✾ chapter 7 ✾

3K 275 23
                                    

Berhentilah menangis!
Air matamu terlalu berharga untuk mereka yang tidak bermakna.

❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃

⋇⋆✦⋆⋇ 

"JADI GINI KELAKUAN KALIAN DI BELAKANG GUE?!" pekik Clara menatap tajam dua sejoli yang tengah dimabuk asmara di depannya itu, membuat tak sedikit orang-orang yang berlalu lalang mengerubungi mereka.

"Clara," cicit gadis yang berada dalam rangkulan Doni sembari memegangi pipi kanannya yang terasa panas.

"Iya, ini gue! Udah puas ngerebut pacar sahabat lo sendiri, Karina?!" tanya Clara lirih, namun penuh penekanan. Ya, gadis yang bersama Doni itu adalah Karina.

"Ra, gue bisa jelasin sama lo, gue ...."

Belum selesai Karina berbicara, Clara sudah menampar pipi sebelah kiri Karina dengan sangat kencang.

"Lo itu sahabat yang nggak tau diri! Munafik! Gue selalu ada buat lo, nerima segala kekurangan lo, juga selalu bantu masalah ekonomi keluarga lo, terus sekarang lo khianatin gue?!"

"RA! LO SADAR NGGAK, SIH?! SETELAH LO KENAL SAMA BODYGUARD LO INI, LO ITU BERUBAH! GUE SAMA DONI KHIANATIN LO KARENA LO SEKARANG NGEJAUH DARI KITA! JANGAN SALAHIN KITA KARENA CINTA ITU TIBA-TIBA HADIR DI ANTARA KITA!"

"Dan lo jadiin hal itu sebagai alasan?" tanya Cpara sedikit terkekeh lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Karina.

"Persahabatan kita, cukup sampai di sini. Dan lo ...," ucap Clara menunjuk Doni dengan jari telunjuknya.

"Kita putus, DASAR BAJINGAN!" pekiknya sembari mengguyur kepala Doni dengan es krim coklat yang telah meleleh.

"Kalian cocok, Couple Bajingan! Yang cewek murahan, yang cowok gampangan."

Setelah mengatakan itu, Clara menarik tangan Reno dan pergi dari sana meninggalkan kedua sejoli yang sedang menahan amarah beserta kerumunan orang-orang yang haus akan hot news.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Sedari tadi, air mata tak henti menetes dari mata Clara. Gadis itu tak bersuara sama sekali bahkan terisak sedikit pun, sehingga membuat Reno kebingungan ingin membuka pembicaraan dan menenangkannya.

Siapa yang tak kecewa dan sedih jika dikhianati oleh dua orang yang sangat disayangi? Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah jatuh dikhianati oleh pasangan, lalu ditambah tertimpa tangga dikhianati pula oleh sahabat yang paling disanyangi.

Karena sore ini jalan raya tak terlalu padat, Reno melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata untuk menarik perhatian Clara. Namun nihil, gadis itu tidak bergeming sama sekali.

Reno memberhentikan mobilnya secara mendadak, sehingga membuat tubuh Clara terhuyung ke depan dan berakhir kepalanya terbentuk dashboard mobil.

"Aw, sakit, Reno. Pelan-pelan dong nyetirnya!"

"Berhentilah menangis! Air matamu terlalu beharga untuk mereka yang tidak berarti," ucapnya sambil keluar dari mobil.

Clara terdiam, benar juga yang Reno katakan. Untuk apa menangisi sesuatu yang tidak seharusnya ditangisi? Dengan kesal, Clara keluar dari mobil mengikuti Reno.

"Ren, lo ngapain ... Aww"

Ucapan Clara terhenti saat high heels-nya tertancap dalam pasir putih hangat dan membuat dirinya terjatuh.

"Ngapain, sih ni pasir ada di sini?!" kesalnya sambil bangkit dari jatuhnya.

"Eh, tunggu. Pasir putih?"

Seakan tersadar, Clara memandang pemandangan indah yang ada di depannya saat ini.

Hangatnya pasir putih yang menyatu dengan dinginnya air laut, bersatu padu dengan suara deburan ombak yang seakan berkolaborasi dengan burung-burung yang terbang di angkasa.

Tanpa sadar, kedua sudut bibir Clara terangkat ke atas membentuk sebuah ulasan senyum manis.

"Bagus banget pemandangannya."

"Kamu suka?"

"Iya," jawabnya sambil menerima uluran tangan Reno untuk lebih mendekat ke bibir pantai.

"Dulu, sahabat gue sering ajakin gue ke pantai kalau gue lagi rindu sama Bunda."

"Karina?"

"Bukan, Lio."

"Emangnya, sekarang dia ke mana?"

"Dia pergi jauh, ke luar negeri. Sama kedua orang tuanya."

"Emangnya, dia belum balik?" tanya Reno membuat atensi Clara teralihkan.

"Gue nggak tau, Ren. Gue aja cuma sebatas tau nama panggilannya aja. Gue udah lupa juga nama orang tuanya."

Mereka terdiam sesaat, mencoba menikmati pemandangan indah nan menyejukkan di depan mereka dengan tangan yang masih bertaut indah.

"Ren," panggil Clara membuat Reno mengalihkan atensinya dari ombak lautan di sore itu ke wajah Clara.

"Kenapa, ya orang-orang yang gue sayangi satu persatu pergi ninggalin gue? Pertama Bunda, terus sahabat kecil gue, dan sekarang Doni dan Karina yang ngekhianatin gue."

Reno memegang kedua bahu Clara dan memutarnya sembilan puluh derajat untuk bisa menghadapnya.

"Bunda pergi karena takdir, sahabat kecil kamu pergi karena dia mengejar impiannya, dan Doni sama Karina pergi karena Tuhan tau kalau mereka bukan orang-orang baik buat kamu."

"Saya minta, kamu jangan berlarut-larut sedih mikirin mereka. Ingat, duniamu bukan hanya tentang mereka. Masih ada orang-orang yang sayang sama kamu, terutama Om Bara."

"Makasih, Ren. Gue harap, lo juga nggak ninggalin gue kayak mereka."

Saya mungkin tak bisa berjanji untuk terus ada di samping kamu. Tapi saya akan berusaha untuk tetap mendampingi kamu di setiap langkah kamu, Clara.

Senja di ufuk barat itu menjadi saksi bisu awal kisah perjalanan Clara yang baru. Ditemani oleh ombak lautan yang menghantam bebatuan karang, mereka saling berjanji satu sama lain dengan diri mereka masing-masing.

Clara janji akan jadi orang yang lebih baik lagi, Ayah.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote dan komen ya..

Salam

Dita Lestari

My Handsome Bodyguard (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang