Dan pada akhirnya,
cerita cinta ini hanya menjadi kisah,
Bukan sejarah.❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃
⋇⋆✦⋆⋇
Seperti sore-sore sebelumnya, Clara selalu mengunjungi makam Reno dengan membawa bunga. Mungkin tahun-tahun sebelumnya ia menangis di depan makam sang kekasih. Namun, untuk sekarang gadis itu tersenyum cerah.
Baju kebaya berwarna merah serta riasan natural, terlihat cocok untuk Clara. Rambutnya yang disanggul ke atas menyisakan beberapa helai rambut yang menutupi tengkuknya yang putih mulus. Jas berwarna putih menambah kecantikan Clara berkali-kali lipat.
"Hai, Ren. Apa kabar?" tanya Clara sambil berjongkok di samping nisan Reno.
"Maaf akhir-akhir ini aku jarang kunjungin kamu. Aku marah sama kamu karena semenjak kamu pergi, kamu sama sekali gak kunjungin aku walaupun dalam mimpi," ucapnya lalu mengusap lembut nisan itu.
"Enggak, aku bercanda," kekehnya kemudian menaburkan sedikit bunga mawar di atas kijing.
"Aku ngurusin skripsi buat kelulusan aku. Kamu tau? Aku udah jadi dokter spesialis kanker seperti apa yang aku mau."
Kini, pengelihatan gadis itu semakin memburam tertutup genangan air mata yang menggenang di bola matanya.
"Aku sama Karina juga udah sahabatan lagi. Dia juga jadi dokter, Ren."
Tiga bulan setelah kematian Reno, Karina koma. Selama itu juga Clara sering begadang hanya untuk menangisi Reno dan Karina. Masa pemilihan Karina berjalan selama satu bulan. Clara dengan baik dan telaten mengurusi Karina, karena orang tua Karina juga sedang sakit-sakitan sehingga tidak bisa merawat anaknya. Orang tua Karina sangat bersyukur karena anak mantan majikannya itu selalu baik terhadap keluarganya.
Di depan Karina, Clara selalu tersenyum seolah-olah tak terjadi apa-apa dengannya. Padahal hatinya hancur, impiannya terbang, dan cintanya hilang.
Karina yang mengetahui luka tersembunyi Clara selalu membujuk gadis itu supaya mau berbagi keluh kesah dengannya. Namun, Clara hanya menjawab, "gue nggak papa, Rin. Gue baik-baik aja.".
Karina sering mendesak Clara untuk berbagi kesedihan, sehingga membuat Clara sedikit-sedikit menceritakan perasaannya.
Karina tau, apa yang Clara rasakan. Karina tau apa yang Clara butuhkan. Ia selalu ada di samping Clara dan mencoba mengalihkan pikiran Clara dari Reno. Susah, memang. Namun, usahanya selama empat tahun tak sia-sia.
Rendi yang selalu ada untuk Clara membuat Karina lebih mudah mengalihkan kesedihan Clara. Awalnya Clara menolak deka-dekat dengan Rendi namun, melihat ketulusan Rendi membuat hati Clara tersentuh. Ia mulai menganggap Rendi sebagai teman.
Seperti kata pepatah, cinta itu muncul karena terbiasa, hal itu yang Clara alami. Tadinya ia melihat sosok Reno dalam diri Rendi. Ia mulai nyaman dengan Rendi dan menganggap sosok Rendi adalah Reno. Namun, seiring berjalannya waktu, Clara melihat banyak perbedaan di antara mereka.
Meskipun mirip, tetapi Rendi lebih tampan daripada Reno. Laki-laki itu memiliki lesung pipi di kedua pipinya saat ia tersenyum. Selain itu, Rendi lebih murah senyum kepada semua orang. Ia juga sosok penyabar dalam menghadapi anak kecil. Hal itu terbukti saat ia, Karina, dan Rendi berjalan-jalan di taman pada hari Minggu sore.
Clara berjalan di antara Rendi dan Karina. Sedari tadi, gadis itu hanya diam tak berbicara satu patah kata pun.
Banyak pertanyaan yang Karina lontarkan kepada Clara, tetapi hanya di balas anggukan atau gelengan dari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Bodyguard (TAMAT)
RomanceHidupnya berantakan setelah seorang bodyguard galak yang sialnya tampan datang dalam kehidupan Clara. Bukan hanya sebagai bodyguard, tapi lebih ke seorang penguntit, membuat kebiasaannya bergaul dengan bebas harus terenggut paksa. 'Saya hanya menj...