18.

444 53 2
                                    

Anggota osis yang barus sudah dilantik dengan resmi, program kerja pertama lagi-lagi adalah Liga sekolah. Seulgi keluar dari Lab. Komputer setelah meminta ijin untuk tidak mengikuti pelajaran kali ini karna ada keperluan osis.

Membuka pintu ruang osis yang hanya berisi Namjoon, selaku koordinator seksi bidang olahraga. Seharusnya memang ada kelas sepuluh yang ikut untuk membuat proposal tapi mereka tidak bisa meminta ijin pada guru yang mengajar.

"Lo kenapa bisa nyasar jadi bendahara sih, Seul?" Namjoon menompang dagu menatap Seulgi yang fokus pada laptop tengah mengisi beberapa kolom dana yang dibutuhkan.

"Gue juga ngga tau, anjir! Jauh banget dari komunikasi bahasa inggris sampe jadi bendahara, terus juga yang paling kesal sih, kenapa malah Bayu yang jadi ketua umum?!! Kenapa bukan Jennie atau bahkan lo!" Sungut Seulgi yang memang dari awal tidak menyukai keputusan jadinya Bayu sebagai ketua umum.

"Ini SMK, dominannya cowok, masa yang mimpin cewek, ngga mungkinlah!" Sahut Namjoon yang sebenarnya ia disitu hanya menemani Seulgi agar tidak sendiri karna lamanya Jennie tak kunjung datang.

"Asal lo tau, dari pemilihan yang ketua osis kemarin itu, gue yakin banget kalo Jennie bahkan lebih unggul daripada Bayu, dan juga awalnya kelas dua belas itu maunya lo yang jadi ketua umum tau, tapi seksi bidang lo itu banyak banget eventnya dan mereka ngga tega kalo lo nanti udah jadi ketua osis malah harus sibuk juga mikirin bidang olahraga." Seulgi sebagai orang yang sering menguping atau memaksa beberapa kelas dua belas untuk membocorkan padanya.

"Aneh, lo! Yang ada makin susah!" Keluh Namjoon mengambil perhatian Seulgi dari layar laptop. "Hah?! Susah?"

"Jennie." Hanya satu nama yang keluar dari mulut Namjoon membuat Seulgi sangat-sangat mengerti.

Pintu didobrak oleh Jennie yang masih lengkap dengan Wearpack-nya dan tas hitam dalam gendongan.

"Apaan, nih?! Kok cuma kalian berdua?! Kelas sepuluhnya mana?! Ketuanya?! Ketua kegiatan?! Hah?!" Suara cempreng Jennie mencerocos panjang lebar karna ia begitu kesal kenapa hanya kedua temannya itu yang bekerja?

"Berisik banget, anjir! Bantuin kek, malah nyerocos terus." Seulgi kembali fokus pada proposal dan Namjoon yang hanya bisa diam.

Bukannya membantu, Jennie malah keluar dari ruang osis dan tak lama menyembulkan kepala dari jendela.

"Mau mie ngga, Seul?!" Tanyanya kembali dengan suara cempreng tanpa filter.

"Mau siomay sama tempe goreng dipotong-potong masukin plastik siomay, bumbu kacang yang banyak!" Jennie mengangguk paham, disaat ia akan beranjak suara Namjoon mengintrupsi langkahnya.

"Gue ngga ditawarin?" Tanyanya karna Jennie seperti menganggap dirinya tak ada.

"Bayarin tapi?!!"

"Berapa?" Gerakan mengambil dompet dari saku celana mencerahkan muka Jennie.

"Yeay! Lo mau apa?" Pekiknya begitu senang kembali masuk guna menodong didepan pemuda tinggi itu yang mengeluarkan satu lembar dua puluhan.

"Ohya, Jen! Gue sama es teh, dibayarin Namjoon juga, makasih." Seulgi tersenyum manis pada Namjoon yang melotot padanya.

"Nasi aja, mending nasi putih apa kuning?" Meminta pendapat pada gadis didepannya. "Kuning enak, sih. Dua ya? Biar kenyang." Hanya mengangguk menurut membuat Jennie melenggang pergi menuju kantin.

"Jadi, kalo lo jadi ketua osis takut tentang Jennienya itu kenapa?" Kembali ke percakapan awal yang menurut Seulgi belum selesai.

"Makin susah, Seul. Nanti pasti dia mikir masa sesama osis malah pacaran, janganlah ngga enak sama kelas sepuluh, entar dikira ngajarin. Orang sekarang aja susahnya minta ampun, cuek banget."

Kisah-Kasih [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang