Btw part ini panjang buangetzz dan gue pecah jadi 2 part, jadi kalau bosen maapin ya gais. 🙏🙏
---------------------------------------------------------
Liana menghela napas bosan mendengarkan Pak Ari—guru Fisika kelas 11—yang sudah satu jam lamanya menjelaskan rumus-rumus yang Liana tidak mengerti sama sekali. Penjelasan Pak Ari sama sekali tidak ada yang menyangkut dikepalanya, penjalasan itu hanya masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri.Kepala Liana sudah mumet melihat banyaknya rumus dan angka dipapan tulis. Liana mengedarkan pandangannya keseluruh murid IPA 3. Bisa Liana lihat hanya barisan depan saja yang benar-benar menyimak, mengingat barisan itu rata-rata diisi oleh anak-anak ambis. Sedangkan baris ketiga sampai belakang menunjukkan reaksi yang beragam. Ada yang pura-pura nyimak, ada yang memandang lurus kearah papan tulis tapi pikirannya melayang jauh ke angkasa, paling parah dibarisan belakang yang mayoritas sudah menjelajah kedunia lain, alias tidur dengan buku yang menutupi wajah agar tidak ketahuan.
Liana kembali menguap lebar. Matanya sudah berat, memaksa untuk dipejamkan. Liana melirik sebentar kearah Aubrey, cewek itu masih duduk tegak sambil mencatat rumus-rumus dipapan tulis dengan serius. Liana tidak heran lagi, Audrey memang unggul dipelajaran Fisika.
Oke Liana menyerah, matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Liana melipat kedua tangannya diatas meja, kemudian menelungkupkan kepalanya disana. Tanpa menunggu lama, matanya langsung terpejam.
“Itu ibu-ibu yang duduk dibarisan ketiga, dengar penjelasan bapak tidak?” tegur Pak Ari menunjuk kearah Liana.
Namun karena Liana sudah pulas, jadilah dia tidak mendengar.
Aubrey menoleh kearah Liana. “Li, bangun woi! Di tegor Pak Ari noh.” bisik Aubrey pelan.
Melihat Liana yang sama sekali tidak merespon Aubrey menendang kaki Liana lumayan kencang karena Pak Ari mulai menghampiri meja keduanya.
“Li bangun bego Pak Ari otw sini!” panik Aubrey menendang kaki Liana semakin kencang. Namun Liana hanya bergumam pelan sebelum akhirnya kembali tidur dengan nyenyak.
BRAK.
Bunyi keras dari meja yang dipukul menggunakan penggaris kayu sukses membuat Liana terlonjak kaget. Matanya langsung terbuka sempurna. Bahkan pasukan siswa barisan belakang yang sedang tidur pun ikut terbangun. Liana mendongak menatap guru botak yang sudah berdiri di samping mejanya dengan mata yang melotot garang. Seperti singa yang siap menyantap mangsa.
Melihat wajah sangar Pak Ari, kantuk Liana langsung hilang dalam sekejab.
“BAGUS YA KAMU TIDUR DIPELAJARAN BAPAK. ENAK YA BAPAK DONGENGIN PAKE RUMUS?!” teriak Pak Ari membahana ke segala penjuru ruangan. Seketika atmosfer didalam kelas berubah menjadi tegang.
Liana menelan ludahnya susah payah. “M-maaf Pak, s-saya ketiduran.”
Alasan Liana membuat amarah Pak Ari semakin melonjak. “Keluar kamu dari kelas saya! Beresin semua buku-buku yang ada diperpustakaan. Jangan kembali sebelum selesai!”
“T-tapi Pak—”
“Sekarang, Liana!” tekan Pak Ari yang dijawab anggukan lemas oleh Liana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE OR LOSE
أدب المراهقينSeandainya kamu tahu. Satu saja perlakuan manis yang kamu berikan kepadaku, menumpuk begitu banyak harapan besar dihatiku. -Liana Arabella Syandana Kailendra Alderio, laki-laki tampan yang setahun belakangan ini memenuhi hati seorang gadis remaja be...