✾ chapter 8 ✾

3K 267 6
                                    

Orang jahat
adalah orang baik yang tersakiti.

❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃

⋇⋆✦⋆⋇ 

Malam terlihat begitu indah, dengan rembulan dan taburan bintang-bintang yang menghiasi, menambah kesan damai saat melihatnya.

Udara pun nampak tenang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

Di bawah gemerlap cahaya bintang dan lampu-lampu pasar malam, Clara tengah tertawa dengan bahagia saat menaiki bianglala.

Hal itu berbanding terbalik dengan Reno yang nampak pucat pasi saat bianglala tersebut tepat berada di seratus delapan puluh derajat dari posisi semula.

"Bagus banget pemandangannya," ucap Clara menatap langit dan suasana pasar malam dengan tubuh yang tak bisa diam bergerak-gerak dengan riang.

"Kamu diem! Kalau kamu gerak-gerak, nanti sangkarnya jatuh!" seru Reno sambil memegang kursi yang diduduki dengan erat.

"Dih, badan doang yang gede. Naik ginian takut," cibir Clara membuat Reno membulatkan matanya.

"Enak aja! Saya nggak takut!"

"Nggak takut, kok tangan gemeteran gitu," kekeh Clara menunjuk tangan Reno yang gemetaran.

Belum sempat Reno membela diri, Clara menarik tangannya turun dari bianglala.

"Udah selesai bianglalanya. Gak usah takut."

"Saya nggak takut!"

"Terserah."

"Ren, gue mau itu," rengek Clara menunjuk permen kapas berwarna pink yang berjejeran dengan permen kapas berwarna biru.

"Ya sana beli sendiri," jawab Reno dengan kesal sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kok lo gitu, sih?! Yang ajak ke sini, kan lo bukan gue! Jadi, lo yang beliin. Cepetan, ihh!"

Dengan memutar bola matanya malas, Reno berjalan mendekati penjual permen kapas dan membeli satu permen kapas yang berwarna pink dan membawanya kepada Clara.

"Kok cuma satu?"

"Yang warna pink cuma satu."

"Tapi, kan gue juga mau yang warna biru juga."

"Dikasih malah ngelunjak," gumam Reno yang tentunya dapat didengar dengan baik oleh Clara.

"Lo ngomong apa?!"

"Saya nggak ngomong apa-apa."

"Kuping gue masih sehat, ya!"

Reno kembali kepada penjual permen kapas dan membeli tiga permen kapas berwarna biru lalu menyerahkannya kepada Clara. Senang? Tentu saja. Mood Clara terletak di makanan-makanan manis, sehingga membuat ia dengan tak sengaja ingin mencium wajah Reno yang berada di depannya.

"Makasih, Ren—"

Seakan tersadar dari apa yang akan ia lakukan, Clara menjauhkan wajahnya dari wajah Reno yang juga sama memerahnya.

"M–maaf, gue refleks soalnya sering kayak gitu sama Ayah," ucapnya sambil menetralkan degupan jantungnya yang meronta-ronta.

Saya harap, kamu bisa mencintai saya, Clara, batin Reno sambil menatap wajah cantik Clara yang bersemu merah karena malu.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Bulan berganti menjadi matahari, gelap berganti menjadi terang, dan malam berganti dengan siang. Cuaca pagi hari yang cerah dan hangat, menggambarkan suasana hati Clara saat ini.

Gadis itu sedang berjalan di koridor sekolah, tentunya dengan Reno di belakangnya. Ia tak menyangka bisa dengan cepat melupakan Doni hanya karena waktu kebersamaannya dengan Reno beberapa jam.

Beberapa murid-murid SMA Bagaskara membicarakan perubahan yang terjadi pada Clara belakangan ini. Jika biasanya gadis itu akan terlihat cuek dan sombong, maka kali ini berbeda. Clara terlihat ramah, bahkan tak sungkan menjawab sapaan dari murid-murid lain.

Makasih, Ren. Karena lo, gue bisa berubah jadi orang yang lebih baik, batinnya sambil melirik Reno yang sedang berjalan dengan santai di belakangnya.

"Clara," panggil seorang gadis yang suaranya sangat familiar di telinga Clara sehingga membuat ia menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Clara dengan sinis.

"Ra, gue minta maaf sama lo. Gue ngaku gue salah, dan gue sama Doni juga udah putus," ucapnya membuat Clara terkekeh.

"Urusannya sama gue apa? Gue nggak peduli!"

"Lo, kok jadi berubah gini, Ra? Lo sekarang jahat sama gue semenjak lo deket sama bodyguard lo ini!" seru Karina menunjuk Reno dengan jari telunjuknya. Clara dengan kasar menepis tangan itu sehingga membuat Karina mengaduh kesakitan karena tangannya terbentur tembok.

"Gak usah salahin orang lain, salahin diri lo sendiri. Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti," ucapnya sambil berjalan meninggalkan Karina yang diam menatap nanar kepergian Clara.

"Oh, iya. Lo tenang aja. Biaya sekolah lo aman, kok. Jadi, lo nggak perlu lagi pura-pura baik di depan gue."

Gue minta maaf, Ra. Gue nyesel.

'Penyesalan itu berada di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran' adalah kata-kata yang cocok untuk disematkan kepada Karina saat ini. Banyak di sekitar kita orang-orang yang berkedok sebagai sahabat, namun hanya ada saat kita senang. Mencari sahabat yang akan ada saat kita senang maupun susah, sama sulitnya seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami.

.

.

.

.

.

Gimana part ini?

Suka nggak?

Jangan lupa vote dan komen.

Salam

Dita Lestari

My Handsome Bodyguard (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang