Ditengah banyaknya sidak yang tiba-tiba dilakukan pihak sekolah, menjelang sore di ruang osis ada yang menjerit frustrasi akibat ditolaknya proposal kegiatan olahraga yang melibatkan beberapa sekolah di kabupatennya.
Pintu terbuka dengan keras, terpampanglah wajah senang antusias karna baru saja kembali dari ruang kepala sekolah dengan hasil yang memuaskan.
"Di-acc, gengs!" Pekik Irene yang masih berdiri diambang pintu belum tahu akan kesalnya beberapa temannya didalam.
"Sumpah?!" Semuanya terkaget melotot, bagaimana bisa kegiatan yang diajukan seksi bidang kebudayaan dengan gampang disetujui, sangat berbanding terbalik dengan proposal kegiatan seksi bidang olahraga yang ditolak mentah-mentah.
"Kok bisa? Tuhkan, pilih kasih, anjing!" Adhi memaki karna ini adalah kegiatan yang diketuai oleh dirinya, makannya ia begitu kesal karna perlakuan yang tidak sama.
"Masuk dulu sinih, Rene, Jis." Tangan Wendy memberi gestur agar dua gadis itu duduk disampingnya. "Kenapa?" Irene dan Jisoo yang belum tahu apa-apa begitu ling-lung.
"Kok bisa disetujui, Rene? Soalnya tadi gue sama Adhi ngajuin proposal lomba antar sekolah ngga disetujui." Namjoon yang lebih bisa menjaga emosinya bertanya perlahan, tentu saja ia kesal walaupun bukan ia ketua acaranya tapi kan kegiatan bersama.
"Hah?! Kok bisa?! Tadi gue sama Jisoo ke kesiswaan, terus ke Bu Ana ngasih tahu bla-bla-bla, terus Bu Ana setuju ditandatanganin lalu maju ke ketua kesiswaan, udah terus langsung diajak ke kepala sekolah, terus ini disuruh buat pengumuman kelas." Irene menunjukan kertas yang dipenuhi tulisan Bu Ana, Pembina seksi bidang yang Irene jalani.
"Ngga ditegur tentang dana? Lo minta berapa sih buat festival seni?"
"Sembilan, engga ngomong tentang dana katanya oke-oke aja terus udah langsung ditandatanganin. Lo kehambat dana?"
"Iya, gue sama Namjoon sampe sana engga didampingi pembina seksi bidang, terus dibilang engga bisa, Mas. Sekolah ngga punya dana segitu banyaknya, tapi lo ngajuin festival disetujui, anjir!" Kepala Adhi rasanya ingin pecah, sudah susah-susah membuat proposal dengan sekertaris, eh ditolak mentah-mentah.
"Lo minta 17 sih, Dhi. Mungkin kebanyakan itu."
"Ya tapi kalo emang ngga ada duit jangan ngesetujuin festival, dong! Kan iri anjir! Ah, udahlah!" Kakinya menendang proposal hingga masuk kedalam kolong meja, semuanya pun tahu apa yang Adhi rasakan tapi tak bisa berbuat apa-apa.
"Yaudah Rene sama Bu Ana disuruh ngapain yuk gerak biar cepet, udah dua minggu lagi soalnya." Walaupun ia juga kecewa tapi Jennie harus tetap berpikir jernih karna ada satu lagi kegiatan yang harus mereka kerjakan, yaitu festival seni bagi kelas sepuluh.
"Disuruh buat pengumuman, terus Seul tolong bikinin pamflet sama desain buat background panggung, udah sih itu aja, paling h-1 kita beres-beres GOR buat nata-nata alat musik dan lainnya." Irene menjelaskan apa yang tertulis dikertas dalam genggamannya.
"Yuk, Ai, aku aja yang bikin pengumuman." Taehyung beranjak mengajak Irene menuju ruang piket. "Ini isi pamfletnya apa aja? Harus jadi sekarang juga?" Seulgi yang sudah siap dengan laptopnya bertanya.
"Oh! Ini, kalo bisa sekarang ya bagus kalo engga ya paling lama besok Seul." Seulgi menganggu-nganggu menyanggupi.
Ruang osis menjadi hening setelah Irene, Jisoo, dan Taehyung pergi. Ada sebagian yang tiduran dilantai terutama yang baru saja ditolak proposalnya, lelah fisik dn pikiran membuat emosi yang tidak bisa stabil.
"Gue tahu!" Hendra menjentikkan jarinya dengan wajah sumringah, beberapa temannya ada yang penasaran tapi juga ada yang biasa saja karna sudah terlanjur kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah-Kasih [TAMAT]
Novela JuvenilMasa SMK bagi Jennie, Irene, Wendy, Jisoo, dan Seulgi. Warning 18+ Untuk kata kasar dan kenakalan remaja.