Setelah libur panjang dua minggu lamanya diakhir semester satu dan akhir tahun, memulai semester 2 dari beberapa minggu lalu.
Kembali lagi dihari senin, tempatnya orang malas karna kecanduan libur pada sabtu dan minggu, hari yang menyebalkan karna dituntut harus seproduktif mungkin.
Dan hari senin kali ini mungkin begitu mengejutkan bagi para siswa di SMK tempat Jennie menimba ilmu, pasalnya sedang diadakan sidak rambut bagi siswa putra yang rambutnya tidak sesuai ketentuan sekolah.
Didepan kesiswaan sudah ada beberapa tukang cukur bahkan guru pria pun ikut memangkas rambut yang bandel itu. Berbeda dengan menderitanya siswa yang harus berpisah dengan rambutnya, di lantai dua Jennie, Irene, Seulgi dan Jisoo memantau diatas memperhatikan bagaimana menderitanya mereka yang kehilangan rambutnya.
"TAE! KATA IRENE KALO LO BOTAK TERUS JADI JELEK, IRENE BAKAL PUTUSIN LO!" Teriakan mebahana Jennie seketika menjadi pusat perhatian. Yang dibawah banyak yang mendongak dan yang diatas semuanya menengok pada keempat gadis itu.
"Mulut lo!--aargh! Malu-maluin aja anjir!" Irene menggerutu kesal sekaligus malu, ia hanya menggeleng menatap Taehyung yang tersenyum dibawah sana.
"JEN!! EMANG GUE BAKAL JELEK WALAUPUN BOTAK?!" Tak sampai hanya satu teriakan, kini kekasih Irene pun bertanya dengan suara keras tak peduli akan banyaknya guru disana.
"BANGETT!!" Jawab Jennie dengan begitu puas mengejek orang lain, tidak memikirkan bahwa ia telah membuat teman atau bahkan dirinya sendiri malu.
"IYALAH, GUE JELEK KALO BOTAK! YANG CAKEP DIMATA LO KAN CUMA NAMJOON SEORANG!" Keadaan berbalik, yang awalnya mempermalukan kini sedang dipermalukan.
Namjoon yang diseret namanya hanya tersenyum mengahadap Jennie yang melengos darinya, sial baginya memang karna harus mengikuti sidak rambut kali ini.
"GUE PASTIIN LO PUTUS SAMA IRENE HARI INI!!"
"ENGGAK, YAH!" Setelah sadar diriny berteriak memalukan Irene memaki Jennie dengan melirihkan suaranya. "Lo kalo ngomong dijaga anjir!! Yakali gue putus sama Taehyung! Gue doain naksir Namjoon mampus baru tahu rasa." Ancaman Irene mendirikan bulu kuduk Jennie bahkan Jisoo pun merinding karna bisikan mengandung ancaman itu.
Berbeda dengan saut-sautan teriakan, di kelas Wendy keadaan yang riuh tiba-tiba menjadi senyap karna dua orang guru masuk membawa satu kardus sedang.
"Sumbangan buat apaan lagi? Emang ada bencana alam lagi? Apa ada orang tua siswa yang meninggal, Wen?" Tanya Citra, teman semeja Wendy yang begitu penasaran dengan adanya guru didepan.
"Gue juga ngga tahu, tapi biasanya kalo narik sumbangan buat apa gitu pasti nyuruh anak osis kok." Wendy pun tak mengerti.
"Selamat Pagi Anak-anak! Gimana yang putra? Banyak yang kena sidak rambut? Hanya satu, yah? Itu gundul." Amir menjadi tertawaan satu kelas karna kondisi kepalanya yang sudah tandas tanpa rambut.
"Baik, sekarang ada beberapa guru yang sedang melakukan rapat jadi mungkin akan ada jam kosong hingga entah kapan. Jadi--" Bu Titi menjeda ucapannya sebentar karna riuh gembira siswa akan jam kosong.
"Jadi, silahkan kumpulkan ponsel kalian pada kotak yang dipegang saya ini!" Satu kalimat penuh penekanan membuat suasana berubah seketika.
Riuhan gembira meluruh bersamaan dengan pundak mereka yang ikut lesu. "Cepat!" Sentak Pak Dodi yang mengagetkan dan langsung dituruti dengan tergesa-gesa beranjak kedepan mengumpulkan ponsel masing-masing.
Wendy berjalan cepat dengan wajah cemberut kesal, ia mencari keberadaan temannya yang lain dan masih pada tempat awal yaitu memandang para siswa yang dicukur botak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah-Kasih [TAMAT]
Novela JuvenilMasa SMK bagi Jennie, Irene, Wendy, Jisoo, dan Seulgi. Warning 18+ Untuk kata kasar dan kenakalan remaja.