Tiga hari, setelah kematian Kanechi yang tak terduga suasana rumah menjadi sunyi dan cukup mencekam. Kurusu sering melamun dan Kouta lebih sedikit berbicara.
Naoko yang melihat semua itu ingin menghibur mereka, tapi dia juga tahu bagaimana situasinya. Diapun menyimpan kedua katana di lemari dan mengganti yukata nya dengan yang bersih. Setelah menggantinya dia keluar dari kamar dan perlahan menuju dapur untuk menyiapkan makanan.Tak ada Kurusu yang biasanya memasak dengan bahagia sambil bersenandung disana, hanya kosong tanpa seorangpun. Naoko merasa sedih, dia berusaha untuk tetap kuat walaupun semua ini terjadi.
Dia sangat menyayangi Kanechi, yah, meskipun Kanechi sering menjahili dirinya. Tapi dia seperti melihat bayangan kakak perempuannya dulu yang memang memiliki sifat sebelas satu satu, tak ada bedanya sama Kanechi.
Memikirkan itu Naoko tersenyum kecil dengan sorot mata sedih, pada akhirnya dia tetap harus ditinggalkan bahkan di kehidupan kedua ini. Berusaha tegar, Naoko pun memotong sayuran dan segera memasak.
Setelah masakannya jadi dan ditata sedemikian rupa diatas meja makan masing-masing, Naoko pun melangkah mencari kedua orang tuanya. Kurusu dan Kouta sedang duduk bersama di engawa sambil menggenggam pita merah milik Kanechi ditangan mereka. Rasa sedih tersalurkan di sentuhan itu bersama dengan air mata yang mengalir menangisi kepergian Kanechi yang tidak terduga.
Suasana duka ini membuat hati Naoko bergetar sakit, dia ingat jika dulu dia juga bersedih bahkan lebih parah dari ini, tapi mengingat itu dia tidak ingin orang tuanya menjadi seperti dirinya yang terpuruk karena kehilangan orang yang disayang! Naoko menarik napas menenangkan diri, dengan langkah pasti dia mendekati Kouta dan Kurusu lalu memeluk mereka berdua dari belakang.
"Chichi-sama, haha-sama, ini sudah waktunya makan malam. Ayo, Naoko sudah menyiapkan semuanya"
Dengan senyum lembut dan cerah Naoko mengajak kedua orang tuanya untuk menikmati makan malam bersama, mungkin saja mereka dapat sedikit merelakan Kanechi dan kembali seperti semula.
Kouta dan Kurusu menoleh ke belakang dan mendapati wajah Naoko yang tersenyum lembut dan mata yang memerah. Seperti disambar petir, Kurusu memeluk Naoko kencang tanpa peringatan dan menangis keras disana.
"Maafkan ibu!! Maafkan ibu! Ibu terlalu egois dan hanya memikirkan diri ibu sendiri. Naoko, maaf, ibu tidak menghibur mu selama ini dan terus bersedih padahal bukan hanya ada kami disini, maafkan ibu Naoko, maafkan ibu!"
Terkejut, terdiam. Naoko tidak menyangka jika ibunya akan seperti ini dan merasa bersalah padanya. Kenapa? Naoko tidak ambil pusing jika mereka tidak menghibur dirinya, hanya saja dia ingin mereka tidak bersedih lagi dan kembali seperti biasa. Tapi setelah tiga hari mencoba membuat mereka menerima kenyataan, tak ada satupun rencana Naoko yang berhasil.
Menutup mata, Naoko pun membalas pelukan ibunya dan mengelus punggung sang ibu berusaha menenangkan. Suara Naoko yang tenang berdering, "Haha-sama, Anda tidak perlu meminta maaf. Ini juga salah Naoko karena tidak bisa membuat kalian tenang, kalian sangat menyayangi Kanechi-nii sama dan Naoko juga sama. Tapi Naoko, perlahan ingin melepaskan tangannya dan membiarkan Kanechi-nii sama tenang di surga. Naoko tidak ingin saat Kanechi-nii sama melihat kita terus bersedih karena kematiannya, itu akan membuat Kanechi-nii sama merasa bersalah karena meninggalkan kita. Jadi, Naoko mohon, jangan bersedih lagi ... Demi Kanechi-nii sama dan demi Naoko, tolong"
Kurusu sakit, hatinya sakit. Dia tidak menyangka kepergian Kanechi akan menjadi seperti itu dan menjadi Oni. Dia tidak bisa menerimanya dan selalu berharap jika semua ini adalah mimpi dan saat dia terbangun ada Kanechi di sisinya yang tersenyum ceria sambil bermain dengan Naoko. Tapi, tak ada yang terjadi, tak ada yang terlihat seperti harapannya setiap dia membuka mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/258501876-288-k931344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
※The Miko※ in 『Kimetsu No Yaiba』 World
FanficGak ada deskripsi, Hina bingung mau nulis apa 😄 Langsung baca aja deh ya kalo kalian mau. Karya pertama Hina jadi maaf kalo berantakan. Dan karya ini terwujud akibat kebosanan dari seorang pengangguran seperti Hina yang kehidupan nya monoton dan b...