wali kelas

75 4 0
                                    

<<>>

Aku dan aria satu kelas, kamipun punya organisasi yang sama di sekolah, yaitu OSIS dan Pramuka, jadi setiap ada masalah tentang organisasi, pasti aku curhat kepadanya. Aslinya dia baik, sayang aja kebaikannya selalu tertutupi rasa tempramennya yang terlalu tinggi.

Di kelas, aku dengan aria duduk satu meja, sejak kelas X kami terus saja satu kelas, jadi gak aneh kalau kami selalu bareng dimanapun, dari mulai ke kantin, ngumpulin tugas, kumpulan OSIS, kumpulan dewan, dan kepergiaan lain yang membuatku pergi bersamanya. Sehingga membuat kami menjadi akrab, sampai-sampai sudah hal maklum kalau dia tau seluk beluk tentang kehidupanku.

Aria adalah ketua kelas di kelas kami, atas pilihan dari walikelas baru kami untuk tahun pelajaran ini. Wali kelas bernama ibu Tifany Sri Wahyuni, panggilanya ibu yuni, dia adalah guru fisika yang bisa dibilang sudah lama ngajar di sekolah kami, perawakannya tinggi dan sedikit berisi, kebanyakan siswa menganggap dia adalah guru yang paling baik, serta bisa jadi sandaran curhat siswa, kalau-kalau mereka butuh nasihat pasti datengnya ke bu yuni. Walau dia sendiri bukan guru bk yang notabene lulusan psikologi atau semacamnya, tapi kalau masalah kepedulian dia nomer 1. Yang lebih hebatnya lagi, dia adalah lulusan Universitas Indonesia jurusan fisika, sehingga bisa jadi kalau ada yang minat ke UI pasti nanyanya ke bu yuni, emang wali kelas idaman banget.

Setelah selesai pemilihan ketua kelas aria menunjuk beberapa orang untuk menjadi bawahannya, seperti wakil kelas, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi lainnya, agar organisasi di kelas berjalan dengan lancar. Beberapa menit dia terdiam, kemudian kembali melanjutkan pembicaraannya, "yang jadi wakil saya di kelas adalah Zahra Dwi Maurellia", "syukurlah bukan aku", gumamku dalam hati. Alangkah terkejutnya diriku, saat aria memanggil namaku dan menunjukku dengan telujuk tangan kanan yang panjang, sembari tatapan pojok mata yang mengarah tajam pada diriku yang sedang duduk manis disamping pojok kelas, dia berucap "yang jadi sekretaris kelas adalah Randju Haryadi". Setelah teriakan dan lolongan tajam bak serigala dari mulut aria, aku terpana sambil bergumam dalam hati "sebagai sekretaris di kelas! emang gak cukup ya, jadi sekretaris di OSIS sama Pramuka! bisa gila aku kalau jadi sekretaris mulu, kaya gak ada orang lain aja! haduhhhh....... bener-bener si aria udah kelewatan, ngerjain aku kayanya dia." tanpa ucapan sanggahan sedikitpun, aku tak sanggup lagi mengucap kata-kata  penolakan kepada aria, walau rasanya aku tak sanggup bila nanti harus setiap hari berjibaku dengan tulisan, data, dan laporan, bisa bikin stres tau!. "Tanggung jawab yang berat!", sambil diam duduk tertunduk aku pasrah.

Aku mendorong badan aria dengan sapuan tangan yang rasanya ingin banget melesat dimukanya yang dengan memasang wajah santay malah cengegesan meledekku, sesaat pantatnya itu belum sempat menempel pada bangku tempat duduknya, aku menonjok lengan kanannya dengan hantaman kepalan tangan kiriku, "anjay, punya temen gini amat! seneng banget ngeliat temennya sendiri menderita", ucapku dengan nada kecil.

"seolah-seolah seperti melihat manusia yang siap-siap bunuh diri dan stres gara-gara setiap hari diwajibkan ngeliatin tulisan mulu", aria malah terlihat semakin terpingkal oleh rasa cengegesannya. "Belum lagi kewajiban mengumpulkan data-data yang harus akurat gak boleh melenceng sedikitpun,waduhhh.... rasanya bisa mati berdiri aku? ", pikiran negatifku mulai datang saat melihat sikap aria yang bahagia melihatku jadi sekretaris kelas.

Ibu Tifany melanjutkan pembicaraanya membuka tahun ajaran baru ini, dia berbicara pelan dan lembut, sangat idaman sekali punya wali kelas seperti ibu Tifany, ya... Begitulah aku memang suka menyebutnya dengan nama ibu Tifany dibandingkan nama ibu Yuni yang biasa siswa lain sebutkan. "baik anak-anak kita mulai saja tahun pelajaran tahun ini, semoga saja kita bisa bekerjasama dalam organisasi kelas ini yang satu tahun ke depan akan kita tempati dan kelola bersama."

Ku Gantung Harapanku di Sebatas Patok Tenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang