Dalam berbicara,
laki-laki mengedepankan emosi,
sedangkan perempuan mengedepankan hati.❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃
⋇⋆✦⋆⋇
Ujian telah usai Clara lalui dengan sungguh-sungguh. Kini, gadis itu hanya tinggal menunggu hasil dari usaha yang selama ini ia tekuni. Yang Clara bisa lakukan saat ini adalah berdoa semoga mendapatkan nilai yang sempurna.
Suasana makan siang di meja makan kediaman Bagaskara saat ini terdengar sunyi. Hanya ada suara dentingan piring yang beradu dengan sendok memenuhi ruangan itu.
Bara dan Reno terheran-heran melihat kelakuan Clara yang tak biasa. Bagaimana tidak? Sedari tadi, gadis itu sama sekali tak memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Clara, kok makanannya nggak di makan?" tanya Bara menatap lembut putri semata wayangnya.
"Em ... Clara lagi pusing aja, Yah. Kan otaknya baru kepakek buat mikirin ujian. Jadi, tenaganya abis buat nyendok makanan ke mulut," candanya sambil tertawa.
"Ada-ada aja kamu ini."
Suasana ruangan kembali sepi, sebelum akhirnya suara dering ponsel menyita perhatian mereka.
"Ayah angkat telepon dulu. Kamu makan yang bener, ya."
"Iya, Yah."
"Mau saya suapin?" tanya Reno menyodorkan sesendok penuh dengan nasi ke depan mulut Clara.
"Nggak muat sebanyak itu di mulut gue, Ren," tegur Clara membuat Reno terkekeh lalu mengurangi nasi yang ada di sendok itu.
"Kalau segini?"
Tanpa menjawab lagi, Clara langsung memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya.
"Kamu kenapa, sih keliatan murung?" tanya Reno di sela-sela aktivitasnya menyuapi Clara.
"Nggak papa."
"Jangan bohong!" tegur Reno membuat Clara mengembuskan berat napasnya.
"Tadi, gue nggak sengaja papasan sama Doni di perpustakaan. Awalnya dia minta maaf, gue maafin dong. Tapi pas dia ngajak gue balikan, gue nolak. Eh, dianya marah-marah ngatain gue ini itu."
"Terus yang bikin kamu kesel? Karena gak bisa balikan sama Doni?"
"Ya bukan itu, lah! Gue nggak suka dibentak-bentak. Lo tau sendiri, kan kalau Ayah aja nggak pernah sekali pun bentak gue."
Reno paham. Semua perempuan juga tidak mau kalau dibentak-bentak, bukan? Mereka selalu ingin diperlakukan dengan lemah lembut dan baik.
Reno tersenyum dan menyiapkan suapan terakhir ke dalam mulut Clara.
"Memang seperti itu. Dalam berbicara, laki-laki mengedepankan emosi, sedangkan perempuan mengedepankan hati."
Ini yang bikin gue jatuh hati sama lo, Ren. Lo selalu tau apa yang terbaik buat gue. Gue harap, lo akan selalu ada buat gue, batin Clara sambil tersenyum.
Sementara, dari ruang keluarga Bara mengamati kedua manusia berbeda jenis itu dengan tersenyum.
"Putri kecil kita kini sudah besar, Clarissa. Andai kamu ada di sini, pasti kamu bahagia melihat mereka," lirih Bara menatap foto Clarissa yang tergantung di atas dinding ruang keluarga.
⋇⋆✦⋆⋇
Reno pernah berjanji jika setelah Clara melaksanakan ujian, ia akan mengajak gadis itu ke suatu tempat, dan kini, mereka sedang menuju ke tempat tersebut.
Awalnya Clara bersikeras menolak karena Reno memintanya untuk menutup mata pada saat perjalanan. Namun, karena bujukan dari Bara, ia pun tak ada pilihan lain selain menuruti kemauan Reno.
"Ren, lama banget, sih. Kita mau ke mana sebenernya? Gelap, nih. Gue buka penutup matanya, ya?"
"Jangan, dong. Kamu percaya aja sama saya. Saya nggak bakal macem-macem, kok."
"Iya, tapi lama banget, Ren. Emang lo mau bawa gue ke mana, sih?!"
"Sebentar lagi sampai."
Benar saja, tak sampai lima menit, mobil tersebut berhenti membuat Clara tersenyum senang.
"Jangan copot dulu penutup matanya. Nanti saya yang buka. Sekarang kita turun."
Setelah bersusah payah Clara berjalan dengan bantuan Reno, kini Clara telah bersiap-siap membuka matanya yang sedikit pegal karena lama menutup mata.
"Gimana, kamu suka tempat ini?" tanya Reno saat Clara berhasil membuka matanya.
Clara terdiam cukup lama. Matanya mengamati setiap inci tempat yang berada di hadapannya saat ini. Tak ada yang berubah, semua masih sama.
"Tempat ini, dari mana lo tau?"
"Kamu nggak perlu tau soal itu. Di sini, disaksikan temaram lentera lampu serta cahaya bulan dan bintang, saya ingin mengungkapkan sesuatu yang selama ini saya pendam," ucap Reno menggenggam kedua tangan Clara.
"Ren, lo—"
"Saya cinta sama kamu."
.
.
.
.
.
Penasaran?
Kepoin part selanjutnya, yuk!
Jangan lupa vote.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Bodyguard (TAMAT)
RomanceHidupnya berantakan setelah seorang bodyguard galak yang sialnya tampan datang dalam kehidupan Clara. Bukan hanya sebagai bodyguard, tapi lebih ke seorang penguntit, membuat kebiasaannya bergaul dengan bebas harus terenggut paksa. 'Saya hanya menj...