"Jadi, gue gak bisa tinggalin dia."
"Sesuka apapun gue sama lo."
--------------------------------------------------------------
“Katanya tingkat tertinggi dari mencintai seseorang adalah merelakan orang itu bahagia dengan pilihannya. Katanya kalau kita mencintai seseorang kita akan bahagia jika melihat orang itu bahagia.
Tapi... Memangnya ada ya, rasa bahagia yang diselimuti oleh luka?” —Liana Arabella Syandana.
*****
Liana tertegun. Hatinya mencelos mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kai. Ucapan itu, entah kenapa terdengar seperti pengakuan sekaligus penolakan bagi Liana.
Kini sedikit demi sedikit Liana mulai paham dengan semuanya. Kai bukan tidak suka kepadanya, tapi memang tidak bisa. Sebesar apapun perasaan Kai pada Liana. Mereka tidak akan bisa bersama. Rasa bersalah yang terlalu besar membuat Kai merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan Shella. Dan membuat Kai semakin terikat dalam hubungan itu.
Kai tidak akan bisa pergi. Kecuali Shella yang memintanya untuk pergi.
Lamunan Liana buyar ketika Kai membalas genggaman tangannya dan mengangkat kepalanya yang semula menunduk, lalu menatap Liana dengan dalam. Sejenak keduanya hanya terdiam dengan tatapan beradu. Tidak ada yang mengeluarkan suara, tapi netra keduanya seakan berbicara banyak hal. Tentang luka, dan juga kenyataan yang pahit.
Ini menyedihkan, tapi Liana merasa ini jauh lebih baik daripada Kai menutupi kebenarannya. Setidaknya Liana menjadi sadar, bahwa dia tidak memiliki kesempatan. Jadi akan lebih mudah bagi Liana untuk merelakan.
"Maaf Lian.." Kai memandang Liana dengan sendu. Tapi Liana hanya diam, menatap kedua mata Kai yang memerah. Bukan hanya Liana yang terluka disini. Sorot mata Kai membuat Liana dapat menyadari itu.
Liana membuang muka kearah lain. Tidak mau membiarkan Kai melihat matanya yang mulai berkaca-kaca. Liana tidak mau menangis dihadapan cowok itu.
Liana berdiri membuat genggaman keduanya terlepas. Lalu berdeham sejenak. Menetralkan tenggorokannya yang mulai sakit karena menahan tangis.
"Dimaafkan," Ujar Liana lalu terkekeh pelan. Mencoba mencairkan suasana, tapi malah terdengar menyedihkan bagi Kai.
"Kalau gitu... Gue ke kelas duluan ya, Kai." Liana mulai melangkah pergi. Tanpa melihat ataupun menunggu jawaban dari Kai. Pandangannya memburam karena air mata yang menggenang dikedua pelupuk matanya.
Sungguh, Liana tidak mau Kai melihatnya menangis.
Namun, tanpa diduga Kai justru menahan pergelangan tangannya. Lalu menarik Liana. Membawa tubuh mungil yang terlihat rapuh itu kedalam dekapannya.
Kai semakin mengeratkan dekapannya ketika merasakan bahu Liana yang berguncang. Hatinya terasa ngilu mendengar Liana yang mulai terisak. Rasa bersalah kembali menghantamnya dengan kuat. Tangannya bergerak, mengelus pelan punggung Liana.
Kai mengecup singkat puncak kepala Liana. Lalu menopangkan dagunya di atas kepala gadis itu.
"Maaf dan makasih, Liana."
*****
Duduk bersebelahan dibangku halte dengan seseorang yang belakangan ini paling dihindari. Jelas saja akan terasa canggung. Liana bahkan rasanya ingin buru-buru pergi dari sana. Apalagi saat menyadari laki-laki tampan bernama Kai itu tengah menatapnya dengan lekat. Kai memang tidak melakukan apapaun. Tapi cara cowok itu menatapnya sukses membuat Liana salah tingkah sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/232404938-288-k564666.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE OR LOSE
Fiksi RemajaSeandainya kamu tahu. Satu saja perlakuan manis yang kamu berikan kepadaku, menumpuk begitu banyak harapan besar dihatiku. -Liana Arabella Syandana Kailendra Alderio, laki-laki tampan yang setahun belakangan ini memenuhi hati seorang gadis remaja be...