8.

523 61 2
                                    

Minggu pagi dikamar Wendy sudah berisi teriak-teriakan lima orang gadis karna drama korea yang mereka tonton.

Sesuai yang direncanakan kemarin, mereka ijin untuk tidak mengikuti liga pagi ini tapi akan berangkat siang harinya.

"Udahlah jangan nonton drama terus, bisa mabok gue, ganteng bangettt." Mereka duduk diatas karpet dengan posisi melingkar saling berhadapan, laptop sudah berganti hanya mengeluarkan suara dari lagu yang disetel.

"Diminum, yah. Mamah masih masak soalnya, nanti kalo udah mateng baru makan." Ibu Wendy datang membawa nampan berisi 4 gelas kopi susu dan 1 susu coklat.

"Mah, cimol aja, ada?" Irene melunjak, mereka memang sering disuguhkan kopi dan cimol jika main ke rumah Wendy, tapi kara Jennie yang sama sekali tidak bisa minum kopi diganti oleh susu coklat.

"Ada, tapi makan nasi dulu, yah?"

"Cimolll ajaaa." Rengek mereka berempat sangat tidak sopan, sudah main minta ini itu, melunjak terus.

Ibu Wendy menurut dan kembali menuju dapur untuk menyelesaikan masakan dan menggoreng cimol untuk mereka.

"Jadi kenapa lo minta kita kumpul dirumah gue, Seul?"

"Pengen makan cimol gratis." Ia menyesap kopi susu tanpa meniup dulu. "Anjing! Panas!" Kasarnya karna lidah yang terasa melepuh akibat kopi panas.

"Yang sopan, bego! Rumah orang ini." Jisoo memukul kepala Seulgi agar bisa menjaga lisannya. "Gue yakin, lo pasti bawa gosip kan, Seul? Cepet beberkan semuanya."

"Lo kapan move on?" Pertayaan tiba-tiba yang ditujukan pada Jisoo sontak membuat mereka diam terpaku menatap Jisoo menunggu jawaban.

"Hah?! Nga-ngapain?!" Gagapnya karna gugup ditatap sebegitu intensnya oleh mereka.

"Udah cepet move on! Karna Seokjin udah nyurus lo ilangin rasa yang lo punya buat dia karna dia masih sangat-sangat-sangat sayang sama ceweknya, itu yang Seokjin suruh buat bilangin ke lo." Semuanya kaget akan ucapan Seulgi barusan.

"I-i--tu beneran?" Tatapan Jisoo begitu kosong sama dengan pikirannya yang blank seketika.

"Iya, itu kemarin setelah lo tanya dia kapan putus sama ceweknya, terus ngomong gitu ke gue." Wendy dan Irene terus mengelus pundak Jisoo dan membisikkan kata untuk tenang.

"Yaudahlah, cari aja yang lain."

"Dikira gampang!" Wendy tidak setuju akan perkataan Jennie yang dikira mudah mencari yang lain?!

"Gue ditolak? Bahkan belum apa-apa, gilak!" Jisoo tertawa sarkas dan langsung luruh menubruk Seulgi, menyandarkan wajahnya pada pundak gadis itu, menangis terisak disana.

"Udah, ikhlasin biar lega, pelan-pelan aja jangan langsung woosh cari yang lain, ikhlasin dulu, sendiri dulu, nyenengin diri sendiri dulu, kalo udah langsung gass cari yang lain." Mereka terus memberi kata-kata motivasi untuk Jisoo.

"Seokjin anjing!" Teriaknya tiba-tiba dengan begitu kesal seolah ada Seokjin didepan mata, ia maki-maki tanpa henti.

"Baguss!! Terus ngga papa ngomong kasar, lampiasin terus." Seulgi begitu senang bahkan mendukung Jisoo yang mengeluarkan kata kasar seperti memaki orang.

Setelah tangis-menangis, maki-memaki bahkan bergosip sudah mereka lakukan, kini jam sudah menunjukan pukul setengah satu siang saatnya mereka menuju sekolah untuk mengurus liga sesuai janji Jennie pada Namjoon saat meminta ijin.

Saat akan membuka pintu osis mereka mendengar bentakan bahkan makian dari dalam membuat tangan Irene menggantung saat kan menyentuh gagang pintu.

"Lo harusnya sadar! Ancur! Sumpah ancur! Mikir! Jangan ngasih ijin sembarangan! Kalo dilapangan aja keteteran! Lo liat tadi pertandingan molor berapa lama?! Pemain datang tapi panitia malah belum beres-beres!! Tanggung jawab lo jadi ketua acara mana?! Koordinasiin yang bener!! Baru program pertama udah begini gimana selanjutnya?! Bikin malu!!" Jennie sudah tahu siapa yng sedang memarahi siapa akhirnya dengan nekat membuka pintu tanpa salam dan mereka berlima masuk duduk disamping Namjoon, yang awalnya kelas 10 sendirian didalam.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang