Terkadang, kita tidak perlu melakukan banyak hal untuk menghibur seseorang. Cukup berada disampingnya dan berikan sandaran. Buat dia mengerti, bahwa, dia tidak sendiri. Kamu akan selalu berada di sampingnya. — Liana Arabella Syandana.
******
Liana turun perlahan dari motor hitam milik Kai. Keduanya baru saja tiba di depan rumah Liana setelah menempuh 30 menit perjalanan dari sekolah.
“Lah, Dek, kok udah pulang? Katanya masih ada urusan tadi?” tanya Revan yang sedang berdiri disamping motornya, hendak pergi lagi.
Mendengar pertanyaan sang abang, spontan Liana menolehkan wajahnya sambil mengedipkan matanya beberapa kali, mengkode agar cowok itu diam. Sedangkan Revan hanya menatap adiknya dengan pandangan bingung.
“Kenapa lo? Picek?”
“Ahh, enggak Bang, ini mata gue kelilipan, hehe.” bohong Liana. Dalam hati sudah mengumpati Revan yang begitu lemot.
Sedangkan Revan hanya mengangguk, sejenak matanya melihat penampilan Liana yang nampak berantakan. Lalu, matanya menajam ketika melihat kerah baju Liana yang terdapat noda merah. Dengan gerakan cepat Revan menghampiri Liana mengecek keadaan Adik mungilnya itu.
“Lah, ini kenapa baju lo ada darahnya? Nggak mungkin kan lo bocor sampe ke leher?” Revan mulai mengintrogasi, wajahnya nampak sangat panik. Cowok itu bahkan sampai meneliti leher Liana apakah ada luka disana atau tidak. Kemudian memutar tubuh Liana beberapa kali.
“Aduh, Bang apa-apaan sih, lo! Ngaco deh.” Liana mulai jengah.
Pandangan Revan kini beralih pada Kai yang kini sudah turun dari motornya berjalan menghampiri dua kakak beradik itu. Melihat dari gelagat Revan, Kai tau bahwa cowok itu butuh penjelasan.
“Nah lo siapa? Lo yang bikin adek gue bedarah gini?” tuduh Revan seenak jidat. Matanya bahkan sudah menatap Kai dengan tajam.
“Abang apaan sih!”
“Diem.” peringat Revan pada Liana.
“Lo yang bikin adek gue kayak gini?” tanya Revan lagi.
“Bukan, temen saya tadi nggak sengaja nendang bola, terus kena Liana sampai dia mimisan.” jelas Kai dengan tenang, tidak terlihat takut sedikitpun.
“Tau, yeu! Abang nuduh-nuduh aja. Justru Kai ini yang nolongin Lian tau!” ujar Liana.
“Yakan gue mana tau dek,” kata Revan membela diri.
“Btw, gue harus pergi lagi. Lo gimana di rumah sendirian?” tanya Revan dengan wajah bingungnya.
“Ya, emang kenapa, bang? Biasanya juga gue sendiri.” balas Liana.
“Masalahnya lo lagi sakit begini. Sampe mimisan lagi, lo kan mana pernah mimisan begitu.” kata Revan khawatir. Kemudian memutarkan pandangannya ke arah Kai lagi. “Lo temennya Liana?”
Kai menganggukkan kepalanya dua kali sebagai jawaban.
“Bisa minta tolong jagain Liana dulu sampe gue pulang? Gue harus pergi banget sekarang. Ortu gue lagi diluar kota dan baru pulang minggu depan.” pinta Revan membuat mata Liana melotot mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE OR LOSE
Teen FictionSeandainya kamu tahu. Satu saja perlakuan manis yang kamu berikan kepadaku, menumpuk begitu banyak harapan besar dihatiku. -Liana Arabella Syandana Kailendra Alderio, laki-laki tampan yang setahun belakangan ini memenuhi hati seorang gadis remaja be...