13.

430 61 1
                                    

H-1 festival seni membuat anak osis harus mendekam di ruang osis menyiapkan semua yang dibutuhkan esok hari, berbagi tugas pun dilakukan, membawa alat musik ke GOR, menyiapkan perintilan panggung, dan juga ada yang mencari sponsor untuk ajang olahraga satu bulan setengah lagi.

Seulgi menggendong tasnya berjalan menuju ruang osis, sore ini ia harus ijin tidak membantu para rekannya karna berlatih drama untuk kelasnya besok.

"Hallo Gengs!!" Sapanya ceria menatap sibuknya sekitar. "Tuh, bantuin Irene motong-motong background." Jennie sibuk dengan helm dan map berisi proposal menyuruh Seulgi untuk membantu.

"Sorry, gue ijin semuanya. Mau latihan drama, maaf banget." Sebenarnya rasa tidak enak memenuhi hatinya, tapi bagaimana lagi? Kelas pun harus ia prioritaskan.

"Tapi nanti ikut lembur kan? Nata panggung, ribet banget ini, masih banyak yang belum diurus." Irene menghampiri Seulgi diambang pintu. "Jam 7? Berangkat lah, paling nanti habis latihan langsung kesini."

"Doain gue biar dapet duit banyak, gengs!" Terik Jennie sembari membonceng pada Namjoon, teman mencari sponsor kali ini.

"SEMANGAT BESTIE!! JANGAN BALIK KALO BELUM DAPET DUIT!!" Jari tengah Jennie teracung sambil lalu. "Tapi ini ada ngga yang bisa tebengin gue ke rumah Bu Ranti?" Bu Ranti adalah pelatih drama musikal kelas Seulgi dan banyak juga anak band, tau padus yang berlatih disana.

"Ngga ada, lagi sibuk semua, lo bawa motor gue aja gimana? Nanti gue pulang sama Taehyung aja." Sesaat Irene akan menyodorkan kunci, Putra datang menawari tumpangan, sekalian menuju tempat son yang disewa sekolah.

Seulgi dan Putra pergi setelah memberi semangat pada beberapa temannya. Mengobrol betapa lelahnya menjadi anggota osis, ada juga celetukan menyesal masuk organisasi itu tapi bagaimana lagi? Sudah terlanjur jatuh, harus bisa naik dan menikmati proses yang ada.

Namjoon dan Jennie keluar dari sebuah toko roti yang sedikit terkenal disana bahkan memiliki beberapa cabang, mengantungi tiga ratus ribu rupiah melebarkan senyum Jennie.

"Akhirnya, gue dari kemarin nyari sama yang lain dapetnya pasti donatur bukan sponsor, baru kali ini dapet yang merah tiga lagi, berarti bener kata yang lain, kepala botak lo membawa berkah kali Joon." Anak osis membicarakan kepala Namjoon yang sedikit rambut itu mungkin dapat membawa berkah karna selalu membawa uang proposal yang banyak.

"Berkah?! Yang lain bilang cocok jadi pengemis karna botak gini." Sontak tawa Jennie pecah membuatnya menjadi perhatian sekitar.

"Udahlah, naik. Keburu makin sore pada tutup nanti." Perjalanan kembali dimulai mencari toko-toko besar yang kiranya berbaik hati pada mereka.

"Eh! Nanti malem kan lembur buat besok, lo ikut? Rumah lo kan jauh." Sembari mendekap map dengan erat melongokkan kepalanya melewati pundak Namjoon agar mudah saat mengobrol.

"Ikut, masa yang lain sampe malem, gue sore udah pulang, ngga adil nanti. Paling tidur di ruang osis, besok pagi-pagi buta baru balik." Walaupun rumahnya jauh, tapi Namjoon tak ingin membuat hal itu menjadi alasannya tidak membantu para rekannya.

"Ya ngga papalah, pasti nanti yang berangkat juga itu-itu aja, bakal ada alasan ngga boleh sama ortu bla-bla-bla, sebel!" Gerutu Jennie akan tabiat para teman osisnya yang selalu saja menjadikan ijin orang tua sebagai alasan.

"Haha, ya anak cewek pasti orang tuanya juga takut ada apa-apa sama anaknya. Udahlah, gue denger lo besok tampil nge-dance?"

"Hah?! Denger dari siapa?!" Kaget Jennie, ia sengaja tak mau memberitahu yang lain bahwa ia perwakilan kelas untuk menari, takut jika dibully.

"Banyak kok anak-anak pada ngomong, bisa nari juga. Gue kira galak kek lo badannya kaku kek kanebo." Goda Namjoon sembari fokus pada jalanan dan silaunya matahari yang hendak tenggelam.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang