><
Kegiatan MPLS selesai dengan sambutan bahagia di muka para calon siswa yang baru saja resmi menjadi siswa di salah satu sekolah SMA terkenal di antero kota.
Rupanya batas pengujian moral mereka tak sampai MPLS saja, masih ada ekstrakurikuler yang siap membuat mereka kembali jengkel pada kakak kelasnya. Dewan ekstrakurikuler! Terdengar sedikit menyeramkan, pasti mereka akan disuruh push-up lagi. Ya, begitulah kehidupan di sekolahku, penuh drama dan tantangan yang harus dilewati siapapun atau anak dari siapapun serta dari kasta manapun, mereka harus menjalaninya dengan legowo.
Drama senioritas belum selesai, kini mereka yang resmi menjadi siswa kelas X wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, jika tidak maka resikonya mereka akan keluar dari sini atau DO (drop out) dari sekolah dambaan setiap penjuru kota.
Mereka wajib memilih satu ekstrakurikuler pilihan selain PRAMUKA yang memang diwajibkan selama mereka kelas X, seperti PMR, PASKIBRA, atau PRAMUKA (diluar pramuka wajib seluruh kelas sepuluh). Begitu lah kurikulum yang berlaku di sekolahku, yang selalu menuntut setiap siswa nya mempunyai potensi di luar akademik.
Aku memang penyuka organisasi, tak ayal bila aku memiliki organisasi lebih dari satu. Selain aku menjabat menjadi sekretaris di OSIS aku juga menjabat sebagai kerani (sekretaris) di ekstrakurikuler pramuka, dan wajar pastinya akan sering bertemu dengan junior.
Ekstrakurikuler wajib pertama, kelas sepuluh sepertinya terlihat eksaitit dan sedikit takut akan adanya drama senioritas para kakak kelas mereka yang belum usai, mereka pun takut drama senioritas bakal lebih parah lagi dari pada acara MPLS yang telah mereka lewati. Wajah yang tadinya sumringah kini menjadi kelam kelabu setelah bentakan pertama oleh seorang temanku bernama Aria sukmana, dia memang emosional dan sedikit tempramen.
Akupun terkaget melihat temen sekelasku itu, dia terlihat amat sangat marah. Seluruh lapangan sepertinya terdiam, menyaksi hentakan keras temanku Aria. Dewan yang lainpun terdiam, menyaksi bisu atas kerasnya teriakan Aria yang mampu mengalahkan lolongan serigala.
Dewan yang lain mulai membisikinya dari belakang "kenapa lo ya?", ujarku dari belakang punggungnya sambil berbisik, "keponakan gue ulang tahun gue mau ngasih suprise buat dia?", jawabnya dengan kembali berbisik kepadaku seraya badan berbalik dari ratusan anak kelas X, "butuh bantuan gak nih, siapa tau dewan lain ikutan, supaya lebih kaya beneran gitu", usulku padanya. Dia tak menjawab, namun isyarat anggukan kepalanya membuatku paham dia butuh bantuan.
Kami seluruh dewan mulai berdrama, ada yang pura-pura marah gak jelas padahal gak penting, teriak-teriak gak ada sebab, alasannya anak kelas X kalau ada di lapangan ribut terus padahal dia sendiri yang bikin ribut, dan yang paling parah nyuruh anak kelas X push-up cuma gara-gara hal sepele. Aku sendiri bingung yang jadi temannya, ya udahlah itu mah mereka bukan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Gantung Harapanku di Sebatas Patok Tenda
RomanceMenjadi senior tak membuat diriku semena-mena. Cerita cinta masa remaja, membuatku merasa memiliki hal aneh terutama masalah perasaan, sakit hati untuk pertama kali bahkan rasa dari cinta pertama yang sulit dihilangkan. Namanya Ria, adik kelasku, ci...