✾ chapter 17 ✾

2.2K 191 1
                                    

Terkadang, berada di antara dua pilihan tak bisa membuat kita bisa memilih.

❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆĐł₦₲ ◃:✮.❃

⋇⋆✦⋆⋇ 

Angin bertiup menerbangkan daun kering sehingga jatuh pangkuan pria dengan seragam polisi yang sedang duduk termenung di taman belakang rumahnya.

Matanya tak lepas memandang benda-benda langit yang indah berkelip-kelip di angkasa.

"Rendi, ngapain kamu di sini?" tanya Reno sembari duduk di samping Rendi membuat sang adik mengalihkan atensinya dari benda indah di langit itu.

"Eh, Kak. Aku lagi ngadem aja. Clara nya udah pulang?"

Tadi, saat Rendi hendak masuk ke rumah, ia melihat Clara sedang makan siomay Mak May bersama dengan Reno. Karena tak mau melihat pemandangan yang menyesakkan dada, Rendi memutuskan untuk duduk di taman belakang rumahnya.

"Udah, barusan di jemput ayahnya."

Setelah percakapan singkat itu, keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kakak mau tanya sama kamu."

"Tanya apa, Kak?" tanya Rendi tanpa mengalihkan atensinya dari langit.

"Apa kamu suka sama Clara?" tanya Reno membuat Rendi menoleh dan mengernyitkan dahinya.

"Kok Kak Reno tanya gitu?" tanya balik Rendi tanpa menjawab pertanyaan dari Reno.

"Jawab aja."

"Kalau aku bilang suka sama Clara, nggak akan ngerubah keadaan, kan?"

Reno terdiam membuat Rendi terkekeh pelan.

"Tiga hari lagi kalian menikah, dan yang dicintai Clara itu Reno, bukan Rendi," ucapnya lalu meninggalkan Reno yang diam mematung.

"Sekeras apa pun aku mencoba menjadi lebih dari Kakak, nggak akan bisa ngerubah hatinya Clara buat aku. Kakak pernah tanya, kan kenapa aku jadi polisi sedangkan cita-citaku jadi tentara? Itu karena Clara, Kak," tambahnya sebelum Rendi benar-benar masuk ke dalam rumah.

Reno mengusap kasar wajahnya. Apa yang harus ia lakukan? Mana yang harus ia pilih? Adik kandungnya atau cintanya?

"Terkadang, di antara dua pilihan tak bisa membuat kita bisa memilih."

Dengan langkah lunglai, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya. Tubuh dan pikirannya terlalu lelah untuk mengatasi masalah barunya, setelah seharian lelah mengurus masalah negara.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Setelah pulang dari rumah Reno, Clara dan ayahnya kembali ke rumahnya.

Ia tak sabar menunggu hari pernikahannya dengan Reno tiga hari lagi.

Memang, akhir-akhir ini, ia dan Reno jarang berhubungan karena keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Clara dengan belajarnya untuk tes masuk perguruan tinggi, dan Reno yang sibuk dengan urusan kepolisiannya.

Langkah kaki Clara tertenti saat melihat objek yang membuat mood-nya turun seketika, Karina dengan senyum manisnya saat melihat Clara dan Bara.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Clara menatap Karina sinis.

"Clara, nggak boleh gitu sama temen—"

"Dia bukan temen aku, Yah!"

"Clara, Ayah nggak pernah ngajarin kamu nggak sopan santun gitu, ya!"

"Karina, kamu ngobrol-ngobrol dulu, ya sama Clara, Om tinggal dulu."

"Iya, Om."

"To the point, lo mau apa?" tanya Clara sembari duduk di sofa depan Karina.

"Gue mau minta maaf sama  lo, Ra. Gue—"

"Udah gue maafin. Udah, kan? Gue capek mau istirahat."

"Tunggu bentar, Ra."

Clara tetap berjalan melewati tangga menuju kamarnya, tanpa memperdulikan apa yang akan Karina katakan.

"Doni punya rencana mau gagalin pernikahan lo sama Reno, Ra. Dia mau celakain Reno," ucap Karina membuat langkah Clara terhenti.

"Doni itu di penjara, mana mungkin dia bisa lakuin itu?! Apa jangan-jangan lo yang mau gagalin pernikahan gue?!"

"Enggak, Ra, sumpah gue nggak bohong."

"Sumpah gak berguna buat sampah kayak lo!"

Clara kembali berjalan meninggalkan Karina yang menatap Clara dengan pandangan sedih.

Apa mungkin gue bisa jadi sahabat lo lagi, Ra?

.

.

.

.

.

Malam guys.

Suka nggak part ini?

Poor buat Rendi dan Karina🥺

Jangan lupa vote dan komen, ya.

Salam

Dita Lestari

My Handsome Bodyguard (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang