!" Panggil Seulgi, kelas Komputer dan Jaringan B yang merupakan teman seleksi Osis Wendy. Mih adalah Mamih panggilan yang ditujukan untuk Wendy yang memang selalu cerewet pada temannya dan juga postur tubuhnya yang gemuk pendek itu seolah mendukung.

"Kok lo dibelakang?" Wendy langsung mengambil tempat disamping Seulgi dan masih tetap pada barisan kelasnya.

"Banyangan pohonnya ngga sampe depan, mending dibelakang adem." Walaupun Seulgi termasuk tinggi dikelasnya tapi ia selalu menolak berdiri didepan, panas matahari itu musuhnya, bukan takut hitam atau apa tapi baju putih yang dipakainya itu seolah tambah panas jika terkena sinar matahari, membuat berkeringat dan bau badan kemana-mana.

"Dasar! Gue yang rela-rela didepan malah didepak ke belakang!" Wendy masih tidak terima tapi tak apa karna ada Seulgi teman untuk mengobrol selagi upacara berlangsung, bukannya diam mengamati upacara dengan hikmat ini malah bergosip ria dibelakang.

"Eh, abis ini langsung kumpul didepan kesiswaan, kan?" Tanya Stefi, teman sekelas Wendy yang juga ikut mendaftar osis tapi tak begitu disukainya, padahal Seulgi sangat akrab dengan Stefi tapi Wendy tetap tak menyukai gadis itu.

"Ya digrup gimana?" Sewot Wendy, nadanya pun ketus melengos menatap Seulgi tak ingin melihat Stefi.

"Disuruh kumpul." Stefi masih dengan raut dan nada polosnya menjawab biasa saja, seolah ia tak tau bahwa Wendy sangat tak menyukai kehadiran gadis itu.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang