"Ki wo sukete ne, Anata? Jangan memaksakan diri jika sudah merasa lelah, beristirahatlah dijalan juga jangan kembali terlalu gelap, akhir-akhir ini banyak kasus di desa" (Hati² dijalan ya, sayang)Kouta yang sudah rapi untuk menuju ke desa tersenyum dan mengangguk pada Kurusu. Dia mencium kening sang istri dengan lembut.
"Tentu, aku akan berhati-hati. Naoko juga, bantu ibumu dirumah ya? Jangan nakal"
Beralih pada Naoko, Kouta mengelus surai hitam bersinar itu. Naoko kecil mengangguk dengan tenang, dia memeluk kaki Kouta.
"Chichi-chama, hati-hati dijalan .. Chepat pulang ya?"
Mendengar Naoko kecil yang khawatir padanya membuat Kouta tertawa pelan. Dia mengangkat tubuh Naoko dengan mudah dan memberikannya pada Kanechi yang sejak tadi diam.
"Tak perlu khawatir, ayah akan segera pulang. Kanechi jaga ibu dan juga adik mu selama ayah tidak ada, kau bisa melakukannya bukan?"
Kanechi mengangguk mantap, dia mengeratkan pelukannya pada Naoko kecil. Dan menatap yakin pada Kouta.
"Hai, wakarimashita chichi-san. Ganbarimasu!" (Baik, saya mengerti ayah. Saya akan berusaha!)
"Yosh-i, kalau begitu aku berangkat sekarang. Ittekimasu!" (Aku berangkat)
"Itterasshai" (selamat jalan)
Kouta pun pergi dengan keranjang bambu di punggungnya. Menuruni gunung yang tinggi dan medan yang berbahaya. Perlu sekitar 2 jam agar dapat turun dari gunung dan mencapai desa, terlebih lagi dengan karakter Kouta yang lembut dan suka menolong menjadi penghambat perjalanannya saat ada seseorang yang memerlukan bantuan.
"Nah, ayo kita masuk", ajak Kurusu pada kedua anaknya setelah Kouta menjauh dan tak terlihat lagi.
Mereka pun memasuki rumah dan menutup pintu. Musim gugur tahun ini terasa damai dan tenang, Naoko yang sudah tumbuh besar pun terasa semakin manja pada yang lainnya.
Mungkin karena faktor dia merindukan suasana hangat keluarga nya seperti dahulu. Saat ini Naoko sedang membaca buku yang dimiliki Kouta. Bukan hanya satu, namun banyak buku yang dengan susah payah dia ambil dari rak buku.
Dia mengambil sembarang buku dan membacanya. Disetiap baris kalimat menurun itu menjelaskan tentang suatu teknik pernapasan yang disebut pernapasan petir.
Sebuah teknik beladiri pernapasan yang berfokus pada kekuatan kaki dan kecepatan. Bertumpu pada berat badan, dan mendorong sekuat tenaga ke sasaran.
"Chugoi .. " (sugoi/ keren)
Kedua manik emas Naoko berbinar tertarik. Dia terus membalik halaman demi halaman buku yang terlihat tua itu sampai matahari mulai tinggi. Dan sudah ada lebih dari sepuluh buku yang selesai dia baca
Berbeda dengan Naoko yang sedang santai dan semangat membaca dikamar paling ujung di kediaman, Kanechi dan Kurusu mulai panik mencari dirinya karena tidak terlihat sejak Kouta pergi.
"Kanechi, apa kamu yakin Naoko tidak keluar rumah?" Kurusu bertanya dengan khawatir.
"Haha-san, aku benar-benar yakin jika Naoko masuk kedalam rumah dan tidak keluar samasekali" jawab Kanechi sambil menutup fusuma kamar tamu.
"Lalu kenapa kita tidak menemukannya? Kemana Naoko pergi?"
Mereka berpikir keras. Kurusu terlihat sedikit pucat memikirkan Naoko yang menghilang dan belum ditemukan. Keadaan Kanechi juga tidak jauh berbeda, hanya saja keringat dingin yang terus membasahi wajahnya lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
※The Miko※ in 『Kimetsu No Yaiba』 World
FanficGak ada deskripsi, Hina bingung mau nulis apa 😄 Langsung baca aja deh ya kalo kalian mau. Karya pertama Hina jadi maaf kalo berantakan. Dan karya ini terwujud akibat kebosanan dari seorang pengangguran seperti Hina yang kehidupan nya monoton dan b...