Kenangan itu untuk dikenang,
Bukan untuk diulang.❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃
⋇⋆✦⋆⋇
"Saya cinta sama kamu."
Clara terpaku, matanya mengerjap pelan mencoba mencerna apa yang baru saja Reno katakan.
Demi apa pun, saat ini, ingin sekali Clara melompat di tempat. Jantungnya berdisko di dalam sana, mengalirkan darah dengan cepat sehingga ia merasakan seperti ada sengatan-sengatan kecil dalam tubuhnya. Senyum di sudut bibirnya terbit membuat Reno juga tersenyum tipis.
"Gue juga suka sama lo, tapi—"
"Will you marrie me?"
"N-nikah?" cicit Clara dibalas anggukan kecil oleh Reno.
Clara terdiam cukup lama. Matanya menatap intens bola mata hitam legam yang ada di depannya, mencoba mencari titik kebohongan di dalamnya namun, nihil. Ia sama sekali tak menemukan titik kebohongan, hanya ada pancaran ketulusan di dalam sana.
Menikah muda tak ada di dalam kamus hidup Clara. Tetapi ia tak mau jika harus kehilangan Reno. Selain itu, di dalam hati kecilnya masih mengharapkan Lio kembali, tapi bagaimana jika Lio kembali namun, sahabat kecilnya itu telah memiliki pasangan?
"Kenapa? Kamu masih mengharapkan sahabat kecilmu itu kembali?" tanya Reno membuat Clara terkejut. Bagaimana Reno bisa tahu?
"Gimana kalau seandainya, saya adalah Lio? Apa kamu mau nikah sama saya?"
"Ren, apa maks—"
"Saya Lio, Lia."
"Lo jangan bercanda, Ren! Nggak lucu!"
"Masih nggak percaya?" tanya Reno menunjukkan pergelangan tangannya di depan wajah Clara.
Gelang berwarna hitam dengan ukiran tulisan 'Lia', sama seperti gelang yang ada di pergelangan tangannya yang berukir tulisan 'Lio'.
"Lio," panggil Clara sembari memeluk erat laki-laki yang ada di depannya saat ini.
"Iya, Lia. Ini Lio. Sahabat kecil kamu yang dulu pernah berjanji akan menikahi kamu saat kita udah besar. Anak laki-laki yang setiap tengah malam rela membuatkan kamu susu saat kamu terbangun dari tidur karena kamu merindukan Bunda. Anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang akan mengatakan, 'Lia, Bunda lagi ketemu sama Allah buat doain Lia supaya Lia bisa jadi dokter saat Lia besar nanti'."
Suara tangisan Clara semakin keras saat Reno mengucapkan kata 'Bunda'. Kenangan-kenangan itu kembali muncul dalam pikiran Clara. Bagaimana wajah putus asanya Bara saat tengah malam ia mencoba menidurkan kembali putri kecilnya yang selalu mengatakan 'Lia mau minum susu buatan Bunda'. Bagaimana wajah senangnya Bara saat melihat Clara bisa tenang dari tangisannya karena didatangi oleh Lio dan bisa tertidur kembali.
"Kenapa Lio dulu ninggalin Lia?"
"Itu karena, Lio mau Lia bisa mandiri. Lio pengen Lia bisa tidur sendiri saat terbangun di tengah malam tanpa bantuan dari Lio."
Clara melerai pelukan mereka, sehingga membuat Reno tersenyum dan mengusap lembut sisa-sisa air mata yang berada di pipi Clara.
"Kenapa lo nggak ngomong dari awal kalau lo itu Lio?"
"Itu karena, saya mau memastikan kalau kamu itu masih mengharapkan kembalinya Lio. Dan Reno itu memang nama saya, Reno Marcellio."
"Tapi kenapa lo jadi bodyguard? Dulu lo pernah janji sama gue bakal jadi polisi."
"Coba kamu pikir, apakah mungkin seorang bodyguard biasa bisa mengeluarkan seseorang dari sel tahanan secepat itu?" tanya Reno sambil tersenyum.
"Lo polisi? Tapi kenapa lo nyamar jadi bodyguard gue?"
"Kamu akan tau jawabannya besok."
Suara petir mulai terdengar, bintang dan bulan pun menghilang dari langit karena tertutup awan mendung. Hujan mulai turun membasahi bumi.
"Mau main hujan-hujanan?" tanya Reno membuat Clara tersenyum.
"Mau ngulang kenangan, ya?"
"Kenangan itu untuk dikenang, bukan untuk diulang. Kita bukan mengulang kenangan sebagai Lio dan Lia, tapi kita membuat kenangan sebagai Reno dan Clara."
Hujan deras menjadi saksi bisu bertemunya Lio dan Lia sebagai kenangan, hujan juga menjadi saksi bisu bersatunya Reno dan Clara sebagai pasangan yang membuat kenangan.
.
.
.
.
.
Yuhuu, gimana part ini?
Suka?
Author senyum-senyum sendiri nulis part ini walaupun tubuh nggak fit.
Jangan lupa vote dan komen.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Bodyguard (TAMAT)
RomanceHidupnya berantakan setelah seorang bodyguard galak yang sialnya tampan datang dalam kehidupan Clara. Bukan hanya sebagai bodyguard, tapi lebih ke seorang penguntit, membuat kebiasaannya bergaul dengan bebas harus terenggut paksa. 'Saya hanya menj...