“Bukan siapa-siapa tapi kok potek liat lo sama yang lain.”
*****
Sabtu pagi.
Seharusnya Liana menghabiskan hari ini dengan bermanja-manja ria bersama kasur empuknya. Tapi Aubrey si teman rusuhnya itu dengan kurang ajar membangunkan Liana tepat saat adzan subuh bahkan baru berkumandang.
Dengan seribu paksaan, Aubrey membangunkan Liana dan menyuruh nya untuk mandi, lalu setelah Liana sholat cewek itu langsung mengajak Liana untuk lari pagi di kawasan komplek.
Atau bisa di sebut lari subuh.
Mata bulat Liana mengerjab beberapa kali dengan bibir yang tidak berhenti menguap. Kebiasaan begadang di hari libur, Liana baru saja bisa tertidur jam 3 pagi. Dan Aubrey membangunkannya jam setengah 5.
Siapa juga yang tidak akan mengantuk jika hanya tidur satu jam setengah?
Dengan langkah gontai Liana berjalan mengekori Aubrey yang sedang berlari kecil.
“Ehh nyet, lari napa lari. Lemes amat lo kayak jelly.” Aubrey berlari mundur dengan pandangan menghadap kearah Liana.
“Bacot, gue ngantuk.” ketus Liana seraya mengeratkan sweeter biru mudanya.
“Makanya lari biar nggak ngantuk. Contoh nih gue, pola hidup sehat. Rajin berolahraga.”
Liana memutar bola matanya malas. “Halah. Lo olahraga kalau mau diet aja sok-sokan kayakbyang olah raga tiap hari. Biasanya juga lo kayak gue, olahraga kalau lagi ada pelajaran penjas doang.”
“Hehe tau aja. Habisnya gue udah gendut banget ini.”
Dengusan kecil lolos dari bibir Liana. Oh ayolah. Siapapun yang melihat tubuh Aubrey sekarang, tentu kata gendut tidak akan pernah terlintas di pikiran. Berat badan cewek itu hanya naik 1 kilo saja tapi repotnya seperti sudah naik berton-ton.
Tolong bisakah Liana ganti teman saja sekarang. Liana lelah.
“Mana gendut, sih? Lo kalau ngomong didepan Bu Tri udah di sleding sampe monas kali.”
Audrey berdecak. "Lo mah gak ngerti perasaan cewek si.” ujarnya, lalu kembali berlari kecil dengan benar.
“Lo ngomong kayak gue bukan cewek aja.”
“Udah diem, lari aja sih. Itung-itung nambah tinggi.”
“Tayi.”
Aubrey tak menyahut lagi. Cewek itu kini sibuk meregangkan ototnya yang mulai pegal karena sudah berlari sekitar 3 jam.
Tidak sepenuhnya berlari sih, kebanyakan waktunya dia habiskan dengan berjalan santai sambil berbincang santai dengan Liana. Aubrey mengangkat tangan kirinya melihat arloji berwarna pink yang melingkar disana.
Pukul 08.00 WIB.
“Beli minum kuy,” Ajak Aubrey ketika dirasa tenggorokannya mulai kering.
“Dimane?”
“Bengkel.”
“Dih, ngelawak?”

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE OR LOSE
Teen FictionSeandainya kamu tahu. Satu saja perlakuan manis yang kamu berikan kepadaku, menumpuk begitu banyak harapan besar dihatiku. -Liana Arabella Syandana Kailendra Alderio, laki-laki tampan yang setahun belakangan ini memenuhi hati seorang gadis remaja be...