20.

463 58 40
                                    

Ekstrakulikuler Pramuka memang hanya wajib untuk kelas sepuluh, tapi saat kelas sebelas mereka wajib mengikuti kemah yang katanya untuk mendidik karakter siswa.

"Mendidik karakter apaan?! Karakter seseorang mah ngga bisa dididik, ngalir aja gitu dari lahir, mana ini lewat kemah apa ngaruhnya, anjir!" Oceh Wendy saat kabar tentang kemah ini berhembus, mereka memang sudah malas yang namanya mengikuti kegiatan yang berbau kepramukaan itu.

"Biar ngikutin dasadharma kali." Jisoo berusaha berposistif thinking, dia berbeda dengan Wendy yang mengoceh terus menerus, gadis itu hanya menerima dan lakukan saja apa yang diperintah tanpa banyak protes.

"Dasadharma apaan, hafal juga engga." Ucap Jennie disusul tawa para sahabatnya.

Kamis sore, h-1 sebelum kegiatan mereka diharuskan mengumpulkan peralatan kelompok, seperti alat masak, karpet, dan yang lainnya karna akan diangkut menggunakan truk esok hari, berbeda dengan siswanya yang menggunakan bis 3/4.

Seulgi memasuki gerbang sembari menenteng tabung gas 3kg milik ibunya, mengeluh dalam hati karna tangan kirinya juga menenteng kantung kresek berisi panci dan wajan.

Matanya memandang semua penjuru guna melihat dimana kelompoknya berada, satu karung besar berisi beberapa peralatan yang sudah dinamai kelompok mereka.

Kini tugasnya tinggal mengantre untuk memasukan peralatan kedalam GOR dan juga harus didata oleh beberapa anak pramuka. Awalnya hanya ada keluhan karna silau matahari dan jangan lupakan kakinya yang tadi tergores paku dari kayu samping GOR.

Mendadak perasaan dongkol tergantikan begitu cepat hanya karna senyum seseorang, Seulgi yang ingin cepat menyelesaikan kegiatannya hendak menyalip antrean satu kelompok pemuda anak Pemesinan.

Ketua kelompok itu tidak marah tapi malah tersenyum begitu manis mempersilahkan Seulgi menyela antreannya, pemuda yang cenderung memiliki kulit berwarna gelap, tinggi dengan senyum sangat manis itu menganggu pikiran bahkan hati Seulgi.

Ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang bersemu malu dan juga debaran jantung yang bertalu kencang tapi candu, kepalanya tak bisa berhenti untuk menengok kebelakang tempat pemuda itu berada, senyum lagi-lagi disunggingkan begitu apik dan cocok diwajahnya.

Perasaan sore itu adalah pertama kalinya Seulgi rasakan, ia menjadi bertingkah konyol hanya untuk berpas-passan dengan pemuda itu, melakukan kegiatan yang tak berguna hanya agar melihatnya.

Ditempat perkemahan para sahabat Seulgi mencerca gadis itu untuk memberitahu mereka siapakah orang yang bisa mengambil hati Seulgi. Duduk diatas pionering berbentuk kursi yang dibuat kelompok Seulgi, mereka terus memojokkan Seulgi.

"Siapa sih, Seul? Gue kenal? Atau kita semua kenal?" Jennie dengan begitu antusiasnya menggoyangkan lengan gempal Seulgi meminta jawaban.

"Kalian semua kenal, seangkatan kok sama kita." Jawabnya dengan santai walau sebenarnya gadis itu begitu malu mengakui siapa orang yang disukainya.

"Namanya siapa?!! Jangan bikin penasaran, deh!" Wendy mengeluarkan suara cemprengnya menarik perhatian beberapa orang, dan yah lagi-lagi membuat malu.

"Jangan keras-keras bego! Itulah, kalian ken--" Ucapan Seulgi terhenti karna melihat pemuda yang disukainya tertangkap pandangan mata menenteng peralatan mandi dan juga handuk tersampir dipundaknya, berjalan mendekat sembari mengobrol dengan temannya, jantung Seulgi seakan ingin meledak-ledak tak karuan.

Pipinya memerah membuat para sahabatnya mengernyit bingung, satu senyuman dari pemuda bernama Tegar hanya bisa dibalas senyum gelagapan Seulgi, keempat sahabatnya pun langsung tahu siapa orangnya.

"Jadi dia? Baik kok emang anaknya." Jisoo berucap karna ia merupakan teman se-SMP pemuda itu. Semuanya pun berteriak heboh menggoda Seulgi yang menunduk malu-malu, banyak mata memandang tapi tak mereka hiraukan, kapan lagi menggoda Seulgi yang sangat acuh akan hubungan asmara.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang