Jangan pernah bangga dengan sanjungan.
Ingat!
Nyamuk mati karena tepukan tangan.❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃
⋇⋆✦⋆⋇
Siang ini Doni, Givan, dan Theo akan melakukan pengiriman barang-barang terlarang ke luar pulau yang akan di selundupkan oleh para bawahan mereka.
Sedari tadi Givan dan Theo bertanya, tetapi tak satu pun pertanyaan itu dijawab oleh Doni. Entah, perasaannya mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi setelah ini.
"Lo kenapa, sih, Bro? Gue perhatiin setelah lo putus sama cewek lo itu, lo keliatan menyedihkan," ucap Theo menepuk pelan bahu Doni.
"Gue sayang sama dia, The."
"Lo sayang tapi lo khianatin dia. Lo nggak seharusnya buang berlian demi mendapatkan batu kerikil. Lagian, gue liat-liat si Clara itu lebih cantik, lebih modis, lebih tajir daripada si Karina."
"Lo kalau mau ngeledekin gue diem aja mendingan!" seru Doni menendang meja yang ada di depannya saat ini.
"Lo kenapa jadi emosian gini, sih?!"
"Gini, ya. Gue ngerasa akan ada sesuatu yang terjadi saat penyelundupan kali ini."
"Nggak usah ragu, Don. Biasanya juga kita berhasil. Tenang, para polisi-polisi bodoh itu nggak akan pernah bisa nangkep kita, atau pun tau di mana markas kita ini."
"Tapi ini, kok para penyelundupnya nggak dateng-dateng? Biasanya mereka nggak pernah telat."
"Kita pakek penyelundup baru karena penyelundup kita yang lain belum balik ke kota ini."
"Selamat siang. Maaf kami terlambat, jalanan di kota macet," ucap salah seorang laki-laki membuat atensi Doni, Givan, dan Theo teralihkan.
"Iya nggak papa. Kalian cuma berdua?" tanya Doni menatap kedua laki-laki yang memakai kaos hitam polos dengan celana senada.
"Iya. Jadi, mana barang yang harus kami selundupkan?" tanya salah seorang dari mereka sembari mendekati Doni.
Doni menyerahkan sabu-sabu seberat satu kilogram itu lalu menyuruh mereka pergi, namun kedua orang itu masih diam tak beranjak dari sana.
"Ayo, sana pergi."
Tanpa Doni sadari, kedua orang itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya di depannya.
"Angkat tangan! Jangan bergerak!"
"APA-APAAN INI?!"
"Kami dari kepolisian, dan kalian telah tertangkap," ucap seorang lain yang mengenakan baju kepolisian dengan sinisan senyum di bibirnya.
"Reno, lo—"
"Berhasil juga saya ngeringkus kamu. Meresahkan!"
Pertengkaran pun tak dapat di hindarkan. Doni, Givan, dan Theo melawan dengan sisa-sisa kekuatan yang ada di tubuh mereka. Karena kalah kekuatan dan senjata, akhirnya mereka dapat diringkus oleh polisi karena tembakan di kaki mereka.
Doni menatap sengit Reno dan Clara yang ada di hadapannya saat ini. Demi apa pun, ia tak rela di tangkap dengan cara seperti ini.
"Gue nggak nyangka selama ini cowok yang gue sayang adalah seorang buronan. Gue harap lo bisa tobat. Gue juga tau apa alasan lo ngelakuin ini. Kalau seandainya lo butuh duit, lo tinggal ngomong sama gue, jangan pakek cara kayak gini," ucap Clara membuat Doni terkekeh sinis.
"DASAR PENGHIANAT! JALANG MURAHAN!" sentak Doni membuat Clara memejamkan kuat matanya.
"Terima kasih atas sanjungannya," jawab Clara sambil menyeka air mata yang berada di pipinya lalu pergi meninggalkan Doni yang di ambang kemarahan.
"Gadis yang kamu sakiti itu, diperjuangkan mati-matian kebahagiaannya oleh ayahnya!" seru Reno lalu berjalan untuk menyusul kepergian Clara.
"Jangan pernah bangga dengan sanjungan. Ingat! Nyamuk mati karena tepukan tangan. Gue nggak akan pernah biarin lo hidup bahagia sama Clara!" seru Doni membuat pergerakan Reno terhenti.
"Gue pastiin lo akan hancur, Reno."
.
.
.
.
.
Gimana part ini?
Maaf gadapet feel-nya.
Jangan lupa vote.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Bodyguard (TAMAT)
RomanceHidupnya berantakan setelah seorang bodyguard galak yang sialnya tampan datang dalam kehidupan Clara. Bukan hanya sebagai bodyguard, tapi lebih ke seorang penguntit, membuat kebiasaannya bergaul dengan bebas harus terenggut paksa. 'Saya hanya menj...