5.

715 85 3
                                    

Wendy berdiri didepan pintu sebuah kelas dengan gugup, berulang kali mengatur nafas dan detak jantungnya agar tenang dan tidak melakukan hal yang memalukan.

Sesuai tugasnya dalam Seksi Bidang Kewirausahaan yang mengelola koperasi, ia harus memanggil orang yang memang sudah dijadwalkan untuk menjaga koperasi sekolah hari ini.

Tangan gemuknya mengetuk pintu dengan gemetar, karna yang ia dengar guru yang sedang mengajar didalam sangat galak, jarang sekali mengijinkan para siswanya untuk ijin tidak mengikuti kelas.

"Permisi." Ia membuka pintu langsung menerima tatapan para kakak kelas tertuju padanya, sembari menunduk ia berjalan mendekati Pak Guru yang sedang duduk dimeja guru.

"Permisi, Pak. Maaf mengganggu, Saya mau memanggil Kakak yang kebagian jaga koperasi sekolah hari ini." Tangannya begitu dingin menggenggam satu sama lain, ia begitu takut akan tatapan Pak Hari didepannya ini.

"Disuruh ngapain?!" Suara berat dan keras sedikit mengagetkan Wendy, ia tak menyangka jika akan dibentak.

"Me-m-men-njaga koperasi, Pak." Jantungnya bertalu takut sekaligus gugup, ditambah tatapan para kakak kelas yang mengejek ke-arahnya.

"Orangtua susah-susah nyekolahin itu buat belajar! Bukan malah jaga koperasi! Sanah balik!" Wendy makin menunduk takut sambil memejamkan mata.

"Ta-tapi sudah jadwalnya, Pak!"

"Ya Saya tidak peduli! Yang jelas tidak ada yang bakal Saya ijinkan untuk keluar selagi Saya mengajar! Kamu juga! Ngga kasihan sama Ibu Bapakmu yang bekerja keras! Kamu malah enak-enaknya berkeliaran saat jam belajar sudah dimulai! Mikir Mbak! Cepat pergi!" Matanya sudah memerah berkaca-kaca, Wendy adalah orang yang tak bisa dibentak, apalagi ini dipermalukan didepan kelas.

"Saya permisi." Suaranya bergetar lalu berbalik keluar sembari mengusap air mata yang jatuh dari matanya.

Menuruni tangga dengan pandangan buram karna air mata yang berkumpul pada pelupuk mata, mempercepat langkahnya tak ingin diejek cengeng atau yang lainnya jika ketahuan menangis di sekolah.

Jennie dan Irene kini tengah menjaga stand jajan untuk para siswa yang memiliki jualan, atau ketrampilan dalam membuat makanan bisa menjualnya di stand yang sedang Jennie dan Irene jaga, memang sekarang jadwal kelasnya.

Mata Jennie melihat Wendy yang jalan cepat sambil menunduk dalam, tak lupa dengan kedua lengan yang bergantian mengelap air yang terus jatuh dari matanya.

"Mamih, Cong!" Ia memukul lengan atas Irene sambil menunjuk Wendy yang terus berjalan. "Susul cepet!"
Jennie berlari menarik lengan Wendy yang masih saja mengusap pipi.

"Lo kenapa?!" Suaranya begitu keras karna kaget melihat temannya menangis, beberapa siswa yang berada diluar kelas memandang kedua teman itu penasaran.

"Ko--koperasi." Ucapnya dengan sesegukan, Jennie yang paham langsung menuntun Wendy menuju Koperasi. Sedangkan Irene tengah membuat tulisan TUTUP untuk sementara kemudian ia bisa menyusul kedua temannya.

Wendy sudah duduk bersila diatas lantai dalam Koperasi yang terlindungi etalase, jadi tak terlihat oleh siswa yang lewat. Irene menepuk-nepuk pundak temannya sebagai dukungan, dan juga membisikkan kata untuk berhenti menangis agar tidak sesak.

"Udah, Mih. Nanti sesak." Tak bisa, tak bisa berhenti, sesegukannya makin keras begitupula dengan wajahnya yang kini sudah basah total karna air mata.

Jennie diluar etalase sibuk dengan ponselnya menghubungi grup osis kelas 10 untuk meminta tolong jika ada yang bisa menjaga koperasi kali ini. Seulgi datang dengan nafas yang ngos-ngosan menggunakan seragam praktek.

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang