13. Bimbang.

89 12 11
                                        


Akward. Satu kata yang mendeskripsikan suasana diantara kelima pemuda tampan itu. Semua berawal dari Kai dan Fabian yang tampak tidak akur dan enggan berbicara satu sama lain membuat Fano, Chandra dan Risky ikut dibuat bingung oleh sikap keduanya. Biasanya jika Fano ataupun Chandra sudah mengeluarkan guyonan suasana akan menjadi ramai. Tapi kali ini rasanya seperti atmosfer disekitarnya sama sekali tidak bersahabat.

"Woi lah! dari pada diem-diem gini mending ribut biar rame." ujar Chandra jengah.

"Goblok, temen sendiri malah disuruh ribut." Risky menoyor pelan kepala Chandra.

"Habisnya... udah kayak cewek aja berantemnya diem-dieman."

"Bukannya kalau cewek itu berantemnya jambak-jambakkan?" Fano menyahuti.

"Bukan bege! Perang bacot yang ada." Sanggah Risky, lalu kembali memusatkan perhatian pada Kai dan Fabian."Tapi lo berdua kenapa si? Ada masalah apaan dah?" tanyanya, memang diantara temannya yang lain Risky paling awam disini.

"Biasaaa, masalah cewek." sindir Fano dengan nada mengejek.

"Siapa? Liana?" tebak Risky tepat sasaran.

Chandra mengacungkan jempolnya. "Betul betul betul,"

"Yailahhh cewek banyak segala rebutan. Cari kek yang laen." ujar Risky.

Fabian mendelik pada Risky. "Iya, cewek emang banyak. Tapi Liana kan cuma satu."

"Udah suruh membelah diri aja si Liana. Biar adil. Lo satu, Kai satu ntar." cetus Chandra.

"Lo pikir si Lian bakteri apa membelah diri," sahut Fano dengan bahu terguncang karena tertawa.

"Yaa abisnya kesel aja gue." ujar Chandra. "Lagian lo Bi, biasa ceweknya banyak juga ngapa sekarang pengennya satu dah. Mana samaan lagi sama temen."

"Mana gue tau Chan. Emang gue bisa milih mau suka sama siapa?" balas Fabian. "Ntar kalau gue suka Aubrey, si Riskynya ngamuk. Udah paling bener gue suka sama Liana. Toh, Liana nya juga masih jomblo," Lanjut Fabian enteng.

"Yaa..tapi kalau lo sama Liana, si Kai nya yang ngamuk bego!" seru Risky.

"Lah, kenapa harus ngamuk? Kan ngga ada hak. Lagian lo tanya aja sama orangnya suka apa engga sama Liana. Dia aja masih buta sama perasaan sendiri." ujar Fabian, telak.

Risky mengalihkan perhatiannya kepada Kai yang sejak tadi hanya diam tidak berminat ikut bergabung dalam obrolan.

"Lo suka sama Liana, Kai?" tanya Risky to the point.

Pertanyaan Risky membuat ketiga temannya ikut memusatkan perhatian pada Kai. Menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut cowok itu.

Namun nihil, Kai sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menjawab. Cowok itu masih terdiam dengan pikiran menerawang. Hal itu membuat Risky mengerutkan keningnya dalam. Sesulit itukah mengakui perasaan sendiri?

Entah Kai yang memang tidak menyadari perasaannya sendiri atau cowok itu terlampau gengsi untuk mengakui.

Fabian mendengus sinis, lalu bangkit dari posisi duduknya. Dia mulai muak melihat Kai yang hanya diam, seperti pengecut saja. Kalau saja Fabian tidak ingat cowok itu adalah temannya mungkin dia sudah melayangkan satu tinjuan maut di wajah Kai.

"Mau sampai kapan lo sembunyiin, Kai?" Tanya Fabian, sebelum akhirnya melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Kai. Kepergian Fabian qrmeninggalkan tanda tanya besar bagi teman-temannya.

Apa yang disembunyikan?

*****

Kalau ditanya pelajaran apa yang Liana benci selain matematika, fisika, dan kimia maka Liana akan menjawab penjaskes tanpa ragu. Liana yang notabennya malas bergerak semakin dibuat malas lagi karena waktu pelajaran penjas yang tiba-tiba diubah menjadi siang hari, dimana matahari rasanya seperti berada diatas kepala. Bahkan suhu lapangan pun terasa memanas akibat teriknya matahari.

CHOOSE OR LOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang