Murid Baru

54 4 0
                                    

^^

Entah sejak kapan sekolahku dapat menerima siswa pindahan, tapi itu adalah kejadian yang sudah lama sekali. Sekolah favorit ini sudah tak mengenal siswa pindahan, terkecuali siswa itu memiliki kemampuan di atas rata-rata atau paling tidak dia adalah seorang yang genius, hingga sampai-sampai ia dapat diterima di sekolah ini. Tapi sangat susah sekali masuk ke SMA favorit ini, tak semudah kita membalik telapak tangan, terkecuali satu hal, sekolah kita yang mengeluarkan dan memindahkan itu adalah hal yang pasti terjadi setiap kali ganti tahun ajaran.

Sekolahku memang sangatlah hits di seluruh penjuru kota, sampai sekolahku bisa menolak hingga 500 siswa bahkan lebih, untuk setiap satu tahun ajaran. Sekolahku memiliki segudang aturan yang ketat, sedikit saja kita berbuat salah disana, ancamannya adalah DO (Drop Out) atau paling tidak hukuman skorsing selama 7 hari atau satu minggu.

Rumor adanya siswa pindahan,  terdengar di seluruh penjuru sekolah.
Dari kelas X,XI, dan bahkan kelas XII. Keanehan ini menjadi bahan perbincangan hangat setiap hari. Bagaimana tidak, dia pindah ke sekolah favorit ini tanpa embel-embel perjuang MPLS dulu, "aneh!", itulah kata yang saat ini muncul di otakku.

Akhirnya perdebatan ini mulai kutelusuri, kupikir tadinya siswa pindahan itu adalah kelas XI atau paling tidak kelas XII, ternyata dugaanku salah besar, dia adalah anak kelas X yang belum tahu apa-apa tentang kehidupan di SMA. Kejadian ini, semakin membuat diriku tercengang dan akhirnya bertanya-tanya kepada diriku sendiri, "sehebat apa sih, dia!".

Sekolahku saat ini memang aneh, pasalnya anak baru itu tak terlihat istimewa dan terkesan biasa saja tak ada yang ia bisa tonjolkan. Tapi bagaimana caranya dia bisa diterima di sekolah favorit ini, terutama lewat jalur pindahan, apa mungkin dia anak pejabat di sini? Sialnya kalau memang itu kenyataannya, berarti dia masuk lewat jalur pindahan uang gelap. Namun, setau aku sekolah ini sangatlah enggan menerima uang haram seperti itu. Sekolahku memang anti uang gelap, apalagi hanya untuk menerima siswa baru, meskipun dia anak orang kaya atau pejabat negara sekalipun.

Masih teringat, saat ada anggota polisi yang gagah dengan lantangnya meminta agar sekolahku menerima anaknya yang sangat ingin menimba ilmu disini, namun dengan cara memakai uang sogokan. Kejadian ini lantas membuat perbincangan kepala sekolah bersama orang tua siswa yang menjabat sebagai seorang polisi itupun segera dihentikan oleh bapak kepala sekolah secara sepihak, ia pun langsung saja berkoar mengambil ancang-ancang dengan sergapnya ia memakai pengeras suara lalu berkata,

"Sekolah kita tak butuh uang, disini kita menerima siswa dari apa yang ada, kami tidak butuh siswa yang masuk melalui uang sogokan, apapun jabatan orang tuanya jika anak itu memang berbakat pasti akan kami terima kehadirannya disini, namun jikalau ia ingin masuk lewat jalur sogokan, mohon maaf kami tidak akan menerima hal tersebut, karena bisa merusak reputasi nama sekolah ini. Meski bapaknya bekerja menjadi seorang polisi, ibunya menjadi seorang menteri, ataupun seluruh keluarganya merupakan penjabat tinggi sekalipun, kami tidak akan menerimanya, jika anak itu bersekolah dengan cara masuk lewat jalur uang gelap ataupun sogokan. Itu namanya haram dan termasuk hal yang sangat memalukan, maka bila dia bersikukuh bersekolah disini niscaya segala ilmu yang ia terima tidak akan berarti apa-apa".

Setelah ucapan itu keluar dari mulut bapak kepala sekolah, langsung saja, orang tua tadi menutup wajahnya dan keluar dengan rasa malu yang amat besar. Siswa yang orang tuanya tadi meminta agar menyogok,  akhirnya tak dapat bersekolah di sekolah ini, yang ia sangat dambakan sejak dulu.

Orasi panjang itu, terus terngiang di kepalaku sebab kejadian itu terjadi saat aku mendaftar sekolah disini. Pada akhirnya aku menarik kesimpulan yaitu :"Bagaimana mungkin anak pindahan itu bisa pindah ke sekolah ini?"

Siswa baru pindahan itu bernama Marveil Anggra Listanto, anak kelas X yang menggegerkan seluruh sekolah. Panggil saja dia Anggra namun aku lebih suka memanggilnya dengan nama veil. Dia adalah anak kelas X IPS 2, orangnya sedikit menyebalkan dan terlihat songong walau anak itu masih kelas X.

Seluruh dewan ekstrakurikuler memperhatikan segala gerak-gerik siswa baru itu, termasuk diriku, apakah dia bakalan betah di sekolah yang mengejamkan ini? Heh.... Mana mungkin.

Short ending

Ok... Para readers
Maaf ya baru nyapa pas bagian ke 5, soalnya selalu lupa setiap kali mau di publish.

Ok di short ending ini nantinya aku selalu hadirin setiap kali habis cerita, isinya sih kaya bocoran cerita atau emang sedikit kata kata mutiara atau bisa jadi juga kaya shearing gitu. Ok jangan lupa di vote siapa tau bisa banyak yang baca😃
Selamat menikmati ceritanya.....

Bye

Ku Gantung Harapanku di Sebatas Patok Tenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang