《|》
Kemarin kami latihan sampai tengah malam, kami siapkan segala sesuatunya malam itu juga, dari mulai alat, hafalan dan lainnya pokoknya sebelum lomba semua harus bener-bener siap.
Semalem beberapa dewan nginep selain persiapan lomba mereka juga takut kesiangan. Sedangkan aku memilih untuk tidak menginap, nenek sedang tidak enak badan makanya aku memutuskan untuk datang saat pagi-pagi saja.
Kegiatan lomba pun digelar. Detik-detik ini mendebarkan. Ini mungkin menjadi lomba terakhirku. Karena saat kelas 12 nanti, aku hanya ingin fokus dengan ujian sekolah dan mungkin sbmptn kalau-kalau nanti snmptn tidak diterima.
Kami diwajibkan untuk berangkat dari rumah sejak pagi tadi bagi yang tidak menginap di sekolah, bahkan saat aku sampai di sekolah cahaya matahari masih belum keluar sempurna, beberapa dewan lainpun sudah memakai seragam coklat semua.
Beberapa dewan masih terlihat mondar-mandir ke sanggar. Mulai dari menyiapkan persuratan, dokumen, serta alat-alat yang akan dibawa untuk lomba. Semua dipastikan tidak ada yang tertinggal.
Setelah semua persiapan selesai, kami berkumpul di lapangan depan, disana sudah ada pembina pramuka. Pak Zabini dan ibu Mega. Mereka menyampaikan wejangan saja. Mereka tidak ikut bersama kami untuk mendampingi acara lomba.
Setelah berdoa dan mendapat wejangan dari pembina, kami bergegas menuju bis yang sudah dinyalakan mesinnya sedari tadi. Perjalananpun dimulai, aku duduk bersama Danu. Sepanjang perjalanan aku hanya mencoba membaca ulang apa saja yang sudah aku pelajari untuk lomba supaya lebih siap saja.
Sesampainya di tempat lomba. Terlihat seragam coklat menghiasi segala sudut, memang itu adalah pakaian yang wajib dipakai semua peserta lomba. Tak lupa atribut rembel terpasang saling berseliweran.
Upacara pembukaan lomba digelar. Aku mengikutinya serta baris dibarisan paling depan. Pembukaan begitu meriah, tidak kalah dengan pembukaan raimuna daerah.
Pertunjukan pembukaan lomba adalah penampilan kreasi seni drama musikal yang keren, belum lagi pembukaan lomba disambut langsung oleh ka kwarnas yang hadir untuk meninjau kegiatan lomba tersebut.
Tak lupa pemukulan gong tanda pembukaan acara itu sangat mengagumkan. Aksen dekorasi yang kekinian pun turut membuat mata terjamu dengan puas.
Jelas ini bukan lomba sembarangan lagi, lomba ini sudah tingkat nasional, terdengar pangkalan terjauh berasal dari maluku. Aku sempat berpapasan dengan beberapa diantaranya. Ya, menguping bahasa yang mereka pakai sehari-hari, sangat khas sekali logatnya ditelinga.
Setelah melihat beberapa penampilan di acara pembukaan. Kini saatnya waktu lomba dimulai, begitu ucap MC di depan sana. Aku memang duduk di barisan paling depan, jadi ya sudah pasti terdengar jelas.
Kami dibubarkan terlebih dahulu oleh panitia untuk mempersiapkan peralatan perbidang lomba masing-masing, seperti anak miniatur pionering yang membawa bambu serta tali, anak lomba kesehatan membawa bidai, dan aku paling simpel hanya membawa papan lapang dan pulpen saja.
Kemudian kami dibariskan kembali di lapangan sesuai arahan panitia. Kami disuruh berbaris sesuai mata lomba masing-masing.
Aku sendirian disana, ya, karena hanya aku perwakilan dari pangkalan, peraturan perlombaanpun hanya mengizinkan satu orang per pangkalan.
Aku hanya mengikuti arahan dan berusaha tak banyak bicara seperti biasanya. Lagi pula tak ada orang yang bisa kuprotes atau aku bantah seperti layak aku ketika aria berada disampingku.
Aku tak mengenal siapapun disini. Wajahnya terlihat asing, tapi ada juga yang mirip dengan temanku atau familiar sekali wajahnya di memori otakku. Yang jelas, entahlah aku hanya bisa berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk lomba ini. Mengerahkan segala usaha terbaikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Gantung Harapanku di Sebatas Patok Tenda
Любовные романыMenjadi senior tak membuat diriku semena-mena. Cerita cinta masa remaja, membuatku merasa memiliki hal aneh terutama masalah perasaan, sakit hati untuk pertama kali bahkan rasa dari cinta pertama yang sulit dihilangkan. Namanya Ria, adik kelasku, ci...