Dua minggu berlalu dan luka ditubuh Naoko sudah pulih sepenuhnya. Mengejutkan memang, luka yang tergolong sangat parah itu yang sebenarnya memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sembuh. Tapi itu tidak berlaku untuk Naoko yang diberi keistimewaan tubuh dan jiwa.
Bahkan dokter yang merawat Naoko juga terkejut tapi cepat terbiasa, setelah memberikan obat terakhir dia pamit pada Urokodaki dan meninggalkan gunung. Naoko duduk tenang dan meneliti resep dokter itu sambil meminum secangkir ocha.
"Ah, Sofu-sama!"
Naoko tersenyum kecil pada Urokodaki yang memasuki ruangan membawa beberapa buah persik yang segar, dia memberikannya pada Naoko dan diterima dengan senyuman.
"Bagaimana perasaan mu?"
Urokodaki bertanya sambil menatap Naoko yang memakan buah persik. Pipi putih itu membesar, dan mata emasnya berair seperti kelinci. Terlihat lucu dan menggemaskan.
"Naoko sudah merasa lebih baik, terimakasih banyak atas perawatannya selama ini. Ano.... Sofu-sama, Naoko berencana untuk menjalankan latihan nanti. Iin desu ka?" (Apakah boleh?)
Naoko bertanya dan menoleh, suara lembut dan sedikit kekanakan terdengar segar didalam kamar kecil itu. Urokodaki diam sesaat untuk memikirkannya, lalu mengangguk setuju dengan syarat tidak jauh dari gunung.
"Tidak apa-apa, Naoko hanya ingin lebih banyak bergerak agar lekas sembuh dan pulih seperti dulu"
'Dan agar aku dapat mencari untuk menghancurkan mu berkeping-keping ... Kibutsuji Muzan! Tunggu saja--'
°°°°°°°
Hari demi hari berlalu, kesehatan Naoko semakin membaik setiap detiknya dengan kesembuhan yang mencengangkan.
Latihan Naoko diawasi langsung oleh Urokodaki Sakonji dan setiap harinya terus-menerus bertambah berat latihan yang dijalani. Naoko bahkan pernah jatuh dari jurang karena pingsan dan mendapatkan luka tambahan.
Itu terjadi minggu kemarin, setelah Naoko pilih dari luka punggung dia langsung melakukan latihan di gunung, tapi karena kondisinya yang belum sepenuhnya stabil membuat Naoko pingsan saat mendaki tebing dan jatuh. Untungnya Urokodaki selalu mengawasi jadi dia sempat mengurangi beban jatuh Naoko dan hanya mengakibatkan luka sedang.
Tapi luka tetaplah luka, tetap saja terasa sakit bagaimanapun keadaannya. Karena kecerobohan itu Naoko pun diberi ceramah oleh Urokodaki sampai malam tiba. Sekarang dia telah pulih sepenuhnya, ingat, sepenuhnya! Tidak ada lagi luka di tubuhnya, dan dia telah berlatih normal seperti biasa.
Saat ini adalah waktu istirahat, dia duduk bersantai ditemani secangkir ocha dan ubi rebus. Urokodaki Sakonji duduk di sebelahnya dengan tegak, menikmati angin semilir dibawah pohon besar.
Naoko mengunyah ubi tanpa suara dan menatap lurus pada tempat latihan yang sedikit berantakan karenanya. Dia teringat masa-masa berlatih bersama Kouta dan Kanechi yang juga menggunakan metode turun-naik gunung. Mengingat tempat tinggal mereka berada di gunung yang tinggi.
Tersenyum, tapi tidak berbicara. Naoko hanya diam tanpa sepatah katapun dan fokus pada pernapasan nya. Konsentrasi penuh pada pernapasan, Naoko sudah menguasainya dan bisa bertahan selama 22 jam tanpa henti. Hanya perlu sedikit lebih banyak usaha lagi untuk dapat menggunakan teknik pernapasan terus menerus.
Dengan bimbingan Urokodaki yang notabene adalah mantan hashira, diapun dapat memahami segala sesuatu yang disampaikan Urokodaki dengan lebih mudah.
"Sofu-sama ... Naoko memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan minggu depan"
Tiba-tiba Naoko berbicara tanpa menatap Urokodaki, tatapan itu lurus dan lembut tapi juga terlihat bersinar dengan berbahaya. Urokodaki menoleh pada Naoko yang sibuk dengan pemikirannya lalu menjawab.
"Kemana kau akan pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
※The Miko※ in 『Kimetsu No Yaiba』 World
FanfictionGak ada deskripsi, Hina bingung mau nulis apa 😄 Langsung baca aja deh ya kalo kalian mau. Karya pertama Hina jadi maaf kalo berantakan. Dan karya ini terwujud akibat kebosanan dari seorang pengangguran seperti Hina yang kehidupan nya monoton dan b...