Episode -11- Ulang Tahun Yang Penuh Dendam

327 54 2
                                    

Langit menjadi gelap, senja berakhir dan malam mulai menggantikan. Naoko masih merenung memikirkan jawaban penglihatan itu. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli jika itu terjadi dalam waktu lama, tapi teka-teki dalam penglihatan masa depannya itu akan terjadi hari ini!

Naoko sakit kepala memikirkannya, dia memijat pelipisnya pelan dengan kening yang berkerut. Kurusu sedang fokus memasak dan tidak terlalu memperhatikan Naoko di sisinya yang tidak fokus bekerja.

Maa ika! (Ya sudahlah/bodo amat)

Naoko menyerah, dia mengalihkan fokusnya dan sekarang menjadi serius memotong sayuran dan juga buah apel yang dibentuk menjadi kelinci. Kurusu sedang mengangkat mie lembut kedalam mangkuk dan memberikan bumbu lalu kuah, sedangkan Kouta duduk dengan tenang di meja makan dengan sebuah buku di tangannya. Itu adalah buku teknik pernapasan petir yang Naoko baca dahulu (lihat chapter/episode 5).

Setelah beberapa lama, masakan Kurusu dan Naoko telah siap dan disusun rapi diatas meja masing-masing orang. Mereka makan dengan tenang dan bahagia, Naoko memakan dengan lahap pada mizu manju buatan Kurusu.

Enak! Saaaaaangat enak!!

Puas. Wajah Naoko dipenuhi rona merah karena senang dan menggigit mizu manju terus menerus, ketagihan. Kurusu terlihat bahagia karena nafsu makan Naoko, dia menambahkan beberapa sayuran lagi kedalam mangkuk nasi Naoko, tersenyum kecil.

"Apakah enak?"

Naoko hanya mengangguk, terlalu menghayati rasa mizu manju itu.

"Syukurlah kalau begitu, ibu senang kamu menyukainya. Ini--tambah lebih banyak sayur dan tumbuh lah dengan cepat, ya?"

Melihat mangkuk nasi yang penuh sayuran hijau membuat Naoko bingung antara harus menangis atau tertawa, dia mengangguk kecil dan memakan 'gunung' sayur di mangkuk miliknya dengan diam.

Detik berlalu dan menit bertambah, acara perayaan ulang tahun sederhana Naoko berjalan baik dan juga hangat walau tanpa satu anggota keluarga yang paling ceria. Walau demikian, kebahagiaan terpancar diantara wajah-wajah mereka.

Tapi, tidak dengan Naoko. Dia terus merasakan firasat buruk sedari tadi, matanya bergerak kesana-kemari memandang sekitar, was-was. Keringat dingin entah mengapa menetes di dahinya, mengalir ke dagu, dan saat menetes--

CRIINGG!! CRIIIINGGG! CRIIIIIIING!!!

Deg!

Ini alarm lonceng pengingat irama panjang! Terus-menerus berbunyi tanpa henti dengan nyaring, membuat Naoko menggigit bibir bagian dalam dan mengangkat pandangannya. Mata emas itu sedikit redup, tubuhnya menggigil tanpa sadar.

Aura ini... Sangat gelap dan menutupi seluruh ruangan! Naoko menajamkan pandangan, dan perlahan penglihatannya menembus satu lapisan demi satu lapisan dinding dan fusuma. Sampai penglihatannya mencapai jalan setapak gunung yang cukup jauh dari rumah, terlihat aura yang ada juga semakin tebal dan hitam.

Siluet hitam berdiri diam, tatapan tajam dari mata merah plum menembus gelapnya aura dan bertabrakan langsung dengan penglihatan Naoko!

Naoko berdiri dari duduknya dengan cepat, dia mengepalkan tangan kecil itu. Pemilik tatapan itu--adalah orang yang sama dengan di penglihatan saat umurnya tiga tahun! Tidak--salah! Itu bukan orang, itu adalah .... Oni.

"Chichi-sama, dimana katana Anda?"

Melihat Naoko yang tiba-tiba berdiri, Kouta dan Kurusu menatap bingung dan tidak bisa untuk tidak bertanya.

"Katana? Itu ada didalam kamar, ada apa, Naoko? Kamu terlihat gelisah, apakah ada sesuatu?"

Kouta bertanya dengan khawatir, dia terkejut karena Naoko yang tiba-tiba berdiri dengan wajah penuh keringat. Itu bukan situasi yang baik seharusnya melihat reaksi Naoko yang seperti itu.

※The Miko※ in 『Kimetsu No Yaiba』 WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang