✾ chapter 18 ✾

2.1K 178 2
                                    

Berjalanlah ke depan tanpa menoleh ke belakang, karena di depan ada masa depan, sedangkan di belakang hanya ada kenangan.

❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆĐł₦₲ ◃:✮.❃

⋇⋆✦⋆⋇ 

Malam ini, Clara duduk termenung di dalam kamarnya. Sedari tadi, matanya tak henti-hentinya mengamati layar ponsel yang menampilkan fotonya dengan Reno yang di ambil beberapa hari yang lalu.

Gadis itu sangat rindu dengan Reno. Semenjak dua hari yang lalu setelah ia pulang dari rumah Reno dijemput oleh ayahnya, ia dan Reno sama sekali tak bertemu, bahkan berkomunikasi. Laki-laki itu tak bisa dihubungi, bak tertelan bumi. Di rumahnya pun kosong, hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang bekerja di sana.

Perutnya lapar, namun ia terlalu malas untuk keluar kamar, karena di rumahnya sedang ada banyak orang yang mempersiapkan pesta pernikahannya dengan Reno besok.

Memang, resepsi pernikahan mereka diselenggarakan di hotel bintang lima milik keluarga Reno, namun akad nikahnya dilaksanakan di rumahnya, atas permintaan Bara. Saat Clara bertanya apa alasannya, Bara hanya menjawab, "untuk mengenang bagaimana dulu Ayah menghalalkan Bunda di rumah ini". Clara tak ada pilihan lain selain mengiyakan, bukan?

Clara mengurungkan niatnya untuk tidur saat tiba-tiba pintu balkon kamarnya diketuk oleh seseorang.

"Siapa, sih malem-malem ketuk pintu balkon, gimana juga manjat—eh, pintu balkon? Jangan-jangan maling."

Karena takut, Clara mengambil penggaris besi yang ada di atas meja belajarnya. Berbekal keberanian yang hanya sebiji jagung, ia mendekati pintu balkon dan menempelkan tubuhnya di sana.

"Siapa?" tanya Clara sembari membuka sedikit pintu balkon.

"Aku, calon suamimu."

"Reno," cicit Clara lalu memeluk tubuh kekar calon suaminya itu.

"Kamu ke mana aja, sih? Aku tuh kangen sama kamu."

"Maaf, ya akhir-akhir ini aku sibuk. Aku juga kangen banget sama kamu," ucap Reno sembari mengusap lembut surai hitam Clara.

"Tapi, kamu bisa naik ke sini gimana caranya?" tanya Clara melepaskan dirinya dari pelukan Reno dan mendongak guna menatap wajah tampan sang empu.

"Pakek tangga itu."

"Kalau jatuh gimana?"

"Aku, kan polisi. Tubuh aku kuat, kulitku seperti baja," jawabnya sambil terkekeh.

"Sombongnya, minta ditabok."

"Kita jalan-jalan, yuk," ajak Reno membuat Clara mengerutkan keningnya.

"Malem-malem gini mau jalan-jalan ke mana? Lagian aku kan ceritanya lagi dipingit sama Ayah nggak boleh ketemu kamu. Kalau Ayah tau gimana?"

"Aku itu kangen sama kamu. Lagian kenapa, sih kita dilarang ketemu?"

"Pamali, Reno."

"Udah, pokoknya malam ini kita have fun. Aku turun lewat sini, kamu lewat tangga dalam rumah. Ngaku ke mana gitu lah sama Om Bara."

"Dih, ngajarin nggak bener," cibir Clara sembari memutar bola matanya malas. Meskipun demikian, tak ayal ia tetap menuruti kata Reno. Gadis itu menutup pintu balkon setelah Reno turun dengan aman.

"Semoga gue dibolehin keluar sama Ayah."

⋇⋆✦⋆⋇ 

Udara malam menyeruak masuk hingga ke tulang, membuat Clara semakin mengeratkan pelukannya di tubuh tegap Reno.

Ya, Clara bisa keluar dengan Reno saat ini karena alibinya ingin ke supermarket pada ayahnya. Karena hal itu pula, membuat Clara hanya mengenakan baju tidur motif Doraemon serta sandal bulu berwarna merah muda. Sangat tidak cocok dengan setelan pakaian Reno yang masih mengenakan seragam polisi. Ditambah dengan motor polisi dan helm polisi, membuat Reno dan Clara menjadi pusat perhatian pengendara lain.

Motor polisi itu berhenti di taman yang tak jauh dari rumah Clara, beberapa pasangan muda juga terlihat tengah menikmati malam minggu mereka di taman itu.

"Banyak banget orangnya."

"Namanya juga malam minggu, anak muda pula."

Reno menggenggam erat tangan mungil Clara, membuat beberapa orang yang ada di sana penasaran.

"Ren, aku malu."

"Malu kenapa?"

"Mereka liatin. Pasti dalam otak mereka bilang gini 'eh, itu Si Pakpol sama ponakannya, kok gandengan tangan? Jangan-jangan ada apa-apa'. Pasti mereka bilang gitu dalam hati."

"Jangan nethink gitu, ah nggak baik."

"Lagian kamu pakek baju polisi, motor polisi, helm juga polisi."

"Ya nggak papa, dong biar aesthetic."

"Aesthetic itu kalau aku pakek jas dokter. Lah ini pakek pakaian anak-anak."

"Nggak masalah kamu pakai apa, yang penting, kamu ada di sini. Kamu tau? Rendi suka sama kamu."

"Ya terus urusannya sama aku apa?" tanya Clara dengan nada biasa saja, seolah hal itu bukanlah perkara yang besar.

"Aku bener-bener nggak tau harus gimana. Aku nggak bisa milih di antara kalian, kalian sama-sama berarti buat aku."

"Terus, kamu mau batalin pernikahan kita, gitu?!"

"Enggak, Sayang, dengerin dulu ... Apa pun yang terjadi nanti, aku pengen kamu tetep bisa jadi Clara yang smart dan semangat. Ingat, berjalanlah ke depan tanpa menoleh ke belakang, karena di depan ada masa depan, sedangkan di belakang hanya ada kenangan."

Clara memeluk erat tubuh Reno, entah perasaannya mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu yang besar nantinya. Tak banyak yang Clara inginkan, ia hanya ingin bahagia, dengan Reno. Kini, Reno sudah seperti jantungnya, pusat segala hidupnya.

"Kan ada kamu yang ada di samping aku."

"Aku nggak bisa janji akan ada terus di samping kamu, tapi aku akan berusaha semampuku."

"I Love You, Ren."

"I Love You more."

.

.

.

.

.

Yuhu selamat malam...

Gimana part ini?

Beberapa part lagi menuju ending, loh.

Seneng gak? Mungkin kalian enggak, tapi aku seneng🤣

Oke jangan lupa vote dan komen.

Salam

Dita Lestari

My Handsome Bodyguard (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang