✾ chapter 6 ✾

3.1K 285 8
                                    

Dalam bahasa Indonesia, ada istilah 'bermuka dua', sedangkan dalam bahasa Jawa, terkenal istilah 'Dasa muka'.

❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃

⋇⋆✦⋆⋇ 

Hari demi hari berjalan serasa begitu cepat. Empat bulan sudah Clara lalui dengan giat belajar. Kini, Clara telah berhasil menguasai semua mata pelajaran berkat bantuan Reno.

Hubungan Clara dengan Doni juga semakin merenggang. Tak jarang Clara menolak ajakan Doni untuk berkencan atau pun sekedar untuk jalan-jalan.

Dengan Karina pun demikian. Clara akan datang pagi-pagi ke sekolah untuk membeli siomay legend Mak May seperti biasanya, lalu ia akan berdiam diri di perpustakaan untuk belajar. Waktu istirahat pun ia gunakan untuk belajar di perpustakaan. Karina juga kini telah menemukan sahabat baru dan sepertinya gadis itu tak membutuhkan Clara lagi. Clara tak masalah, tak mungkin kan jika ia menyuruh seseorang yang enggan bertahan untuk bertahan?

Siang ini, dengan lesu Clara berjalan ke kamarnya. Seminggu sudah Reno menghilang tanpa kabar. Gadis itu telah terbiasa dengan adanya Reno di sisinya, sehingga ketidakhadiran laki-laki itu membuat hari-harinya kurang sempurna tanpa adanya Reno.

"Reno ke mana, sih. Kok nggak ada kabar? Padahal hari ini gue ada niatan mau traktir dia karena udah bantuin gue belajar," ucapnya sambil merebahkan tubuh di kasurnya.

Saat ia bertanya pada Bara tentang keberadaan Reno, maka pria paruh baya itu akan menjawab kalau Reno sedang mengunjungi orang tuanya. Sebenarnya Clara bisa saja menyusul Reno, tapi Bara tak mengizinkannya melakukan hal itu.

"Lo ke mana, sih, Ren. Gue kangen," ucapnya sambil menatap foto Reno yang ia ambil diam-diam di ponselnya. Cukup lama ia berada di posisi itu, tiba-tiba sebuah suara membuatnya terbangun.

"Kamu kangen sama saya?" tanya seseorang dari kamar mandi miliknya membuat Clara mengalihkan atensinya dari layar ponsel ke ambang pintu.

"Reno," cicit Clara membuat Reno tersenyum.

"Lo sejak kapan di situ?!" tanya Clara dengan suara meninggi membuat Reno terkekeh.

"Five minutes ago."

Clara terdiam beberapa saat. Otaknya memutar keras sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Jadi, dari tadi Reno dengerin omongan gue? tanyanya dalam hati.

"Kamu beneran kangen sama saya?

Reno berjalan mendekat ke arah Clara membuat gadis itu cemberut. Ia melemparkan tatapan tajamnya ke laki-laki itu guna membuat sang empu mati kutu. Namun, Reno bereaksi sebelumnya. Laki-laki itu malah tertawa dengan suara tawa memenuhi isi ruang.

"Enggak."

"Beneran?" tanyanya menggoda sambil merentangkan kedua tangan.

"Kalau kangen boleh peluk, nih. Mumpung geratis. Kalau besok bayar," ucapnya sambil terkekeh.

"ENGGAK, RENO!" teriaknya membuat Reno tertawa lepas.

"Tapi tadi saya denger kamu bilang kangen sama saya."

"Lo salah denger kali," finalnya sambil melempar bantal ke tubuh Reno yang berjalan mendekat. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran di dalam kamar itu karena godaan Reno dan gengsi Clara yang sangat tinggi.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Seperti rencana awal, Clara akan mentraktir Reno makan di restoran dan membelikan laki-laki itu beberapa pakaian. Saat ini, mereka sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan atau sering disebut mall di salah satu kotanya.

Mereka duduk di salah satu stand penjual es krim setelah membeli beberapa pakaian.

"Kalau boleh tau, cita-cita kamu emangnya apa?" tanya Reno sambil memasukkan sesendok es krim rasa vanila ke dalam mulutnya.

"Dokter spesialis kanker."

"Terus perusahaan ayah kamu gimana?"

Clara menatap Reno sebentar. Mata mereka beradu pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya Clara mengalihkan atensinya pada semangkuk es krim.

"Kan gue bisa awasin juga sambil kerja jadi dokter."

"Emangnya, kenapa kamu pengen jadi dokter spesialis kanker? Kenapa nggak jadi dokter spesialis jantung, paru-paru, atau spesialis lainnya?"

Pertanyaan yang dilontarkan Reno membuat pergerakan Clara terhenti. Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya air mata menetes dari mata indahnya.

"Dulu Bunda meninggal karena terkena penyakit kanker. Karena itu, nggak bisa ngerasain kasih sayang Bunda. Gue nggak mau, ada Clara lain yang ngalamin apa yang gue rasain, Ren."

Reno berpindah posisi duduk ke sebelah Clara dan mengusap lembut punggung gadis itu.

"Gue nggak tau kenapa Tuhan ngambil orang-orang yang gue sayang."

"Setidaknya, kamu punya Om Bara yang selalu ngusahain kebahagiaan kamu."

Clara menoleh sembilan puluh derajat menatap Reno. Hidung mancung mereka pun hanya berjarak beberapa senti.

"Iya, lo bener, Ren. Ayah adalah sosok ayah sekaligus ibu terbaik buat gue."

"Udah, jangan nangis, ya. Katanya kamu mau traktir saya makan. Saya udah laper," candanya sambil mengusap air mata di pipi Clara.

"Yaudah, abisin dulu es krimnya," kekehnya sambil menyuapkan es krim coklat ke mulutnya.

"Itu bukannya Doni, ya," ucap Reno menunjuk seorang pemuda yang merangkul bahu seorang gadis.

"Doni," cicit Clara lalu berjalan mendekati kedua sejoli yang sedang bercanda ria.

"Dalam bahasa Indonesia, ada istilah 'bermuka dua', sedangkan dalam bahasa Jawa, terkenal istilah 'Dasa muka'," gumam Reno tersenyum miring sembari mengawasi pergerakan Clara.

Plak...

Plak...

"JADI GINI KELAKUAN KALIAN DI BELAKANG GUE?!"

.

.

.

.

.

Gimana part ini?

Baper

Atau

Kesel?

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Salam

Dita Lestari

My Handsome Bodyguard (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang