7.

555 68 4
                                    

Sabtu siang sekolah yang seharusnya sepi menjadi ramai karna pertandingan liga masih berlanjut, akan ada masing-masing empat pertandingan untuk sepak bola dan voli.

Suara merdu milik Misellia Ikwan terdengar memenuhi lapangan depan, dibawah teriknya matahari masih ada saja manusia yang sedang galau.

"Ini ponselnya siapa, sih? Galau amat." Telinga Jennie seperti berdengung karna mendengarkan lagu tentang akhir hubungan yang tak semestinya, ia begitu alergi dengan lagu seperti itu.

"Punya wakil sekertaris." Wakil sekertaris yang merujuk pada Ravi, cowok tinggi dan kurus kelas Multimedia A teman Jisoo yang bisa dibilang sedikit alay?

"Pantes! Lagunya beginian, dia cowok tapi sukannya lagu putus cinta, bucin dan kawan-kawannya."

"Wen! Pake ponsel lo aja, dangdutan ajalah, sepet kuping gue." Semua temannya tertawa akan omelan Jennie.

Didepan ruang osis Jisoo sibuk menali sepatunya sekencang mungkin agar tidak terlepas saat ia bergerak bebas. Ia dipilih oleh teman sekelasnya untuk mengikuti voli mewakilkan kelas mereka, padahal ia tak bisa memainkan bola voli.

"Main, Jis?" Seokjin datang dengan santai dan gagahnya memberikan efek jantung yang bertalu-talu kencang bagi Jisoo.

"Iya, Mas." Singkatnya tak ingin mempermalukan diri didepan orang yang ia sukai.

"Lawan mana?" Cowok itu ikut berjongkok disamping Jisoo yang sudah selesai menali sepatu. "Kelasnya cewekmu, Mas." Ini bagaimana bisa? Jisoo selalu bersaing dengan cewek itu, mendapatkan Seokjin dan juga volipun lawannya harus kelas Sandra?

"Woah! Berat, sih. Atlet voli semua." Dikelas kekasihnya memang ada beberapa siswi yang sudah khatam dalam bervoli, sering mewakilkan sekolah setiap ada lomba cabang voli putri.

"Ah, Mas! Jadi insecure, kan!" Keluhnya yang menjadi takut untuk bermain.

"Lo, mah! Insecure terus! Badan begitu insecure, jerawatan insecure, gebetan udah punya orang insecure, overthinking aja terus sampe cowok yabg lo suka nikah sama pasangannya." Seulgi keluar dari koperasi membawa minuman bersoda yang tadi ia titip pada teman osisnya.

"Lo--"

"Belum move on juga? Dia belum putus?" Seokjin nimbrung, entah mengapa ia tertarik akan kisah mengenaskan Jisoo.

"Belum, Mas! Sebel banget, kan?! Udah kepikiran terus, mana ketemu setiap hari, lagi." Bibir Jisoo mencebik kedepan dengan hati yang berteriak 'LO! IYA, LO! KENAPA BELUM PUTUS DARI PACAR CANTIK LO ITU, SIH?!' Teriakan batin yang ditujukan untuk cowok didepannya.

"Usaha biar dia putus, dong! Kalo cuma insecure mah ngga bakal juga dia tahu kamu punya rasa. Tunjukin! Kamu lebih segalanya dari ceweknya yang sekarang." Tangannya terangkat menepuk-nepuk pelan kepala Jisoo yang diam terpaku.

"Tuh, usaha! Jang--"

"Kamu kapan putusnya, Mas?" Pertanyaan tiba-tiba dan kurang ajar keluar dari mulut Jisoo membuat ia dan Seokjin sama-sama diam terpaku memandang satu sama lain.

Tangan Seokjin yang berada diatas kepala Jisoo diam serasa kaku, tetap berada diatas kepala gadis itu. Tatapan keduanya terus bertemu entah apa yang mereka pikirkan.

"Jis! Kelas lo mana? Udah ditunggu." Namjoon selaku ketua acara datang ngos-ngosan karna berlari dari lapangan depan.

Jisoo langsung ngacir pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun meninggalkan Seokjin yang akhirnya berdiri sembari menghela nafasnya.

"Seul, bilangin Jisoo kalo emang cowok itu Mas, tolong bilangin buat berhenti, karna Mas sangat sayang sama kekasih Mas yang sekarang, tolong." Pikirannya blank seketika, serasa raga ada tapi pikirannya melayang-layang entah mencari apa.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang