Yang awalnya dua minggu menjadi satu bulan, terus berlanjut surat edaran untuk tetap dirumah terus dikirim sekolah melalui grup whatsapp kelas masing-masing, hingga berakhirlah masa PKL pun mereka diharuskan tetap dirumah bahkan sampai naik kelas dua belas.
Kelas dua belas dimana mereka sudah harus fokus pada masa depan, kini menjadi tidak berarti karna kegiatan pembelajaran melalui daring, banyak anak menjadi begitu malas dan serasa percuma karna mereka pun masih tetap main kesana-kemari layaknya libur panjang.
Sampai dipenghujung tahun kondisi masih tetap sama, banyak siswa yang sudah sadar bahkan panik memikirkan masa depan, mana yang harus mereka pilih? Memilih kata hati atau keinginan orang tua?
Seulgi dihadapkan pada pilihan yang rumit akan masa depannya, ia bingung harus menuruti keinginan sang Ibu untuk lanjut sekolah lagi atau mengikuti keinginan hati Bapak yang sudah cukup sampai SMK saja, Bapak Seulgi adalah orang yang selalu membiarkan anaknya memilih apa yang mereka suka walau hati sang Bapak berkata tidak tapi ia tak pernah menyuarakan.
Ketiga kakaknya mungkin bisa terus melakukan apa yang mereka inginkan karna tak tahu isi hati orang tua, tapi Seulgi tak bisa acuh begitu saja, keinginan untuk sekolah tinggi-tinggi harus pupus akan rasa pekanya pada perasaan Bapaknya sendiri, jika sang kepala keluarga saja ingin sekali berkata tidak, mengapa Seulgi sebagai anak begitu keras ingin menentang?
Berhari-hari pikirannya dipenuhi tentang bakal menjadi apa dirinya dimasa depan? Banyak sekali orang-orang yang menyuruhnya terus melanjutkan saja sekolahmu, mau jadi apa jika sampai disini saja? Kamu perempuan, bukan sepatutnya hanya berhenti sampai SMK saja, banyak ucapan yang hanya bisa disenyumi tanpa dibalas, Seulgi tak ingin meraung-raung akan nasibnya, hanya ingin dada yang lapang akan semua takdir Tuhan.
Malam hari dirumah Jennie, aroma makanan berkuah pedas tercium mengelilingi ruang tengah dengan suara televisi yang menyala, satu mangkuk kaca besar berisi seblak yang mereka buat bersama.
Acara menginap yang sudah diagendakan jauh-jauh hari pun terlaksana hari ini, karna Jennie ditinggal oleh Ibu dan Adiknya yang pergi ke Jakarta guna menengok sang Ayah yang bekerja disana.
Satu mangkuk ukuran biasa didepan Jisoo berisi seblak yang berwarna pucat, sebab gadis itu sangat anti yang namanya makanan pedas, katanya jika ia memakan makanan pedas mulutnya akan kesemutan? Entahlah apa maksud gadis itu.
Ohya tentang nasib asmara Irene dengan Reyhan sudah kandas bahkan sebelum menjadi sepasang kekasih, pemuda itu seperti melakukan prank pada hidup Irene, memiliki kekasih tiba-tiba menjadi alasan kandasnya hubungan mereka.
"Sama itu aja, siapa yang dulu di PKL-an? Om siapa?" Jennie berusaha mengingat nama pekerja ditempat PKL mereka yang dulu sempat mendekati Irene.
"Om Nanta? Udah mau nikah, anjir! Asli! Gue sama om om saja dimainin apalagi sama yang seumuran! Dulu dia ng-DM gue tapi ngga ngefollow, setelah dicari tahu ternyata udah punya tunangan! Waktu itu sampe modus nanyain gue kapan ke Jogja lagi tapi gue sendiri, ngga sama kalian, katanya mau diajak main, untung ngga tergoda!" Cerita Irene panjang lebar yang lagi-lagi bernasib buruk akan kisah asmaranya.
"Gila, sebenarnya gue itu bingung sama lo, Rene, lo cantik tapi kenapa yang deketin lo itu brengsek semua? Lo dulu penjahat negara apa gimana? Tragis amat." Ucap Jisoo yang sebenarnya ia sendiri iri akan fisik Irene yang ia anggap begitu pas untuk gadis seumuran mereka.
"Ngga tahu! Udah sabar banget gue! Capek asli, kepengen banget nemu yang serius gitu, gue juga bingung salah gue dimana sampe apes mulu, brengsek mulu." Irene sudah lelah akan nasib percintaannya yang memiliki pola berulang, pendekatan lalu ditinggal, begitu terus tak ada perubahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah-Kasih [TAMAT]
Teen FictionMasa SMK bagi Jennie, Irene, Wendy, Jisoo, dan Seulgi. Warning 18+ Untuk kata kasar dan kenakalan remaja.