17.

414 54 5
                                    

Melupakan seseorang masih menjadi PR untuk Jisoo, setelah kejadian didepan stasiun televisi lokal daerah, ia bertekat mati-matian untuk mengacuhkan pemuda bernama Seokjin Wiratama.

Semua pesan atau telepon yang biasanya ia nantikan menjadi yang paling ia acuhkan, hari berlalu dengan susah untuk dirinya yang terus merindu dan mencintai sang pujaan hati.

Hingga seorang Abian Fahri datang dikehidupan SMK-nya, anak pramuka jurusan teknik sepeda motor itu mampu mengalihkan perhatiannya, ia berpikir ini lebih baik daripada menunggu atau bahkan mengganggu hubungan orang lain.

Hari-harinya terus dipenuhi pesan-pesan dari Abi yang menenangkan hati bukan memenangkan hati. Awal pertemanan dari aplikasi facebook lalu lanjut pada permintaan nomor WhatsApp yang diiyakan oleh Jisoo.

Sejauh ini cukup nyaman dan stabil hubungan mereka walau belum adanya pernyataan cinta tapi itu cukup bagi Jisoo agar teralihkan fokus dari Seokjin.

Lagi-lagi kamis sore di rumah Irene, kelima sahabat itu menyempatkan mampir sejenak setelah pulang sekolah untuk mengobrol bahkan menggosip.

"Sumpah! Kelompok gue ribet banget kelas sepuluhnya! Ini ngga pada dengerin waktu dikasih tahu apa gimana, sih?!" Jennie bersungut-sungut membalas beberapa pesan dalam grup kelompok untuk LDK calon osis besok jum'at hingga minggu pagi.

"Salah siapa daftar lagi periode ini." Wendy dengan santainya tiduran diatas tempat tidur Irene sambil memakan keripik kentang dari toples, gadis itu memang tidak lagi mendaftar kali ini karna larangan keluarganya.

"Ya, anjir! Gue dipaksa-paksa sama dua curut ini! Kalo ngga mereka berdua berisik terus ya gue milih ngga daftar lagi." Jennie menunjuk Jisoo dan Seulgi yang begitu memaksa dirinya padahal ia ingin mengikuti jejak Wendy.

"Gue malah dipaksa sama cowok lo, Jen! Gila emang si Namjoon, ngga disekolah ngga diWhatsApp maksa mulu!" Seulgi menjadi korban kecerewetan Namjoon yang khawatir akan nasib osis jika para temannya tidak ikut lagi.

"Please! Namjoon bukan cowok gue, tolong diingat dalam hati, pikiran, dan otak! Gue ngga ada hubungan apa-apa sama Namjoon, okey?! Kalian paham?!!" Seolah tengah mengajar muridnya, Jennie menuntut kepahaman para temannya.

"Tapi lo pada emang ngga kasian apa sama kelas sepuluh yang daftar osis nanti kalo banyak kelas sebelas yang ngga ikut lagi, gue itu mikirnya disitu makannya bela-belain ikut lagi, terus sarang juga banyak banget yang ngga nerusin, sebel banget." Jisoo yang memang lebih memikirkan orang lain atau hal lain dibandingkan dirinya sendiri membuat rasa tidak enakan terus maju dari pada kepentingan sendiri.

"Ehiya, bener! Gue heran itu Adhi, Hendra, bahkan Putra ngga ikut lagi, gue juga sebenernya masih mau tapi orang tua sama kakak gue ngga ngebolehin, katanya nilai gue turun gegara osis." Irene yang mau tak mau harus menuruti keinginan keluarganya.

"Ya mereka kan sahabat sehidup semati kali dari SMP bareng terus, jadi satu orang ngga lanjut ya merembet ke semuanya termasuk mantan lo kan?" Irene hanya mengangguk, sungguh ia sudah biasa saja jika membahas Taehyung, walau rasa kesal dominan dihatinya tapi sudahlah lupakan saja, carilah cowok yang baru pasti ada yang mau kok, pikir Irene ingin segera lupa akan semua hal yang ia lalui dengan mantannya.

"Bicara soal mantannya Irene, gue jadi inget akan curhatannya Nadia, katanya si Taehyung ini ngilang-ngilang terus, tiba-tiba entah kemana susah dikabari terus waktu Nadia mau nyerah eh muncul lagi, manis-manis lagi terus kata Nadia karna ya dia sayang banget sama tuh cowok jadi tetep bertahan pacaran sampe sekarang." Jisoo selaku teman sekelas bahkan teman SMP dulu jadi tempat mencurahkan isi hati oleh Nadia.

"Mereka ngga pacaran." Celetukan Seulgi mengalihkan atensi semuanya, gadis gendut itu bicara dengan santai tapi begitu yakin akan ucapannya.

"Kata siapa, anjir?!" Wendy tidak bisa tidak penasaran, bahkan tidak hanya Wendy tapi semuanya.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang